Pergi - 17

2.6K 117 1
                                    

          Suara bisik-bisik heboh saat Elora sampai di gerbang sekolah langsung terdengar. Alis Elora saling bertaut bingung. Memangnya ada apa sih?

          "Elora!" panggil Bella saat ia masuk ke dalam kelas.

          "Apa?"

          "Hari ini ada murid pindahan di kelas kita!" seru Bella heboh sambil mengutak-atik ponselnya. Elora memutar bola mata. Ia kira ada apa.

           "Gara-gara itu sekolah kita heboh? Yaampun lebay banget. Gue kira ada Ariana grande datang ke sekolah kita. Kalau iya, gue bakal jadi orang yang paling heboh di sini," ucap Elora malas.

          Bella langsung memukul lengannya pelan, membuat ia langsung terkekeh.

          "Emangnya murid baru itu cewek atau cowok?" tanya Elora penasaran.

          "Cewek. Tapi dia cantik banget. Tapi tunggu-tunggu --kok mukanya rada mirip sama lo ya?"

          Elora mengernyit. Baru saja ingin bertanya lebih lanjut, suara bel masuk terdengar, kemudian guru wali kelas mereka masuk ke kelas di ikuti siswa baru itu.

          Awalnya Elora hanya acuh dengan keadaan kelasnya yang penuh dengan bisik-bisik. Ia lebih memusatkan perhatiannya pada buku paket. Tapi saat mendengar nama dari siswa itu. Matanya langsung membelalak. Di ikuti oleh degup jantungnya yang mulai berdetak tidak karuan

          "Halo, nama gue Lumia Lestari, pindahan dari Palembang. Salam kenal."

          Di sana, di depan kelasnya, perempuan itu berdiri sambil tersenyum manis. Tidak sengaja mata mereka saling bertatap satu sama lain. Bukan sorot rindu atau senang, tapi sesuatu yang tidak bisa Elora signifikan dari tatapan Mia.

          Tidak. Elora belum siap berhadapan langsung dengan Mia, yang notabenenya adalah saudara tirinya sendiri.

🍂🍂🍂

          Bel istirahat berbunyi ke seluruh antero sekolah. Pintu-pintu kelas serempak terbuka bersamaan dengan segerombol murid yang keluar dari kelas entah menuju kantin, lapangan, perpustakaan atau kelas lain sekedar mengunjungi teman.

           Elora bangkit dari duduknya seraya menutup buku paket. Ia mengambil ponselnya dari dalam tas dan berjalan keluar kelas di ikuti Bella.

          "Ra, lo mau ke kantin?" tanya Bella

          "Gue-"

          "Elora!" Ucapan Elora terpotong oleh seruan Mia. Sontak, keduanya menoleh lalu mengernyit bersamaan.

          "Hmmm... Bel, gue boleh ngomong sama Elora?" Mia melirik ke arah Bella dan Elora bergantian. Mereka berdua saling pandang, lalu Elora mengangguk.

          Elora membawa Mia ke arah ujung koridor kelas 11 yang lumayan sepi. Di sana mereka bebas ingin berbicara apa pun tanpa harus ada yang tahu.

          "Ada apa?" tanya Elora to the point. Mia berdiri di hadapannya sambil membuang muka. Tinggi mereka hampir sepantaran. Hanya Mia yang lebih tinggi sedikit dari Elora. Rambut Mia juga bagus dan halus, mencerminkan orang yang suka perawatan, berbeda dengan Elora yang cuek dengan penampilan. Hanya dengan diikat saja sudah cukup baginya.

          Elora kadang iri dengan Mia. Perempuan itu pasti hidup senang. Papanya juga pasti selalu memanjakan perempuan itu. Tapi ia bisa apa? Protes? Tidak mungkin. Ia tidak mau di cap sebagai perusak keluarga seseorang.

          "Lo... sama Alden ada hubungan apa?" Mia bertanya ragu. Dan Elora mematung di tempat.

          Dia dan Alden ada hubungan apa? Elora sendiri tidak tahu. Alden hanya menganggapnya sebagai sahabat. Tapi ia berharap lebih. Apa boleh?

          "Gue sama Alden dekat karena dia murid gue. Gue di tugaskan Mr. Andris buat ngajar dia. Kenapa emang?"

          Mata Mia menyipit menatap Elora curiga. Tapi detik selanjutnya dia hanya menepuk bahu Elora sambil tersenyum penuh makna sebelum pergi.

          Elora sendiri menatap kepergian Mia dengan tatapan sendu. Dia tahu arti senyum itu. Senyum penuh sejuta makna. Dan ia sudah tahu harus apa sekarang.

          Menyerah, bahkan sebelum memulai perjuangannya.

🍂🍂🍂

          Elora mengaduk-aduk makanannya tidak selera. Kedatangan Mia yang tiba-tiba di sekolahnya membuat mood -nya langsung menurun drastis. Bella yang duduk disampingnya memperhatikan.

           "Ra, lo udah kenal ya sama Mia?" tanya Bella sedikit ragu-ragu. Elora langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap Bella dengan pandangan lurus.

          "Pernah, di cafe," jawabnya datar. Raut wajah Bella terlihat tidak yakin atas jawaban Elora, tapi ia hanya bisa menghela napas.

         "Kalau lo punya masalah, lo bisa cerita sama gue. Gue pastiin akan selalu ada buat lo," ujarnya di sertai senyuman kecil.

          Elora tertegun sejenak. Ia masih belum siap menceritakan apapun pada Bella. Ia takut, jika Bella mengetahui semuanya, Bella akan pergi meninggalkannya sama seperti yang lainnya.


           

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

           

Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang