Ingat ketika ku katakan kepada Dylan bahwa aku akan mengunjunginya lagi besok?
Well,aku tidak mengunjunginya. Bahkan ini sudah hari ketiga semejak terakhir kali kami bertemu. Entah mengapa, bukan maksudku untuk ingkar janji atau membohongi Dylan, hanya saja aku merasa sedikit tidak enak dengan adanya keberadaan Rezka.
Dia terlihat sangat membenciku, ya kan?
Okay, mungkin dia merasa cemburu karena ada orang baru yang dekat dengan sahabat nya? Itu wajar, kan? Sika juga seperti itu. Bahkan ia pernah menangis di telepon semalaman ketika tahu aku memiliki sahabat baru di Amerika, yep, it's Scope!
Rezka hanya takut bila posisinya sebagai sahabat Dylan tergantikan denganku, aku mengerti.
Dan juga, sudah ada Rezka dan Kak Sadrie yang akan menemani Dylan. Ditambah dengan bibi dan beberapa bapak-bapak yang menjaga mereka. Dan jangan lupakan juga, kucing bulat milik Dylan yang namanya lupa ku tanyakan namun Dylan pasti akan mengamuk jika tahu aku lupa menyebutkan kucingnya.
Sebenarnya aku juga mengkhawatirkannya. Ditambah lagi bapak dan ibu ku yang terus menanyakan keadaan Dylan padaku, padahal aku telah memberitahukan mereka bahwa aku tidak lagi datang ke rumahnya. Tak jarang bapak menggodaku dengan cara menceritakan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi ke Dylan di saat aku sedang tak ada di sana, Dylan digigit nyamuk sampai dia berubah menjadi drakula misalnya. Bukan tanpa alasan bapak berkata seperti itu, dulu waktu kelas kami mengadakan study tour ke sebuah perkebunan, hanya Dylan lah yang digerombongi dan digigiti nyamuk. Dari puluhan manusia, hanya dia, sendiri.
Tapi sungguh, aku penasaran dengan keadaannya saat ini. Ditambah lagi dengan sekolah yang akan dimulai dalam waktu kurang lebih 2 minggu lagi.
Suara adzan subuh mulai terdengar, langit tidak segelap tadi. Suara dedaunan yang saling bergesekan terdengar samar-samar. Jika kalian penasaran, ya, aku sedang berada di luar rumah saat ini. Tepatnya di taman komplek, subuh-subuh begini. Itu memang kebiasaanku, di saat pikiranku sedang becabang kemana-mana aku akan "melarikan diri" sejenak ketika tidak ada seorang pun yang bangun. Bukan berarti tidak ada yang tahu kebiasaanku ini, semua orang yang dekat denganku bahkan sudah hapal jika aku tidak ada di kamarku saat pagi berarti mereka harus mencari ku di taman.
Kali ini berbeda. Biasanya aku hanya akan menghilang di saat pikiranku sedang bercabang menuju banyak hal, kali ini pikiranku juga sedang kalut namun hanya disebabkan oleh satu orang. Dylan.
Bagaimana bisa hanya tentang Dylan?
Okay.
Pertama, bagaimana keadaannya saat ini? Masih hidup kah dia?
Kedua, apakah dia mencariku? Apakah dia berpikir aku seorang pengingkar janji sekarang?
Ketiga, bagaimana dia bisa menjadi sebodoh itu? Maksudku, mengapa dia mau meracuni dirinya sendiri? Sebenarnya hal ini sudah dijelaskan oleh Kak Sadrie beberapa hari yang lalu, tapi aku masih penasaran. Aku ingin Dylan sendiri yang menceritakannya padaku.
Keempat, bagaimana bisa Dylan kenal dengan Sika? Aku selalu lupa menanyakan hal ini kepada Sika, karena jujur saja setiap kali dia bersama ku yang dilakukannya hanya membuatku tertawa. Setiap lawakan recehnya selalu terngiang di kepalaku, hal itu menyebabkan aku tidak bisa memikirkan hal lain selain betapa recehnya dia.
Kelima, apa yang dikatakan Dylan dan Jake waktu itu pada saat Jake berada di rumah sakit? Mereka baru saja berusaha membunuh satu sama lain kemarin, bagaimana bisa langsung menjadi seakrab itu?
Oh Tuhan... Bagaimana bisa Kau menciptakan seseorang dengan begitu banyaknya rahasia di dalam dirinya begitu?
Aku yakin, dalam proses penciptaan Dylan, Tuhan hanya memasukan 4 unsur. Yaitu kerahasian, ketidakpedulian, uang, dan kesempurnaan. Yak! Dan terciptalah seeko- maksudku, seorang Dylana McKenzy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masochist (gxg)
RomanceTidak peduli apa yang telah dia katakan padaku. Tidak peduli apa yang telah dia lakukan padaku. Yang ku tahu hanyalah, aku menginginkannya terus begitu. Aku, tidak ingin dia berhenti. [Cerita Lanjutan dari Is It a Wrong Love]