Keraguan Melewati Batas

1.6K 96 6
                                    

"Hal terburuk bukanlah lampu merah
Bukan juga waktu yang tak tepat
Hal terburuk adalah keraguan yang tak ada habisnya"
~Reply 1988, Jung Hwan~

Auditorium kampus dipenuhi calon sarjana dan para tamu undangan. Masing-masing calon sarjana hanya bisa membawa  satu tamu undangan masuk dalam auditorium. Karena kapasitas gedung yang tak mempuni. Saat itu Sasya masuk bersama Sabilah. Sedang Syarif hanya menunggu didepan gedung sendirian.

"Assalamu alaikum om." Sapa Asraf sopan memegang sebuket bunga ditangan kanannya.

Syarif mendongak," Wa alaikum salam." Dahi Syarif berkerut bingung. Ia mencoba mengenali wajah pria muda didepannya. "Siapa ?." Tanyanya menyerah pada ingatannya yang sudah mulai kabur.

Asraf tersenyum menjabat tangan yang langsung disambut Syarif. "Asraf om, anak almarhum Syam."

Mengerjapkan mata cerah, Syarif langsung mengingat putra Syam. "Ah. Iya saya ingat, waah .. kamu sudah dewasa. Wajahmu mirip sekali dengan Syam. Makanya tadi aku merasa agak familiar."

"Iya om. Tadi saya pikir om bakalan nggak kenal."

"Om cuman agak linglung. Biasalah faktor U. Faktor umur." Kata Syarif tertawa kecil. "Ada kerabat yang wisuda juga yah ?."

"Oh tidak om. Saya kesini mau kasih selamat buat Sasya." Ujar Asraf menyentuh tengkuknya malu.

"Sasya ? Kalian deket yah ?."

"Iya om . Kami kenal dekat." Keduanya lantas terdiam. Duduk berdampingan sambil termenung menyelami pikiran masing-masing.

Tak lama, "Asslamu alaikum pamer." Seru Ayub ceria menyapa.

Ah nambah satu lagi kuman yang bakal nempelin Sasya. Gerutu Syarif sebal. "Pamer-pamer. Kamu ngejekin saya ?."

"Ah om. Ini julukun yang lagi hits. Pamer. Papa mertua." Jelas Ayub menampilkan mata bulan sabit saat tersenyum.

"Iya hits tapi kedengerannya kek orang jahat. Dikiraan nanti saya suka pamer."

"Hehe.. Maaf papa om." Kata Ayub sembari duduk disamping Syarif.

Jadilah Syarif berada ditengah-tengah para pejuang hati putrinya. Jelas sekali mereka sedang pedekate pada Syarif. Anak jaman sekarang kagak ada matinya. Batin Syarif tak menduga.

Kata Niah Sasya single. Ni kucrut atu, siape ? Rutuk Asraf dalam hati.

Tak butuh waktu lama, pertanyaan dalam hati Asraf terjawab. "Kenalin Asraf, dia Ayub mantan sekaligus kuman yang nempel ke Sasya mulu."

"Elah papa om. Nggak usah dijelasan sedetial itu juga kalii."

Menjulurkan tangan kedepan Asraf. "Ayub, mantan terindah Sasya." Ujar Ayub percaya diri.

"Asraf." Asraf menyambut uluran tangan dengan mengulum senyum seadanya.

"Bunga kamu mana yub ?." Celetuk Syarif.

"Bunga ? Nggak bawa papa om."

"Nggak modal. Tuh liat, Asraf saja bawa bunga." Tunjuk Syarif pada buket bunga yang tergeletak disamping Asraf." Fyi, Syarif sedang menegangkan suasana diantara Asraf dan Ayub.

Dahi Ayub berkerut, ia tengah berpikir. Kecepatan otak yang ia miliki rada lalod. Satu-persatu ia pikirkan. Asraf ? Bunga ? Datang ke acara special Sasya. Bukankah niat kami sama ? Merebut hati Sasya. Ah .. kenapa aku baru sadar akan kemunculan rival yang... Mata Ayub menscan penampilan Asraf mulai dari bawah sampai atas kepala.  Waw, kecenya melampaui kapasitasku. "Aku nyiapin yang lebih special kok papa om." Kata Ayub tak mau kalah.

Tomorrow With My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang