"Biarlah aku memilih buta pada segala apa yang kulihat tentangmu
Memilih bisu pada apapun yang ingin ku katakan padamu
Memilih tuli atas segala apa yang kudengar tentangmu dari orang lain
Sebab untuk melihat, mendengar, dan berbicara, tentang dirimu itu penuh konsekuensi besar"
~Ekamaretta~Liburan semester pun telah tiba. Sasya memutuskan pulang ke rumah untuk mengisi liburan semester tahun ini. Mengepak barang-barang yang diperlukan. Menghubungi langganan mobil sewa yang biasa Sasya tumpangi saat pulang kampung. Setelah semuanya beres Sasya menuruni tangga dan berjalan diarea kompleks menuju jalan raya menunggu angkot yang akan membawanya ke tempat yang dijanjikan bertemu sang sopir. Berhubung sang sopir tak ingin repot menjemput, terpaksa Sasya yang harus mengalah untuk kerepotan.
Angin sepoi-sepoi masuk melalui celah jendela mobil membelai kelopak mata hingga tertutup. Menyandarkan kepala dan tertidur pulas disepanjang jalan. Tak ada yang membangunkannya hingga terang berganti gelap menampakkan malam yang dihiasi sinar lampu jalan. Dilihatnya jam tangan hitam yang melingkar ditangan kirinya. Pukul 7. Sasya bahkan tak mendengar adzan. Sasya memang tak kenal tempat untuk tertidur jika sudah dilanda kantuk, dia akan dapat tertidur dimana saja entah dengan orang asing sekalipun. Diculik? Dia tak pernah kepikiran kesana makanya ketika ingin pulang dia diwanti-wanti oleh Mamanya ikut dengan langganan yang juga sekompleks dengannya di kampung.
Berbicara soal kampung, sebenarnya tempat tinggalnya terletak di pusat kota, hanya saja itu menjadi istilah para mahasisiwa ketika kembali pulang ke kediamannya. Pulang kampung biar kekinian.
Sesampainya dirumah Sasya disambut Papa, Mama dan sibungsu Musa sedangkan kakeknya sudah terlelap selepas isya."Kakak belum pulang ? " .Kalimat pertama yang terlontar dari bibir Sasya.
Semuanya menggeleng dan kembali fokus pada layar led Tv yang ditontonnya. Setelah membereskan semua barang bawaannya Sasya menuju meja makan memakan nasi goreng yang sudah dipesannya.
" Abis lebaran ini kami punya rencana pulkam. Uda lama kita nggk ketemu keluarga disana". Syarif membuka suara tanpa menoleh sedikitpun dari layar tv.
Mendengar kata kampung Sasya menampakkan binar matanya. "Serius ? Aah ... seru dong." Sasya exited.
" Kesenengan. Pasti punya niat terselubung tuh, kebaca kamu Sya." Musa menyela yang sudah menangkap ekspresi bahagia Sasya yang tak terbendung.
Sasya melototkan mata ke arah Musa yang sudah mulai mengajaknya perang mulut. " Sok tau kamu Sa.. husst... Sasya menempelkan jari telunjuk dibibirnya menuntut Musa untuk bungkam. Soal Sasya, Musa tahu segalanya. Bahkan noda setitik pun tak ada yang terlewatkan. Bagaimana tidak, Musa bagaikan gudang penyimpanan rahasia Sasya.
***
Keluarga Syarif kembali ke kampung halaman. Ini merupakan pulkam season 2 bagi Sasya, tapi ini benar-benar masuk kategori pulkam. Tempat kelahiran papa, mama dan Sasya merupakan pedalaman kecil yang jauh dari pusat kota. The real kampung di daerah Jambu Air perbatasan Soppeng dan Wajo. Musa jangan tanya lagi dia anak kota yang lahir di daerah rantauan tempat kediaman Syarif.
Tak terasa keluarga Syarif tiba di kediaman Rusli yang merupakan rumah kakak mama Sasya. Biar nggk ribet biasa disebut Tante Dista. Satu persatu keluarga Syarif keluar dari dalam mobil. Musa sudah terlihat sibuk menurunkan bagpack di bagasi.
Setelah Sasya turun dia segera kebelakang begasi membantu Musa mengangkat Bagpack masuk ke dalam rumah. Bolak balik seperti setrikaan membuat Sasya terlihat lelah dan menyeka buih peluh keringat didahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow With My Imam
Spiritualité[ON PRIVATE- Beberapa akhir chapter] Kisah cewek labil yang memutuskan buat nggk pacaran lagi. Alasanya takut nambah-nambahin beban dosa. Padahal dirinya termasuk tipikal cewek mudah jatuh hati tapi susah move on dari mantan satu-satunya.Alhasil dia...