Part 1: The Last Moment in Osaka✔

1K 60 23
                                    

Saat itu, semua murid kelas 2 sedang melaksanakan studytour ke Osaka. Lebih tepatnya, mengunjungi Osaka Castle. Di dalam sana, tampak berbagai patung daimyo dan benda peninggalan zaman Jepang tertata rapi. Bahkan ada penjelasan adanya zaman Jepang dari zaman Meiji sampai Zaman Sengoku. Tampak dua gadis dengan seragam khas Jepang -sailor uniform- dan tas mini tengah bercanda tawa di tengah kerumunan para pengunjung.

Gadis bersurai coklat yang diikat ekor kuda tertawa kecil, menutupi mulut mungil nan merahnya dengan tangannya. Eye smilenya, bahkan lesung pipi yang menonjol sempurna. Suara nyaring dan lembutnya, membuat tawanya semakin humor. "Benarkah, Sakura? Aku tidak tahu kalau Bobi bilang begitu padamu."

Sakura, sosok cantik bersurai merah jambu pendek bergelombang di salah satu sisinya. Cara ia tertawa berbeda jauh dengan lawan bicaranya. Ia hanya tertawa terbahak-bahak seraya memegang perutnya. "Tentu saja, Ai."

Iris hazel Ai terpantul cerminan benda yang berada di seberang, tak jauh dari jarak mereka berdiri. Segera tangan kurusnya menepuk bahu Sakura, mengisyaratkan agar mereka berhenti berjalan. Tampak sebuah patung daimyo samurai berbahan perunggu murni berdiri kokoh di seberang sana. Kala Ai menunjuk ke arah patung yang mereka lihat tadi, segeralah mereka menghampiri patung bersejarah itu. Terlebih Ai yang antusias menaruh tangannya di bahu patung, berpose selayaknya.

"Sakura, tolong foto, ya." Permintaan Ai dikabulkan dengan anggukan mantap Sakura. Sakura dengan tangan fotographer membidik gadis periang itu dengan kamera yang talinya setia menggantung di leher, mengatur fokus lensa dan pencahayaan. Setelah siap, gadis rambut pink ini memberi aba-aba dan jari lentiknya mulai menekan ikon kamera di layarnya. Terdengar bunyi cekrek dari kameranya, pertanda bahwa Ai sudah dipotret.

Sakura tak sabar melihat hasil potretannya, tapi entah kenapa wajahnya berubah pucat pasi. Iris ungunya menciut dan bibirnya mengatup seperti berkomat-kamit. Betapa kelunya lidah kala Sakura melontarkan satu per dua kata saja.

Ai yang bingung sendiri dengan tingkah Sakura akhirnya menghampiri si rambut pink, ikut melihat hasil potret Sakura. Respon Ai hanyalah desahan malas seraya menepuk jidat.

Terlihat ada Ai yang menaruh tangannya di bahu patung daimyo. Hal yang membuat Sakura menjerit takut hanyalah sebuah asap putih menyerupai wajah manusia yang keluar dari salah satu mata patung dengan kilat mereka di bagian mata asap putih.

"Ai!" Sakura menangkupkan wajahnya di bahu belakang Ai. "Jangan bilang kalau di sini ada hantu!"

Ai sendiri hanya berdecak kesal, menepis tangkupan wajah Sakura dengan sikunya. Sering sekali Ai merasakan sakit bila memukul Sakura, entah baja apa yang Sakura pakai untuk melindungi dan bagaimana caranya dia mengenakan baja ke seluruh tubuhnya.

"Mana mungkin hantu itu ada! Telingaku sakit setelah mendengar pertanyaan yang sama dengan masa-masa kau ketakutan!" Ai mengerling tajam mengelus-elus sikunya.

"Tapi?!" Tangan dingin dan berkulit putih bersih itu sudah bertengger di bahu Ai yang sama. Irisnya bergerak ke sembarang arah. "Kenapa ada bayangan seorang pria yang keluar dari mata patung itu?" Sakura menyanggah menatap Ai takut.

Ai hanya bisa mendengus kasar, memutar bola matanya malas seraya mengusap wajahnya. Irisnya mengerling pada Sakura. "Lupakan soal hantu, Sakura!" Lagi-lagi sikunya kembali sakit setelah menyikut perut sahabatnya. "Lebih baik kita menulis laporan!"

Gadis bersurai coklat itu melangkah keras meninggalkan si rambut pink sendirian. Sakura celingak-celinguk penuh ketakutan dan menatap punggung sahabatnya yang kian memburam.

"H-hei, tunggu aku!" Sakura langsung berlari menyusul Ai yang masih melangkah menghentakkan sepatunya. Mereka berdua tak peduli seberapa banyak para pengunjung menatap mereka heran. Terkadang emosi mampu mengurung rasa malu seseorang.

Kare Wa: My Lovely Vampire!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang