Pengakuan (2)

1.7K 107 10
                                    

Andra sedikit menunduk mendekatkan pandangannya pada wajah Sasya. "Tunggu sebentar. Kenapa anak ini terlihat cantik saat tertidur." Ia duduk dikursi bundar berbahan marmer tepat disamping kursi santai yang ditempati Sasya. Andra lebih intens menatap Sasya.

"Emang sih kalau diperhatiin anak ini memang cantik kalau lagi diem. Serupa Aurora yang lagi merem." Ujar Andra menyentuh dagu seakan berpikir. "Pantes aja Ayub kagak bisa move on. "

Tiba-tiba Andra geleng-geleng kepala. "Ah.. ngomong apa sih aku." Andra kembali sadar. "Untung dia lagi tidur. Dengerin aku memujinya bisa terbang menembus langit ke tujuh dia."

Andra lantas berdiri lalu menyentuh bahu Sasya. " Sya.. bangun Sasya. Jangan tidur disini."

"Emm..." gumam Sasya.

"Sya." Suara Andra naik dua oktaf. Ia menguncang bahu Sasya.

"Ha .. kenapa." Mata Sasya terbuka. Pandangannya buram. Tak dapat mengenali orang yang ada didepannya.

"Jangan tidur disini. Masuk gih."

Sasya berusaha menajamkan inra penglihatannya. Melotot lebar,"siapa ?," tanyanya bingung.

"Aku Andra. Cepetan bangun."

Sasya bangun dari tidur. "Oke oke kak Andra." Duduk dengan kepala lemas tertunduk. Mengumpulkan nyawa dan kesadaran. Andra akhirnya pergi lebih dulu memasuki vila. Setidaknya ia sudah memastikan Sasya terbangun.

Sasya perlahan bergerak menapakkan kaki ditanah. Ia beranjak dari tempat duduk. Melangkah sempoyongan tak terkendali. Derap langkahnya terhenti di depan meja yang ia tempati diner tadi. Duduk sejenak mengembalikan kekuatan. Menghirup udara segar. Menepuk-nepuk keras kedua pipinya. "Sadar Sya sadar. Wake up." Sasya masih berusaha mengontrol kantuk. Melototkan kedua mata. " Tarik napas, buang napas huuuft ... Tarik, buang hufft ..."  Rasa kantuk berat menguasai dirinya. Matanya kembali terkatup. Kepala Sasya melemas turun menempel meja.

5 menit kemudian

"Sya .. " dia menghampiri Sasya dengan membawa selimut.

"Hmmm..."

"Kamu sudah bangun ?," tanyanya memastikan.

Sasya bergumam,"hmmm."

"Pake ini biar nggk masuk angin." Dia menutupi tubuh Sasya dengan selimut. Posisi tubuh Sasya menekuk condong kesisi meja. Pipinya kini telah menyatu dengan meja. Lelaki tersebut menarik kursi lalu duduk didepan Sasya.

Didalam Vila Andra baru menyadari ketidakmunculan Sasya. "Aah.. anak itu pasti lanjutin tidurnya." Ia menoleh kearah Ayub yang sudah tertidur pulas diatas sofa panjang. Tatapannya beralih pada Musa yang asik main game di gadgetnya. "Sa.. Hoeey Sa."

Musa tak mengubris. Andra melempar bantalan sofa tepat mengenai kepala Musa.
"Auw .. apa sih." Musa meringis.

"Noh kakak kamu ketiduran diluar."

"Terus apa hubungannya sama aku? " Musa cuek.

Andra makin emosi. "Hubungan sedarah. Saudara kandung. Perlu diperjelas lagi ?."

Musa beranjak frustasi. "Ya ya. Aku kesana." Ia berjalan menunduk menatap layar gedget melanjutkan game.

"Tadi, aku mengaku menyukai orang lain." Ujarnya mengedarkan pandangan. Kemudian kembali melirik Sasya.

Langkah Musa terhenti mendegar suara lelaki yang sedang berbicara. Musa maju selangkah mengecek. Lalu tiba-tiba mundur. Ia takut menganggu obrolan mereka. Sedikit penasaran, ia kembali memajukan wajah melirik keduanya. "Sasya tertidur ?,"gumam Musa.

Tomorrow With My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang