Cobaan Pertama Sang Jomblo

4.6K 175 3
                                    

"Cinta datang dan pergi sesuka hati, tapi tidak dengan cinta-Nya
Selalu terbuka pintu untuk kembali meski kita berulang kali meninggalkan-Nya"
~Radindra Rahman~

Godaan demi godaan mencoba Sasya tepis dari pergolakan batin yang sedang bersitegang. Dimana logika menuntut untuk tidak mengubris dan menolak menekan add friend. Namun hati Sasya berkata lain, sang hati mengingankan jari telunjuknya segera melancarkan hasrat terpendamnya.

Sedari tadi Sasya sudah uring-uringan dan guling-guling tak jelas. Kek cacing kepanasan yang berjemur dibawah sinar matahari pantai Bira. Tak henti menatap layar smartphone sehabis pulang kuliah.

Sebuah akun facebook yang sudah sangat lama dicarinya berada tepat didepan mata, haruskah Sasya abaikan?.

Ingatkah Sasya bahwa hari ini merupakan hari pertama, dia mendeklasikan dirinya sebagai jomblo sampai halal. Tak Sasya jamin dan tak menutup kemungkinan, tembok yang ingin dibangunnya baru berupa pondasi itu akan runtuh. Bagaimana mau runtuh jika pondasinya saja yang baru setinggi poon toge itu pun sudah ingin dilangkahinya. Dikemanakan Istiqomahnya neng?

Berpikir sejenak "Apa salahnya berteman? Hanya berteman nggk lebih, nggk akan melibatkan hati kok, serius" menyakinkan hati,pikiran,batin,jiwa dan sebagainya yang menyangkut indra perasa Sasya.

Alhasil syaiton menyambar jari telunjuk Sasya menekan add friends pada akun miliknya, "tinggal menunggu konfirmasi" menarik bibir keatas mengukir senyum jahatnya.

Entah apa yang Sasya lakukan saat ini bisa dikatakan kategori khilaf, tapi sungguh dia sangat menginginkannya. Anggap saja Sasya termakan bujuk rayuan syaiton kali ini. Astagfirullah... sudah terlambat bagi Sasya untuk sadar.

Dentingan suara notifikasi smartphone, memberikan isyarat sebuah inbox masuk. Diraihnya benda pipih tersebut lalu mengetikkan password key security smartphonenya yang memiliki tingkat keamanan tinggi dan kerumitan angka yang sungguh sangat sulit, 0000 akhirnya terbuka.

Betapa shock Sasya mendapatkan Inbox langka dalam list pesannya. Nyaris saja dilemparkan benda pipih itu saking seremnya, bukan karena Sasya mendapatkan kiriman pic horror ala kunti atau sandal bolong, melainkan...

Asraf Pragusdi Syam : Kayak kenal

Demi apa Asraf mengenal Sasya. Sasya sudah terpaku menempel kek cicak kremian disudut kamar tak menyangka dan tak menyanah seseorang yang sudah dikaguminya sejak lama, mengingat bahkan mengenalnya. Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan Sya, bisik syaiton ditelinga Sasya.

Sasya Salsabilah Syah : Siapa coba ???

Asraf Pragusdi Syam : Sepupunya Raniah yang tetangga'an sama nenek aku di daerah Jambu Air, Right ?

Hati Sasya bersorak ria gerak gempita, senyum-senyum, malu-malu meong pipi kemerahan kek udang rebus saking kesenengannya di ingat oleh sang idola. Bahagia itu sederhana Sya.

Bertemu secara langsung saja tak pernah. Hanya sebatas curi-curi pandang dan lirik-lirik modus. Melihat dari kejauhan. Entah bagaimana Asraf mengingat Sasya. Setahu Sasya hanya dia yang sering mencuri pandangannya secara diam-diam memperhatikan gerak gerik Asraf dari kejauhan yang hanya terjangkau oleh mata Sasya.

Saat itu Sasya masih SD, yaah SD. Cinta monyet alay ala anak ingusan jaman 90'an hahahaha... ternyata Sasya pernah sealay itu. Masih sih, tetep ALAY malah lebih paraaah.

Tomorrow With My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang