"Ada doa diam-diam untuk sebuah pertemuan
Ada sebuah cerita di balik rindu yang tertahan
Meski Perjumpaan tak tahu kapan
Namun aku biarkan mimpi melesat menembus awan"Senja mulai menyapa menyemburatkan langit jingga. Sasya duduk menengadahkan wajah menatap langit sore ngitungin pesawat yang lewat efek kurang kerjaan. Benda dipangkuannya bergetar. Sasya tunduk meraih smartphone. Bagai ke samber gledek senja sore. Dia menerima balasan chat yang sedari tadi di nanti setelah sekian lama.
0856 546** : Aston Makassar Hotel & Convention Center, Jalan Sultan Hasanuddin, Baru, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Aku tunggu !!
Membelalakan mata tak percaya. Sasya membaca berulang isi chat, menerjemahkan maksud pesan. Seketika ledakan tawa menyembur keluar. Mengocok perut Sasya. Heran, bingung, tak menyangka. Pikiran bercampur aduk menerka maksud pesan.
Namun tak mampu menerjemahkan. Dia hanya mampu menertawai diri dan diri orang tak dikenal.Berselang beberapa detik tertawa, smartphone Sasya kini berdering menampakkan panggilan masuk.
Orang tak dikenal is calling . . .
Menatap layar smartphone, tiba- tiba gengaman Sasya melemas. Kini dia kelabakan berpikir apa yang harus dilakukan ataupun dikatakannya. Rasa penasaran sejak kemarin membuat Sasya tak membuang waktu. Berkali-kali berdehem menormalkan suara.
"Assalamu alaikum." Terdengar suara salam lelaki di ujung smartphone.Belum sempat menjawab salam, lelaki tersebut sudah melanjutkan ucapannya cepat, tanpa jeda dalam satu tarikan napas."Ini kak Alif, Papa ada titipan buat kamu. Saya tunggu di alamat yang tadi dikirim."
Tut..tut..tut..
Memutuskan sambungan, tanpa mendengar satu patah kata pun dari pihak yang satu. Bagai kambing congek, Sasya merasa seperti orang bodoh terserang kebisuan. Tak sedikitpun diberi celah berbicara.
Menatap lekat smartphone, Sasya mendelik kesal dengan seringai sinis. Kenapa harus nelpon kalo caranya seperti itu. Voice note aja sekalian.
Sasya segera menghubungi papanya. Sekedar konfirmasi. Nihil, tak ada respon. Beralih menelfon mamanya.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.Hah ... Bagi Sasya operator terdengar mengatakan : nomor yang anda tuju sedang kompak menolak panggilan, jangan coba hubungi lagi.
Feeling Sasya tak akan salah. Mereka berdua pasti sudah merencanakan semua ini. Dalang utama sudah dipastikan, siapa lagi jika bukan Syarif. Sejak kemarin-kemarin dia lah yang sibuk memperbaiki hubungan mereka berdua.
Sasya telah berada di depan hotel. Dengan keadaan terpaksa tak ikhlas. Sejak tadi mengomel sendiri disepanjang jalan. Sepanjang jalan itu pula malaikat atid sibuk mencatat dosanya. Meloloskan napas kasar. Sasya menghubungi orang tak dikenal, maksudnya kak Alif.
Tut..tut..tut..
Sambungan mati. Telfon Sasya di riject. Wah astagfirullah. Melotot pada smartphone, Sasya mengumpat tak jelas. Kesabarannya runtuh. Seakan ingin murka kini Sasya dikuasai pengaruh syaiton. Tak lama chat Alif muncul.
Alif ba ta saja : Kamu tunggu di lantai dasar. Saya lagi ada pertemuan. Mungkin sekitar 20 menit.
Amarah Sasya mereda. Setidaknya ada alasan mengapa dia diabaikan. Sasya melangkah memasuki hotel. Mengedarkan pandangan mencari tempat yang nyaman untuk menunggu. Mata Sasya tertuju pada sofa di sudut basemant hotel. Mendekati sofa lalu duduk manis disana sok sibuk mengutak atik smartphone. Giliran menunggu seperti ini, Sasya akan menyesali dirinya tak mendownload games di smartphonenya. Setidaknya ada pengobat jenuh ketika menanti. Namun tak perlu dipikirkan. Karena Sasya telah terlatih menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow With My Imam
Spiritual[ON PRIVATE- Beberapa akhir chapter] Kisah cewek labil yang memutuskan buat nggk pacaran lagi. Alasanya takut nambah-nambahin beban dosa. Padahal dirinya termasuk tipikal cewek mudah jatuh hati tapi susah move on dari mantan satu-satunya.Alhasil dia...