Bagian tanpa judul 5

9.2K 922 65
                                    

Seorang wanita berusia 20 tahunan memasuki ruang rapat kami, memakai seragam kantor yang sangat rapi, rambut brunette yang diatur sedemikian rupa agar terlihat rapi juga. Ia membawa segelas teh hijau di atas sebuah nampan, gelas yang tertutup dengan rapi, ada juga sebotol kecil hand sanitizer di atas nampan tersebut, wanita itu memakai sarung tangan berwarna putih. Ku alihkan perhatianku ke name tag yang sengaja ia sangkutkan di bajunya.

"Ibiza Renova. Secretary."

Seorang sekretaris. Serba rapi. Teh hijau. Gelas tertutup. Hand sanitizer. Sarung tangan.

Aku menutup mataku, menyadari apa yang sedang ku pikirkan. Tuhan, aku tahu wanita ini bekerja kepada siapa. Dia, manusia yang duduk di ujung meja ini, manusia yang ku hindari sejak awal aku masuk ke ruangan ini, dia tidak berubah.

***

Sudah tiga hari sejak kejadian bloody Jake. Jake masih berada di rumah sakit, hanya luka ringan. Ibu Jake memberitahuku bahwa dua hari yang lalu ada dua orang pria berpakaian jas yang sangat rapi datang ke rumah mereka. Pria-pria itu menyampaikan permintaan maaf dari ayah pelaku, Dylan. Mereka berkata bahwa Ayah Dylan siap mengganti rugi berapa pun yang mereka minta, tak terkecuali biaya rumah sakit Jake.

Sialnya saat itu Ayah Jake sedang berada di rumah, tanpa pikir panjang ia langsung menerima tawaran para pria itu. Sekedar informasi, Ayah Jake adalah seorang alkoholik dan pecandu narkoba. Ibu Jake adalah satu-satu nya orang yang mencari nafkah di rumah mereka, tragis. Beruntung Jake adalah anak yang baik dan pintar.

Sudah tiga hari juga sejak kejadian itu, seluruh sekolah tanpa hentinya membicarakan tentang Jake dan Dylan. Rumor simpang siur. Mereka semua bertanya kemana kah perginya Dylan. Ada yang berkata bahwa Dylan pergi ke Korea untuk menjalani operasi plastik, ada yang berkata Dylan bergabung ke sebuah fight club dan menjadi bintang di sana, ada juga yang berkata bahwa Dylan hanya akan kembali di saat dia ingin kembali, tapi entahlah. Aku tidak mengenalnya.

Yang ku tahu sejauh ini hanyalah Dylan seorang anak perempuan, berambut blonde, ayahnya sangat kaya, dan dia sangat cantik. Dia memiliki mata berwarna cokelat gelap, dan sedikit freckles di bawah mata dan sekitar hidungnya. Cantik.

"How's your boyfriend?" Aku dikejutkan dengan suara seseorang yang sudah duduk di sampingku. Tak terasa hanya tinggal aku sendirian di dalam kelas ini karena bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu, aku dan orang ini tentunya.

Aku menoleh ke arahnya, celana jeans, hoodie hitam, rambut pirang. Shit, dia Dylan.

Aku masih terdiam menatap ke arahnya, aku bisa melihat freckles nya, matahari sore yang menembus jendela kelas menyinari mata cokelat itu, aku bisa melihat setiap komponen yang ada di dalam matanya. Aku melihat bibirnya masih terluka, ada bekas darah di sana. Tangannya juga dibalut oleh perban.

Tak terasa hampir semenit aku menatapinya, dan dia diam saja. Dia tidak mengulang pertanyaannya.

"Uhm, he's good, I guess. Thanks to your father for the money." Jawabku spontan, tidak ingin dia menyadari waktu yang ku sia-siakan untuk menatapinya. Kupikir perkataan ku akan menyinggungnya, tapi tidak. Dia hanya mengangguk. Tak lama kemudian dia meraih tas nya, entah untuk apa dia membawa tas di saat dia sama sekali tidak pergi ke sekolah untuk belajar.

Dia berdiri lalu berjalan menjauhiku.

Dia terlihat sedikit kesusahan, aku tahu dia menahan sakit di setiap langkahnya, ditinjau dari rahangnya yang mengeras setiap saat dia melangkah. Dengan spontan aku memasukan semua buku ku ke dalam tas dan memakai tas ku, aku sedikit berlari untuk mengejarnya. Seketika aku memegang tangannya, berusaha membantunya untuk berjalan, tapi dia terlihat sangat terkejut, dan menjauhi ku hingga dirinya terjatuh ke lantai.

Masochist (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang