Kode Keras

2K 92 3
                                    

"Ini hati, bukan badan intelijen
Kalau suka lamar, bukan main kode"

Merogoh kunci kamar di mini bagnya. Berhasil menemukan lalu membuka kunci pintu. Aktivitasnya teralihkan oleh suaru dentingan notifikasi smartphone disaku kemeja Sasya. Mengambil benda pipih lalu membuka notifikasi whatsApp. Mengerutkan dahi bingung menerima pesan dari nomor yang tak dikenalnya.

0856 546*** : Bukankah jalan berdua dengan bukan muhrim masuk kategori larangan ?

"Sya .. ", panggil Ilah. "Kalo nggk salah liat tadi kamu boncengan sama cowok. Bukankah itu nggk boleh yah ?".

"Hah ..." Sasya menyentuh tengkuk menampilkan mimik kebingungan. Bingung menjawab pertanyaan yang memojokkannya. Mau bohong nambah dosa, jujur akan menjatuhkan dirinya. Apa boleh buat sudah terlanjur basah, ceburkan saja Sasya di samundra pasifik."Iya, Nggk boleh", menyengir lebar.

"Uda tau nggk boleh tapi kok dilakuin"

"Kepaksa",ujar Sasya kikuk.

"Tapi kan tetep nggk boleh."

"Iyaya I promise this is the last time." Sasya mengangat jari peace.

"Hem .. janjinya sama Allah bukan sama aku."

"Iya, syukron untuk selalu mengingatkan."

" afwan. Jangan lanjutkan kebaperan yah." Ucap Ilah memperingatkan.

Sasya berbalik memegang gagang pintu. "Cie yang udah dilemparin kode keras". Seru Ilah menggoda.

Genggaman Sasya melemas terlepas mendengar ucapan menggelitik dari Ilah. Berpaling pada Ilah mengerutkan dahi bingung. Darimana Ilah tahu menahu soal itu. Sasya melabarkan pupil menyoroti Ilah.  "Nguping yah ?", seru Sasya balik menggoda Ilah sambil tersenyum devil.

Dilempari tatapan mengintimidasi, Ilah segera membuyarkan kebingungan yang melekat dibenak Sasya. "Enak ajah nguping. Lebih tepatnya nggk sengaja denger, kebetulan tadi ngambil jemuran. Eh pas banget telinga aku menangkap pembicaraan serius kalian."

"Serius ? Hahaha ... Nggk lah. Dia itu cuman bercanda." Sasya berusaha mengelak.

"Feeling aku dengernya serius loh. Penekanan ucapan, volume oktaf suara, kalimat terangkai tulus, pasti udah pasti serius." Seru Ilah bersih kukuh tak mau kalah.

"Wah ... beda emang ngadapin anak matematik, pake riset segala. Sampai-sampai ucapan orang saja, penuh perhitungan. Udah udah ... malahan riset kamu itu yang bakalan lanjutin kebaperan aku. Eh malah praktekin teori perhitungan. Ucapannya itu bukan rumus yang mesti diturunin mendetail untuk mendapatkan jawaban kesimpulan akhir dari pecahan-pacahan kode-kodeannya."

"Yee .. Jadi perempuan itu jangan selalu menerjemakan maksud tersirat pake hati, tapi mesti dibarengi logika. Kadang hati bisa menipu, apalagi jika syaitan sudah ikut andil dengan bisikan mautnya. Jadilah salah satu perempuan cerdas yang memiliki sinergi sejalan antara hati dan logika hingga mampu memecahkan kode-kodean. "

Bermuka cemberut, "Huh .. ini hati, bukan badan intelijen. Kalau suka lamar bukan main kode," sahut Sasya berlalu memasuki kamar.

***

Enam tahun silam meninggalkan kediaman yang menjadi saksi bisu kenangan tercipta. Tak ada yang berubah, suasana, interior dan rasa nyaman masih seperti beberapa tahun yang lalu. Kerinduan terlepas saat menginjakkan kaki di rumah sederhana nan cozy bergaya hunian klasik.

Alif menghentikan edaran pandangan saat Syarif memanggilnya dari ruang makan. Berjalan menuju ruangan tersebut mendekati meja makan kayu jati ukiran klasik. Mereka berlima khusuk dengan makanan masing-masing. Kecanggungan menyelimuti ruang makan. Mode on bisu. Tak tahan dengan suasana menyesakkan. Musa membuka suara.

Tomorrow With My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang