Musim panas yang sedang berlangsung di Amerika ternyata tidak banyak mempengaruhi keadaan cuaca di Indonesia, terbukti dengan derasnya hujan saat ini. Jam 4 sore terasa seperti malam hari, gelap. Ditambah lagi dengan minimnya cahaya yang masuk ke kamarku, dan aku memang sengaja tidak menyalakan lampunya.
Aku mengurung diriku di dalam kamar yang dulunya menjadi kamarku sebelum kami pindah ke Solo. Tidak ada yang berubah, semuanya berada di tempat yang sama seperti saat ku tinggalkan. Sungguh aku merindukan semua ini.
Handphoneku berdering. Ku raih handphoneku dari meja di samping tempat tidurku, ku rendahkan pencahayaannya karena melihat cahaya terang di dalam ruangan gelap seperti ini dapat merusak mataku.
Sebuah sms, dari nomor baru.
"Ada ya orang baru pulang kampung tapi gak ngabarin. Bagus."
Siapa?
Tok tok tok. Ba, ini ada temen kamu datang. Ucap nenekku, langsung aku bangkit dari tidurku dan membuka pintu kamarku.
"Siapa nek?" Tanyaku ke nenek.
"Siapa ya itu namanya, duh nenek lupa. Susul gih, dia hujan-hujanan loh." Tanpa pikir panjanh aku langsung beranjak menuju teras. Dan di situ lah dia, berdiri, sedikit menggigil, air bertetesan dari pakaian yang dikenakannya, senyuman yang sama, hatiku terasa ngilu, dapat kurasakan pupilku membesar.
"Aku kangen kamu!" Teriaknya lalu langsung memelukku.
"Sika, ih! Basah!" Bentakku berusaha melepaskan pelukannya.
"Oh iya, maaf. Keceplosan hehehe." Lesungnya terlihat setiap kali dia tersenyum atau pun tertawa. Damn.
"Ke kamarku. Lewat pintu belakang." Aku berbalik, menyembunyikan senyumku. Dia konyol, aku suka dia.
Aku mengambilkannya handuk dan pakaian ganti untuknya yang masih berada di depan pintu belakang. Aku memberinya handuk tersebut, "Keringin dulu. Terus ganti bajumu."
Dia mengambil handuknya. "Terus ganti bajunya dimana? Masa di sini sih?" Tanyanya, dia memang sedikit bodoh.
"Di kamar aku. Makanya keringin dulu. Nanya mulu, kaya dora aja." Aku masuk ke dalam kamarku, menghindari pertanyaan bodoh lainnya.
Beberapa lama kemudian dia memasuki kamarku, lalu menutup pintunya. "Gelap banget, manusia kelelawar nih pasti yang tinggal di sini." Katanya seenak dirinya sendiri.
"Eh, lu jaga mulut lu ya kalau gak gua usir keluar lu." Kataku jengkel.
"Eh iya neng. Kagak, gua becanda doang neng. Ampun neng." Katanya sambil tertawa. See, dia konyol.
"Neng, boleh nanya lagi gak? Ganti bajunya dimana ya? Apa di sini aja? Biar situ juga ngeliat, hm?" Dia mengedipkan matanya ke arahku.
"Sikaaa, sialan ya. Ganti baju di situ aja, gak usah bawel. Aku juga gak bakal napsu ngeliat kamu, aku gak bel-" Aku menghentikan perkataanku.
Dia hanya terdiam. Lalu mengganti pakaiannya tanpa melontarkan pertanyaan atau sanggahan apapun.
"Sorry." Kataku setelah dia selesai.
Dia menghampiriku, duduk di sampingku. "Oke, let's make it clear. Kamu ngejauhin aku karena aku belok? Kamu pindah ke Solo, ke Amerika karena aku belok?" Tanyanya dengan wajah serius dan mata yang menatap langsung ke arahku.
"Aku ke Amerika karena ikut bapakku kerja di sana, Sika." Jawabku.
"Oke. Waktu ke Solo, gimana? Waktu setahun sebelum kamu ke Solo, gimana?"
Aku terdiam. Apa yang harus ku katakan?
"Kamu gak bakalan bisa lari dari perasaanmu sendiri, Ba."
Dia mencium pipiku, aku terdiam.
An : fyi, Sika is my new fav character.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masochist (gxg)
Storie d'amoreTidak peduli apa yang telah dia katakan padaku. Tidak peduli apa yang telah dia lakukan padaku. Yang ku tahu hanyalah, aku menginginkannya terus begitu. Aku, tidak ingin dia berhenti. [Cerita Lanjutan dari Is It a Wrong Love]