Fluktuasi Keimanan

2.3K 96 2
                                    

"Jika memang sudah waktunya
Maka percayalah
Semuanya akan mudah
Dan caranya sungguh menabjukkan"

" Siapa gerangan sosok yang telah menyentuh hatimu nak" tanya Arsyad penasaran.

"Asiyah tak tahu jelas nama lengkapnya, yang Asiyah tahu namanya ALIF". menampakkan ekspresi bingung.

"Alif ?" Tanya Arsyad menyakinkan.

Nama Alif begitu familiar ditelinga Arsyad. Mungkin nama Alif begitu pasaran, pikirnya. Namun bisa jadi jika Alif yang dimaksudnya adalah Alif yang dia kenal.

"Kalian bertemu dimana ? " tanya Arsyad.

"Dikampus tempat Abi ngajar" jawab Asiyah tersenyum simpul.

"Mahasiswa Abi ?", tanya Arsyad lagi menyakinkan dirinya bahwa orang yang dimaksud Asiyah adalah orang yang sama yang ada dipikirannya. Asiyah mengangguk yakin merespon pertanyaan Abinya. Kali ini Arsyad pun yakin dengan tebakannya.

"Alif Ali Abqari", ujar Arsyad spontan.

Kedua ujung alis Asiyah bertautan menampilkan ekspresi bingung." Abi kenal dengannya?."

"Kemungkinan dia Alif yang Abi kenal, tak banyak Alif Alif yang menarik perhatian Abi selain Alif Ali Abqari." Seru Arsyad menarik kedua ujung bibirnya.

" Emangnya ada apa dengan Alif yang telah menarik perhatian Abi?",tanya Asiyah mulai penasaran.

Tersenyum kembali,"Dia salah satu calon yang ingin Abi jodohkan denganmu tapi..." Arsyad menghentikan ucapannya mengubah raut muka wajah yang awalnya senang menjadi ekspresi kecewa.

"Tapi kenapa Abi", seru Asiyah tambah penasaran.

Menghembuskan napas panjang," Sewaktu Abi bicara dengannya dengan niat menjodohkan kalian, dia langsung menolak. Dia satu-satunya orang yang menolak dijodohkan denganmu, katanya dia belum siap. Jika mereka berdua merupakan Alif yang sama maka Abi mesti mempertebal muka datang menemuinya lagi," Arsyad tertawa ringan menyamarkan kecemasannya.

Raut wajah Asiyah ikut murung takut membayangkan jika kemungkinan itu benar. Dia merasa tak tega jika Abinya harus datang dua kali menemui orang yang sudah menolak Arsyad. Asiyah tahu Abinya akan senang hati menerima permintaannya namun jika dipikirkan, pertemuan keduanya akan terasa canggung. Hal tersebut bukanlah perkara mudah.

"Kapan kalian bertemu dan bagaimana bisa kamu sangat yakin memilih dia sebagai calon imam mu nak ?," tanya Arsyad penasaran.

Menundukkan kepalanya dalam menutupi rona pipi merah mudanya. Asiyah menormalkan perasaannya membuang napas pendek lalu mengangkat wajahnya.

"Dua minggu yang lalu sewaktu Asiyah membawakan Abi makan siang dikampus. Bagaimana Asiyah memilihnya tak bisa Asiyah jelaskan secara detail, saat melihatnya hati Asiyah berhasil direbutnya. Jika ditanya alasanya, mungkin karena tanggung jawabnya, mungkin sopan santunnya, mungkin perhatiannya, mungkin dia tahu cara memperlakukan wanita dengan baik, beberapa kemungkinan itu yang membuatku memutuskan menjatuhkan pilihanku padanya."

"Putri satu-satunya Abi sudah jatuh cinta ternyata, kamu sudah dewasa nak". Seru Arsyad mengulas senyum merekah.

***

Jika ditanya apakah Sasya uda hijrah sepenuhnya. Jawabannya adalah TIDAK. Dia masih setengah-setengah. Merubah dirinya membutuhkan waktu yang sangat lama. Untuk beberapa kasus dia sudah menata diri dan hatinya perlahan. Namun masih saja ada hal yang tak begitu terbiasa olehnya.

Contoh kecilnya masalah pakaian, meski sudah berhijab dia masih sering menggunakan jins ketat yang memperlihatkan lekuk tubuh. Sasya beralasan akan ribet memakai rok bila membawa motor so dia masih menggunakan jins jika sedang bepergian namun disiasati dengan memakai kemaja atau blues longgar dan sepanjang lutut menutupi lekuk tubuh. Tetap saja itu memudah-mudahkan syariat namanya. Sasya masih termasuk pehijrah labil. Dia masih butuh suntikan ilmu.

Tomorrow With My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang