Bagian tanpa judul 4

11.5K 660 14
                                    

Ku tengok jam tanganku, pukul 2:30 pm. Jake seharusnya sudah berada di sini untuk menjemputku 30 menit yang lalu. Jake adalah kakak tingkatku, karena dia berada 1 tingkat di atas ku, dan ya, dia adalah pacarku. Aku sudah mengiriminya banyak pesan, dan menelponnya beberapa kali namun tidak ada jawaban. Entah kemana dia.

Suasana sekolah hari ini terlihat berbeda dari sebelumnya, hanya sekitar 30 menit setelah bel pulang berbunyi dan sekolah sudah terlihat sepi, tidak seperti biasa. Beberapa anak terlihat berlarian menuju halaman belakang sekolah, beberapa lainnya mengikuti, tebakkan ku hanya satu, pasti sedang terjadi perkelahian antara anak berandalan satu dengan berandal lainnya.

Dulu saat hal ini terjadi, ku pikir ada sesuatu mengejutkan yang terjadi di belakang sekolah, seperti turunnya ufo, ditemukannya ujung pelangi, atau rekahan yang terjadi secara tiba-tiba membelah sepanjang halaman. But nope, tidak ada yang terjadi. Hanya sekumpulan anak-anak mengelilingi para petarung, menanti siapa yang akan berjaya dan siapa yang akan tersungkur ke tanah menanggung malu sepanjang tahun.

Hampir seluruh siswa pasti akan menonton pertandingan itu, mereka hanya akan bubar jika pihak sekolah menelpon polisi tapi rasanya mereka sudah tidak lagi peduli, beberapa kali ku lihat polisi yang mereka panggil malah ikut menonton bahkan membuat taruhan atas pemenang dan pecundang. Entah apa yang mereka pikirkan.

Sedangkan aku, aku sama sekali tidak tertarik untuk menonton pertandingan semacam itu, tidak ada faedahnya kalau kata kakak ku.

"Diba, hey!" Tiba-tiba seseorang memanggilku.

Aku menoleh ke sumber suara, ternyata Scope. Scope adalah salah satu dari sahabat nerdy ku, nama aslinya adalah Sintya tapi karena dia adalah seseorang yang sangat menyukai ramalan astronomi akhirnya kami semua memanggilnya Scope. "Hey, Scope. Where have you been?" tanyaku melihat pakaiannya yang sedikit terlihat aneh, penuh pernak-pernik bintang. Sebenarnya dia berpakaian seperti itu setiap hari, tapi itu tetap saja aneh di mata ku.

"Labo, as always, hahaha. What are you doing here? You should be at home right now." Labo adalah laboratorium, kami menyingkatnya agar tidak terlalu rumit, dan untuk menyembunyikan kesan "kutu buku"nya, walaupun tidak terlalu berpengaruh banyak.

"Yeah, I'm waiting for Jake. Have you see him?" tanya ku.

"Oh no. No, no, no, no. Please don't tell me that you don't know it." Scope terlihat sangat panik, dia meletakkan kedua tangannya di atas kepalanya.

"What? Don't know what? Can you be more normal? You scare me." Jawabku.

"Look at this!" Scope mengeluarkan handphone nya, menunjukkan ku suatu pesan bertuliskan :


 "BLOODY JAKE! SHE-WHO-MUST-NOT-BE-NAMED HAS RETURNED!!!"


Seketika Scope menarik tanganku, mengajak ku berlari menuju ke halaman belakang sekolah. Penuh. Banyak sekali orang di sini, mereka mengerubungi sesuatu, bersorak sekuat mereka, menyemangati petarung yang tadi ku bilang. Seperti dugaan ku, ada polisi di sini tapi mereka malah ikut menonton, tidak hanya dua, kali ini ada enam, dengan dua mobil polisi terparkir di dekat mereka.

Mereka semua terlihat ganas, mendorong satu sama lain, berebut untuk mendapatkan posisi terbaik untuk mendapat view yang memuaskan. Scope menatapku, dia masih memegang tanganku dengan erat, meyakinkanku bahwa tidak akan terjadi apa-apa.

Akhirnya Scope menarik ku masuk menyelinap ke dalam kumpulan manusia ini, sangat tidak nyaman. Terasa sangat jauh jalan yang kami lewati sampai akhirnya Scope berhenti menarik ku, dan kami telah sampai di baris terdepan.

Sungguh aku tidak percaya dengan apa yang ku lihat.

"Bloody Jake", ku lihat Jake terbaring tak berdaya di atas rumput, seseorang berada di atasnya, memukuli wajah Jake yang berdarah, rumput di sekitarnya bercipratan darah, tangan seseorang itu juga penuh darah. Seseorang itu menggunakan jeans hitam dan hoodie berwarna abu-abu, di pergelangan hoodie nya juga terkena noda darah.

Spontan aku langsung berlari ke arah seseorang itu dan menubruknya agar ia menjauhi Jake. Ia terjatuh, aku tidak peduli, aku langsung menghampiri Jake yang sudah tak sadarkan diri. Seketika semua penonton bubar dengan cepatnya, termasuk enam orang polisi yang ada di sana. Aku melihat ke arah Scope, memberinya isyarat untuk menelpon ambulan.

Aku tidak tahu apakah Jake masih hidup atau tidak, darah mengotori bajunya, wajahnya, dan juga rumput di sekelilingnya. Dapat ku pastikan bibirnya akan menerima beberapa jahitan, pelipisnya juga berdarah.

Seseorang yang memukuli Jake tadi baru berdiri dari jatuhnya, dia berjalan pincang untuk mengambil tasnya. Aku tidak menghiraukannya, aku tidak ingin berurusan dengan berandalan lagi. Yang terpenting bagi ku saat ini adalah Jake tidak mati dan tidak akan terjadi kerusakan organ apapun. Berlebihan memang, tapi tidak ada salahnya memikirkan kemungkinan terburuk.

Seseorang itu berdiri tepat di samping ku dan Jake saat ini, dia melemparkan beberapa lembar uang, dan sebuah kartu nama. "He's not dead yet." Aku mengalihkan pandanganku ke orang itu. Seorang anak perempuan, berambut pirang, dengan bibir yang juga mengeluarkan darah, di hoodie nya juga terdapat cipratan darah. Dia berlalu meninggalkan kami sambil kembali menggunakan tudung hoodie nya, jalannya pincang,

Aku kembali memerhatikan Jake, bingung. Apakah benar Jake baru saja dihajar habis-habisan oleh seorang anak perempuan?

Bruk!

Seketika anak perempuan itu kembali, menendang wajah Jake, membuatnya tersandung dan terjatuh lagi.

"What the hell are you doing?!" Teriak Scope.

Anak perempuan itu terlihat kesusahan berdiri, dan aku masih terdiam, masih tidak percaya dengan semua yang baru saja ku lihat. "Sorry, wrong way." Jawabnya. Lalu dia kembali jalan terpincang meninggalkan kami dengan arah berbeda dari yang tadi. Aku mengawasinya kali ini, tidak ingin dia kembali menendang wajah Jake lagi.

Ku raih kartu nama yang tadi dilemparkannya ke arah ku dan Jake, "Dylana Mckenzy".

Masochist (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang