Dylan's

4.4K 385 17
                                        


Sadar atau tidak, aku masih memikirkannya hingga detik ini. Larut. Padahal sudah hampir 3 tahun aku tidak berhubungan dengannya.

Dalam waktu 3 tahun terakhir ini, yang ku lakukan hanyalah berusaha untuk pulih.

Beberapa kali ku pikir aku berhasil, karena aku sudah tidak memikirkannya lagi. Tapi aku sadar, bahkan di saat ku pikir aku telah berhasil, aku masih memikirkannya. Aku tidak pernah benar-benar berhenti memikirkannya, aku hanya teralihkan sementara oleh kegiatanku. Bahkan jarak ribuan kilometer pun tidak bisa menghapusnya dariku.

Sebelum ini, aku sudah merencanakan semuanya. Aku tahu dia akan kembali, dan di saat dia kembali di situ lah aku akan mencampakkannya. Persis seperti yang telah dia lakukan kepadaku dulu.

Ku akui, dia memang hebat. Bayangkan saja, dia hampir membunuh dan menghancurkan hidup seseorang hanya dengan mempermainkan hatinya.

Oh tidak, sungguh. Setiap kali aku mengingat masa itu, detak jantungku semakin keras dan lambat. Aku dapat merasakan tiap hentakannya, sakit. Perutku juga terasa mual sekarang.

Aku tidak ingin kembali ke masa itu. Kali ini aku tidak akan kuat menahan rasa sakitnya. Hidupku sudah hancur. Entah bagaimana cara Tuhan menulis cerita hidupku, tapi Dia tahu bagaimana caranya menciptakan masalah yang sangat rumit. Bersamaan dengan perginya dia, di saat itu juga keluargaku hancur, studyku tak karuan, dan aku hampir mati. Bukan karena kecelakaan itu, tapi karena rasa sakitnya.

Dalam beberapa bulan, aku hampir tidak tidur sama sekali, aku tidak makan seperti seharusnya alhasil tubuhku jadi kurus dan aku terpaksa dirawat di rumah sakit karena aku terkena maag akut. Setiap hari aku selalu memikirkannya, tentang bagaimana baiknya dia dan betapa tidak menyangkanya aku akan semua yang telah dilakukannya padaku. Banyak berita simpang siur, mengatakan apa yang terjadi sebenarnya tapi aku tidak tahu mana yang benar. Otakku bersikukuh menolak semua hal buruk tentangnya, karena yang ku tahu, sejauh aku mengenalnya, dia adalah manusia terbaik yang pernah ada sehingga aku rela mengorbankan segalanya untuk dia. Aku bahkan sudah memiliki rencana yang kususun untuk kami.

Aku sudah berjuang sekuat yang ku bisa, tidak, aku telah berjuang melebihi dari apa yang ku bisa. Untuk dia.

Tapi dia, mengatasnamakan cinta, pergi. Bersama dengan seseorang yang dulunya ku anggap sebagai orang yang tidak mungkin menyakitiku.

Dia tidak tahu betapa kerasnya aku berusaha. Dia tidak tahu betapa sakitnya. Dia tidak tahu betapa hancurnya aku.

Sepanjang apapun aku menulis ini, aku tidak akan pernah bisa menggambarkan keadaanku pada saat itu. Masa tersuram dalam hidupku. Di saat semuanya terlalu kompleks untuk ku mengerti dengan akal sehatku.

Jujur saja, ku pikir aku telah mati rasa. Aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku tidak akan pernah mencintai seseorang seperti aku mencintai dia. Karena aku tidak akan sanggup menahan rasa sakit yang sama untuk kedua kalinya.

Dan kini, aku bisa mendengar suaranya lagi untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir. Otakku sempat kesulitan mengenali suaranya, tapi jantungku berdetak dengan irama yang berbeda. Dengan sigap otakku menangkap sinyal yang dikirimkan hatiku, aku tahu itu dia.

Apa yang harus ku lakukan sekarang?

Aku tidak yakin bila aku masih mencintainya seperti dulu.

Tapi aku juga tidak yakin bila aku benar-benar tidak mencintainya lagi.

Yang pasti, aku tidak akan sanggup untuk merasakan rasa sakit yang sama seperti dulu lagi.

Dia adalah Gamar dan Rezka ku.



An : Ini part khusus POV nya Dylan (:

Masochist (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang