Panai MahaR(L)

1.9K 94 0
                                    

" Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya "
(HR. Ahmad)


Seisi rumah berkumpul diruang keluarga setelah makan malam. Membahas kelanjutan kisah perjodohan Sasya dan Juno yang akan berakhir ditangan mereka. Keputusan akhir berada ditangan kedua orangtua Sasya selaku orang yang masih berada dalam cakupan tanggung jawab Sasya. Tak ketinggalan Alif dan Musa sebagai pihak pendukung.

Alif terlihat gelisah . Sesekali memandangi smartphone. Buka tutup buka tutup lock display smartphone. Berharap jika dia akan menerima balasan pesan. Gusar mengacak-acak layar smartphonenya, Alif merutuki dirinya yang sungguh teramat-amat menyesal kecolongan mengirim pesan pada Sasya. Dia bela-belain melanggar pribadi bertolak belakangnya dan merelakan diri keluar dari sisi bodo ametnya. Demi sebuah keinginan keras yang melibatkan pertentangan dirinya. Namun malah balasan pengabaian yang dia terima.

Sabilah mengerutkan dahi berpikir akan jalan keluar mana yang mesti ditempuhnya. Dibantu keras oleh suaminya. Termenung menyentuh dagu dengan pikiran melayang-layang mencari ide. Alif merutuki diri menyesal telah melanggar aturan mainnya sendiri. Enggan memikirkan lagi. Alif memilih kembali ke zonanya. Cuek bebek in action. Beralih fokus ke layar display LCD TV yang ditonton Musa. Suguhan sinetron berseason yang sepertinya akan mengikuti jejak cinta fitri, dimana setiap akhir episode perseasonnya memiliki hobi menggantung penonton hingga dibuat penasaran selama setahun dan baru akan dilanjutkan ketika romadhon tiba. Kesempurnaan cinta season 3. Lelahnya penonton dalam penantian.

Mendengus kesal, Syarif lelah menjejaki ide-ide tak kunjung muncul."Tolak langsung aja kan simple." Alif pecah konsentrasi balik memandangi kedua orangtuanya. Ikut arus perbincangan mereka. Menajamkan indra pendengarannya. "Kenapa kita harus pusing-pusing mikirin cara yang ujung-ujungnya buat sakit kepala." Syarif menyeringai sinis.

"Papa mah enak, nggak ada hubungan apa-apa sama mereka. Laah mama hubungan ada, keluarga pulak. Gimana caranya, kita nyelesain urusan dengan mereka tanpa ada yang tersinggung. Gimana caranya membuat mereka sendiri yang mundur secara terhormat agar silaturahim kita tetap terjaga. Menolak bukanlah hal yang mudah untuk mama lontarkan ." Sabilah memijat pelipisnya pusing.

Ternyata Sasya menolak. Ada kelegaan pada binaran mata Alif. Rasa sesak terbebas. Bahagia terbit ditarikan ujung bibir berlawanan menampakkan sinaran senyum sumringah. Kali pertama bagi Alif menautkan senyum dibibirnya. Dan tak satupun yang menyaksikan. Sungguh merugilah kalian.

Pupil mata Sabilah melebar. Terbersitlah ide melesat didalam kepalanya. "Panai." Sabilah tersenyum getir."Kita minta panai yang sebesar-besarnya. Ketika mereka tak mampu, dia akan mundur cantik dengan sendirinya tanpa harus kita hempaskan."

"That's good idea Mom." Syarif setuju.

"Nggk ada cara lain selain panai ?" Suaru Alif mengalihkan fokus pandangan keduanya mengarah hanya padanya. Mendengar kata panai, Musa ikut menyoroti Alif. Sorot mata ketiganya mengintimidasi ruang gerak Alif. Seketika kikuk mengeluarkan kalimat selanjutnya.

"Se setahu A Alif. Panai merupakan hal yang paling sensitif untuk dijadikan alasan. Telah kita ketahui bahwa Panai atau mahar adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi agar pernikahan menjadi sah. Mahar ini diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak mempelai wanita. Mahar pernikahan dalam Islam, disebutkan pula oleh Allah SWT di dalam Al Quran berikut bahwa kedudukan mahar dalam pernikahan adalah wajib." Alif memberi penjelasan panjang lebar tak langsung keinti agar memudahkan mereka menerima apa yang dikatakan Alif. Mencoba sedikit memahamkan keluarganya agar tak main-main dengan urusan panai.

"Berikanlah mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mahar itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya" (QS. An-Nisa: 4)". Wajah ketiganya tampak serius mendengar penjelasan Alif. "Mahar adalah syarat, bukan tujuan, bukan tujuan." Kalimat Alif penuh penekanan.

Tomorrow With My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang