"Aku begini
Sebab aku ingin menjaga hati
Aku begini
Sebab aku ingin mengambil jarak
Mencari aman dari fitnah atas fitrahku
Yang belum waktunya tercurahkan"Rasa sesak menggerogoti dada. Suhu tubuh berubah panas. Jantung berpacu tak normal. Mata berkristal. Kepala puyeng. Sasya mengalami komplikasi. Kelainan yang Sasya rasakan ketika menyaksikan drama pertemuan dua insan yang sedang dilanda rindu, rindu berat. Pikir Sasya.
Tak betah berdiri terpaku dengan perasaan yang tak karuan. Sasya bergerak perlahan melewati dua insan tersebut. Mereka yang masih dalam suasana terkejut. Tak menyadari bahkan memedulikan pergerakan Sasya.
Raga berlalu namun pikiran masih terpatri di TKP (tempat kejadian perkara). Yalaauw Sasya patah hati tapi kagak nyadar. Gejolak perasaan yang sudah jelas menggambarkan ciri-ciri penyakit hati. Bukan dalam artian sempit seperti, iri, dengki, kikir, riya, tamak dan sebagainya, kelas berat. Penyakit hati Sasya masuk dalam kategori universal. Bisa dikatakan, Sasya terjangkit virus gegana (gelisah, galau, merana) yang lagi kekinian dikalangan kaula muda.
Sasya menjatuhkan tubuh diatas springbed. Terbaring menerawang langit-langit kamar. Bayang-bayang keduanya terlihat jelas. Adegan teputar ulang di depan mata. Meski semua hanya imajinasi buatan. Sasya bagai nonton layar tancep dilangit kamar. Menyaksikan adegan menyayat hati. Bulir air mata Sasya melesat tepat di daun telinga. Merasakan sentuhan tetes air hangat dikulit. Sasya menyapu kulit basah dengan telapak tangan. Tak ingin larut dalam kesedihan. Sasya beraksi mengacak-acak udara. Memporak-porandakan ilusi yang melekat di langit kamar . Mengibas-ngibaskan tangan mengusir bayang-bayang ilusi. Sasya menggelengkan kepala berkali-kali.
"Tidak ..tidak.. aku tidak boleh merasakan hal seperti ini."
Dentingan notifikasi WA membuat Sasya mencari smartphonenya. Ia lantas bangun menoleh kiri kanan lalu mengangkat satu persatu benda disekitarnya. Benda pipih Sasya ditemukan di bawah guling yang ia selipkan saat membaringkan tubuhnya. Sasya mengerutkan dahi melihat pesan dari Alif. Dibukanya notifikasi untuk membaca keseluruhan teks.
Alif ba ta saja : Ke teras sekarang !
Pesan Alif berkontraksi melemaskan bahu Sasya. Sasya sungguh tak ingin berada diantara mereka. Tapi jika itu perintah Alif, ia sungguh sangat tidak ingin mengabaikannya. Setengh ikhlas dan sedikit terpaksa dan setengah ikhlas. Sasya beranjak dari tempat tidur. Melangkah gontai tak berdaya. Letih, lemah, lesu, lunglai, gejala anemia Sasya kambuh gegara Alif, pikirnya. Parah memang, lebay iya. Sasya cenderung sosok alay nan lebay karena condong memiliki perasaan sensitif.
Sasya menampakkan diri dengan menyuguhkan senyum terindah yang ia miliki. Takut kesaing senyum manis Asiyah. Alif malah membalas tatapan tajam mengiris kalbu Sasya. "Kamu kenapa ninggalin Asiyah, tamu kok dibiarin gitu aja. Tidak sopan itu namanya Sya."
Pahit. Pahit ... Semua perkataan Alif terasa pahit bagi Sasya. "Biar kalian leluasa ngobrolnya." Ujar Sasya sok lugu. Heh.. nggk ada terimakasihnya. Sasya membatin sebal.
Sasya tak peka akan sifat Alif. Dia tak sadar jika alasan Alif memanggilnya hanya untuk terhindar dari fitnah. Alif yang sangat menjaga diri dan diri orang lain. Alif yang sangat menghindari celah syaitan untuk menggoda dirinya masuk dalam bujuk rayuan menyesatkan.
Tentu saja niat baik Alif selalu tersembunyi dibalik perlakuan kejam dan kasarnya pada Sasya. Sikap peduli dan kelakuan manis Alif selalu tak kasat mata. Belum tahu saja sisi lain Alif yang tak pernah ia tonjolkan."Jangan pernah membiarkan seseorang bukan mahrom dalam keadaan berduan. Hal tersebut akan memberimu celah memperberat dosa. Biasakan peduli sama diri kamu. Kemudian peduli sama orang lain. Membiarkan berarti ikut mengabaikan larangan Allah. Kamu harus ingat itu Sya. Jangan sampai terulang lagi. " Alif memutar bola mata kesal," Mungkin kamu hanya menganggapnya hal ini sepele, tapi kita harus mulai peduli dari hal kecil dulu agar terbiasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow With My Imam
Spiritual[ON PRIVATE- Beberapa akhir chapter] Kisah cewek labil yang memutuskan buat nggk pacaran lagi. Alasanya takut nambah-nambahin beban dosa. Padahal dirinya termasuk tipikal cewek mudah jatuh hati tapi susah move on dari mantan satu-satunya.Alhasil dia...