Jomblo Fisabilillah

6.5K 216 2
                                    

"Begitu banyak yang membalut cinta dengan kemaksiatan
Maka, jadilah yang sedikitnya menyibukkan diri dalam ketaatan
Menunggu takdir itu datang pada waktunya"

Sasya membuka aplikasi akun line. Mencari kontak beratas namakan Ayub Asychal yang berada pada daftar deretan pertama. Bukan karena dia spesial, kontaknya berada pada the first liner . Itu karena... Perlu klarifikasi, nama kontak Ayub berada pada list pertama karena inisial huruf awal nama Ayub merupakan huruf pertama pada abjad alphabet. Setelah Sasya temukan, dibukanya ruang chat obrolan. Mengetikkan kata demi kata yang sudah terangkai apik didalam hati.

Sasya Salsabilah Syah : Aku mau PUTUS

Kata-kata yang terangkai sedemikian rupa yang menuntut Sasya berpikir keras dan akhirnya menemukan kalimat yang pas untuk dia ungkapkan sebagai kalimat yang akan tercatat dalam sejarah kehidupan percintaan Sasya. Tsaaah....

Berselang beberapa menit, notifikasi pesan masuk diruang chat obrolan Sasya. Secepat kilat ia menyambar smartphone.  Antusias membuka ruang obrolannya dengan Ayub, dan disanalah terpampang nyata balasan yang tak kalah iritnya. Satu kata khas ala-ala la-loding, yang menuntut beribu kalimat penjelasan.

Ayub Asychal : Maksudnya ?

Sasya menghembuskan napas panjang menahan kesal menghadapi kebiasaan buruk ayub tiap dikirimi sebuah pesan. Balesan yang itu-itu saja, sungguh tak variatif, inovatif dan imajinatif.

Sasya telah mempersiapkan diri dengan balesan khas Ayub. Sudah tak asing lagi, ini sudah menjadi komsumsi rutin layaknya kebiasaan Sasya breakfast nasi goreng terasi. Tak tangung-tanggung Sasya dengan lihainya sudah menyiapkan pidato penjelasan yang tak kalah panjangnya dari rel train to Busan.

Saat ingin membalas chat Ayub dengan mengetikkan untaian kata terindah menusuk hati sanubari yang sudah ingin keluar dari otaknya, tiba-tiba dilayar display smartphone Sasya berganti dengan nama kontak Ayub yang tertera memanggil. Sasya segera mengeser speed dial ke kanan pada layar dihadapanya, sehingga dia dapat dengan jelas mendengar suara yang sudah sangat dikenalnya dari seberang sambungan.

" Halo..." terdengar suara Briton serak-serak becek dari arah sambungan.

"iya halo asssalamu alaikum" jawab Sasya segera memotongnya.

"wa alaikum salam, tadi maksudnya apa?", sambarnya dengan nada kesal tepat langsung ke inti masalah tanpa basi-basi.

Merasakan akan tanda-tanda gempa berkekuatan skala lichter. Sasya melontarkan kata demi kata sehangat mungkin sehingga dapat mencairkan suasana yang sudah mulai beraura panas membara." Aku sudah tak ingin menjalin hubungan yang mengatas namakan pacaran lagi denganmu, aku tak dapat menjelaskan dengan panjang lebar alasannya karena intinya ini jalan yang baik buat kita". Dikemanakan pidato panjang yang sudah terkonsep itu.

Dari arah sambungan telfon terdengar suara hembusan napas panjang Ayub yang coba dia kontrol agar tak meledak kan emosi "apa aku membuat kesalahan ? Atau kamu marah ? apa yang salah ?" menyerbu Sasya dengan berbagai pertanyaan yang membuatnya bingung dengan yang dihadapinya sekarang, tanpa ada angin tanpa ada hujan Sasya minta putus.

Sasya memutar bola matanya mengarah ke bawah dengan jari telunjuk menuliskan sesuatu tak jelas pada lantai keramik sambil melanjutkan ucapannya "hmmmm.... Aku tidak ingin pacaran lagi entah denganmu atau siapa pun, tidak akan pernah lagi. This is my decision, so I hope you can understand me and please berhenti bertanya apa alasanku memutuskan itu. Kita masih bisa menjadi teman kok." Jelas Sasya pada Ayub dengan sopan se-sopan sopannya dan sesingkat-singkatnya dikarekan pidato yang sudah terkonsep dikepala Sasya tiba-tiba saja kabur hilang entah kemana. Blank...

Tomorrow With My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang