"Terkadang Allah menegur kita dengan
Kejadian tak terduga
Untuk membelokkan langkah kita yang
KELIRU"Tok .. tok .. tok ..
Suara ketukan pintu membuat Sabilah menoleh. Menghentikan kegiatan menajamkan inra pendengarnya. "Pa .. Buka pintu. Anak-anak pasti sudah pulang." Teriak Sabilah dari arah dapur yang tengah sibuk menyiapkan makan malam.
Suara menggelegar Sabilah membuat telinga Syarif mendengung. "Mama nggk perlu teriak. Papa denger kok." Gerutu Syarif beranjak dari sofa meletakkan koran yang dibacanya.
"Oh papa disitu toh, kirain ada di kamar. Maaf pa. " Sabilah terkekeh didepan kompor.
Syarif berjalan menuju arah pintu. Memutar kenop. Pintu terbuka lebar menampilkan sosok pria berperawakan ramah melempar senyum. Menatap lurus kearah Syarif. "Assalamu alaikum."
"Wa alaikum salam." Balas Syarif agak linglung.
"Benar ini dengan kediaman Alif ?."
"Iya. Benar."
Pria tersebut mengulurkan tangan." Perkenalkan saya Arsyad dosen Alif di IIUM."
Binaran mata Syarif memancar mendapatkan titik terang atas rasa penasarannya. Syarif tersenyum ramah menjabat tangan Arsyad. "Syarif, papa Alif. Mari silahkan masuk." Syarif mengiring Arsyad duduk diruang tamu.
"Alif masih dalam perjalanan pulang."
"Oh yah ?."
"Iya. Mereka sudah dekat katanya."
"Ah iya."
"Kalau boleh tahu ada perlu apa ?," tanya Syarif penasaran.
"Saya ingin menjemput Asiyah. Putri saya."
Syarif membulatkan mata terkejut. Kemudian ia menganggukan kepala sambil berkata,"oh."
"Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih karena sudah menginjinkan putri saya nginap disini. Saya agak sibuk dengan acara pertemuan dengan relasi para dosen jadi Asiyah memutuskan ingin menemui Alif. Tanpa disangka ia bertemu dengan putri anda."
"Iya sama-sama pak. Saya senang kok putri saya bisa kenal dengan Asiyah. Sosok yang patut menjadi cerminan buatnya."
Sejenak hening. Syarif menggaruk alis tak nyaman. Menyentuh tengkuknya ragu. Ia ingin sekali menayakan perihal hubungan Alif dan Asiyah. Berhubung Arsyad telah berada tepat dihadapannya selaku orang yang sangat mengenal keduanya . Syarif tak ingin melewatkan kesempatan emas. Ingin rasanya menarik benang merah yang kusut dikepalanya. Sejak kemarin ia sudah mati penasaran akan hubungan mereka.
Menyadari ekspresi wajah Syarif yang tampak bingung. Arsyad bertanya," apa yang anda pikirkan ? Sepertinya anda ingin menanyakan sesuatu. Silahkan tak usah sungkan."
"Maaf sebelumnya jika saya agak kelewat batas, tapi saya penasaran akan hubungan Alif dan Asiyah. Kelihatannya mereka dekat."
"Alif belum cerita ?."
"Belum dan saya rasa tidak akan cerita. Ia sangat tertutup dengan kehidupan pribadinya. Saya sempat memancing pembahasan tentang masalah pribadinya tapi ia enggan memperpanjang."
"Tampaknya Alif memang sangat tertutup sampai-sampai tak menceritakan kehidupannya pada keluarganya sekalipun."
"Sebenarnya Alif anak angkat saya. Makanya dia agak tertutup pada kami."
"Oh jadi begitu." Arsyad merasa iba. "Sebenarnya saya menjodohkan mereka berdua." Syarif melongo sejenak.
"Dijodohkan ?," langkah Sabilah terhenti didepan keduanya. Tangan Sabilah bergetar memegang nampan. Syarif menoleh lalu segera berdiri meraih nampan yang berisi dua cangkir teh. Meletakkan satu didepan Arsyad dan satu didepan tempat duduknya. "Ini istri saya, Sabilah." Calm down Mom. Bisik Syarif saat membantu tubuh tegang Sabilah duduk disofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow With My Imam
Spiritual[ON PRIVATE- Beberapa akhir chapter] Kisah cewek labil yang memutuskan buat nggk pacaran lagi. Alasanya takut nambah-nambahin beban dosa. Padahal dirinya termasuk tipikal cewek mudah jatuh hati tapi susah move on dari mantan satu-satunya.Alhasil dia...