"Tampan dan Mapan
Itu cuman bonus
Yang penting itu iman"Tanpa kabar. Tanpa permisi. Tiba-tiba Juno sudah berada di Makassar. Mengagetkan siang Sasya dengan isi chat yang menanyakan alamat. Parahnya lagi dia sudah diperjalanan. Sasya panik tak kepalang. Tak tahu harus berbuat apa.
Tergesa-gesa mengganti daster andalan dengan mengenakan pakaian gamis biru navy. Berlari ke kamar Viani meminjam kerudung instan miliknya. Saat itu hanya Viani yang ada dikost. Sasya berdiri tampak percaya diri didepan Viani memperlihatkan penampilannya.
"Bagaimana ? Nggk lebay kan ?," tanya Sasya yang ingin terlihat sederhana.
Viani memperhatikan penampilan Sasya dari ujung kaki sampai kepala. "Oke sip."
Ponsel Sasya berdering. Juno is calling. Sasya dan Juno saling bersapa salam. "Aku sudah ada di Antang. Bentar lagi nyampe. Bisa nggk kita ketemunya didepan kompleks saja?. Soalnya habis ketemu kamu kami sudah mau buru-buru balik lagi ke Soppeng."
"Oough .. Iya bisa. Kalo gitu aku tunggu didepan kompleks." Ujar Sasya mengakhiri panggilan.
"Vin aku minjem motor yah. Di depan kompleks doang."
"Biar aku antar, aku mau ikut."
"Nggk perlu. Aku bisa sendiri."
"Nggk. Aku yang nggk bisa kalo nggk nemenin kamu. Aku juga mau ngeliat dia Sya. Penasaran euy. Please." Ujar Viani memelas.
Sebenarnya Sasya memang butuh teman. Dia akan canggung jika sendiri. Dan tentunya sebuah pertemuan bukan muhrim, diharuskan membawa teman masing-masing untuk menghindari fitnah. Sasya dan Viani berangkat menuju depan kompleks.
Sesampainya disana, mereka menunggu didepan mart. Viani duduk dimotor sedang Sasya berdiri ditepi jalan agar memudahkan mereka menemukannya. Tak berselang lama mobil sedan putih berhenti didepan mart. Memunculkan dua sosok lelaki. Lelaki bertubuh tegap, tinggi, berisi dan lelaki yang kelihatan mungil bersanding dengannya.
"Sasya?," sosok lelaki tegap tersebut menunjuk Vian.
Vian menggeleng panik." Bukan, itu Sasya." Mengarahkan pandangannya pada sosok Sasya dipinggir jalan yang membelakangi mereka.
Lelaki tegap menghampiri Sasya. Bertepatan jarak terkikis Sasya berbalik menangkap sosok dua lelaki tersebut. Ada debaran bergejolak tak teratur didalam dada Sasya. Mata Sasya tertuju pada sosok lelaki tegap dengan perawakan ramah. "Sasya ?," tanyanya membuka suara.
Ditanggapi Sasya dengan seulas senyum tipis membalas keramahan sambil sedikit melirik sosok lelaki disampingnya yang tertunduk malu. Juno mengangkat wajahnya tersenyun tipis menyuguhkan paparan kulit cerah, hidung mancung dan alis tebal mempertegas ketampanannya.
Mereka berdua terlihat mengobrol dibawah terik panas matahari. Bukan dengan Juno melainkan Sasya dengan kakak ipar Juno si lelaki tegap ramah yang menemani adiknya. Juno hanya terdiam bagai patung lilin pahatan madame Tussaud terukir tersenyum di wajah baby facenya.
Dimana titik berat yang harus dihadapi Sasya adalah menatap Juno secara langsung adalah hal yang paling berbahaya dan sangat ditakutkannya selama ini. Kini mulai bereaksi tanpa bisa Sasya kendalikan. Si penyakit baperan terkontaminasi karena pesona visual pemikat wanita yang dimiliki Juno. Maka terfitnahlah kau sang Juno. Sebuah kesalahan besar terlahir dengan visul tak sopan.
Ilusi..ilusi.. Sasya mengatakan berulang dalam hati. Anggap ini hanya ilusi. Bayang-bayang semu.
Berselang beberapa menit mereka pun berpamitan. Dikarenakan ingin balik ke Soppeng secepatnya. Mereka bertukar salam perpisahan. Dipandanginya sekali lagi Juno didepan mata menunduk pamit lalu berbalik menuju mobil. Sasya bergumam. Aku tak sanggup menghadapimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow With My Imam
Espiritual[ON PRIVATE- Beberapa akhir chapter] Kisah cewek labil yang memutuskan buat nggk pacaran lagi. Alasanya takut nambah-nambahin beban dosa. Padahal dirinya termasuk tipikal cewek mudah jatuh hati tapi susah move on dari mantan satu-satunya.Alhasil dia...