Tangisan histeris sang ibu membuat suasana makin mencekam di kamar anaknya. Rinka berharap Ai tidak kenapa-kenapa di sana. Bukan Rinka saja yang cemas, Riku sebagai tunangan Ai juga merasa was-was. Pikiran mereka tak bisa terfokus pada rencananya. Selalu tertuju pada keadaan Ai. Pasalnya, kamar Ai tampak berantakan akan kumpulan serpihan kaca yang berceceran dan darah segar milik Ai bersimbah ke serpihan kaca maupun permukaan lantai.
Untungnya, mereka yang berstatus vampire sudah menutupi mulut dan hidungnya dengan masker wajah agar tidak tercium aroma menyengat nan menggoda dari genangan darah segar Ai.
"Bibi Rinka, bagaimana bisa Ai-chan diculik Ratu Elf?" tanya Kamesu, mencoba menenangkan Rinka lewat genggaman tangannya.
Mata Rinka tampak merah karena keseringan menangis. Napasnya sesegukan, seperti kehabisan napas. Bahkan bibirnya tampak pucat dan merah akibat gigitannya. Dengan tersedu-sedu dia menjawab, "Dia …,"
*********
"Okaa-san, apa tidak ada lagi yang harus aku bantu?"
Kegiatan membacaku terhenti, bahkan nyaris tersentak kaget. Ku tatap iris mata anakku. Ada suatu sihir yang menyegel syaraf matanya, seperti mengendalikan fokusnya dan menyalurkan beberapa perintah ke otak.
"Ah, s-sepertinya tidak ada, Ai-san," jawabku tersenyum paksa.
Dia tertawa kecil. "Aku mau tidur dulu." Dia pun pergi ke kamarnya seperti biasa.
Ku harap dia baik-baik saja, batinku. Aku kembali membaca buku majalah wanita, tapi aku kembali kaget karena keusilan suamiku.
"Ishh … kau mau aku tembak, hah?!" sewotku seraya menyiapkan buku majalah yang aku baca sebagai senjata.
Kekesalanku menghilang begitu saja ketika aku melihat tawa dan senyuman Kira yang memabukkan disaat dia tertawa terbahak-bahak. Terlalu manis untuk ditunjukkan.
"Argh! Aku serius, Kira!" bentakku. Aku sudah naik pitam dengan semua leluconnya saat itu. Mungkin karena aku terlalu khawatir pada Ai, makanya emosiku susah untuk dikendalikan.
Perlahan-lahan tawaannya kian reda. "Iya. Gomen ne." Dia segera duduk di sampingku, dan tangannya merangkul belakang leherku, mengajak wajahku berhadapan dengan wajah suamiku. "Apa kau mengkhawatirkan Ai-chan, Rinka?"
Aku hanya mendesah pelan, lalu mendongak mengarahkan bola mataku pada kamar Ai. "Sepertinya begitu. Entah kenapa aku jadi cemas, sekaligus curiga," jawabku pelan.
Sepertinya Kira juga memiliki firasat buruk, terbukti dengan deheman yang menerangkan bahwa dia tengah berpikir. Apakah isi hatinya sama dengan perasaanku, aku tidak tahu.
"Kau benar, Rinka. Firasatku mulai tidak enak. Seperti ada yang mengawasi Ai-chan," timpalnya. "Tapi, apa yang kau curigakan?"
Belum lagi aku menjawab pertanyaan Kira, suara pecahan kaca terdengar melengking nan bergemericik secara tiba-tiba. Suaranya berasal dari kamar Ai.
"Benar kan apa yang aku cemaskan, Kira!" panikku.
"Tasukete! Okaa-san! Otou-san! Argh! Siapa kau?!"
Jeritan Ai yang terdengar samar-samar membuat hatiku semakin gelisah. Aku juga mendengar suara ringisan Ai dan derap langkah sepatu yang gemertak. Aku langsung mengambil machine gun di laci meja yang letaknya berdampingan dengan patung geisha, lalu berlari ke kamar Ai, dan mendobrak pintu kamarnya dengan ujung bawah machine gun. Saat itu, aku tidak ingin Ai kenapa-kenapa, karena hanya dia satu-satunya buah hatiku yang selalu menemani keseharianku di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kare Wa: My Lovely Vampire!✔
مصاص دماء[BACA DARI PART SATU AJA. JAN BACA PROLOGNYA] (13+) Hidupku berjalan seperti manusia kebanyakan, walaupun statusku begitu berbeda dengan yang lain. Namun, seluruh hidupku mulai bergantung padanya. Orang yang mengatakan kalau aku adalah miliknya, tap...