Part 11: Story of The Sakura' s Life

138 13 0
                                    

Sesampainya mereka bertiga dirumah yang berumur setengah abad ini, Kamesu dengan sigapnya menekan bel rumah berkali-kali.

Riku memijat dahinya yang pusing. "Kamesu-san, bisa tidak kau tenang sedikit? Bikin orang budeg." pinta Riku geram.

"Ihh, kau tak usah ikut campur, Riku-san." cibir Kamesu masih menekan tombol bel rumah berkali-kali.

"Sudahlah, kak Riku. Itu urusan Kamesu-san,"

"Dan kita tetap terlibat dalam masalah ini, Ai-chan." potong Riku dengan tatapan tajam setajam jarum.

Ai hanya bisa pasrah dengan ucapan pria bersurai coklat pekat ini. Entah kenapa hatinya selalu tertuju pada Riku.
"Sebenarnya dia siapa? Apa dia bukan manusia?" pikir Ai penuh pertanyaan dihatinya.

Cleekk!! Badan pintu itu menampilkan seorang bapak tua berumur 70 tahun. Memang tubuhnya sudah mengandalkan tongkat, tapi titik fokus matanya masih dibilang jernih.

"Tuan Okumura, senang bisa melihatmu lagi." ucap Kamesu membungkuk hormat, dan kerjapan mata sipit sebagai balasannya. Okumura menatap tubuh robot buatannya yang rusak fatal digendongan pangeran werewolf.

"Jangan bilang bahwa kau memerintahku untuk memperbaiki Sakura, Yang Mulia Kamesu." tebak Okumura menyipitkan mata yang sudah sipit itu.

"Kak Riku," Ai menguncang-guncang lengan Riku dengan pelan. "Kenapa kakek itu menyambut dengan formal? Pakai sapaan Yang Mulia lagi. Emang Kamesu-san seorang pangeran?" bisik Ai.

"Oh shit! Kenapa aku lupa dengan identitasku dan juga Kamesu-san? Aarrgghh!! Tamatlah riwayatku!" batin Riku frustasi.

"Um ... sebenarnya dia kelahiran orang bangsawan, Ai-chan. Makanya dia suka disambut Yang Mulia." jawab Riku seasalnya.

"Tapi, aku dengar semuanya manggil nama dia. Bahkan tidak ada info kalau Kamesu-san adalah seorang anak bangsawan." kata Ai bergumam.

"Eh, um ... anu," Ia melihat Kamesu yang menatap tajam ke arahnya. Riku tak bisa menelan salivanya.

"Bisa tidak kau tidak bertatap tajam padaku? Aku berkata itu juga agar Ai-chan tidak curiga pada identitas kita." ucap Riku melalui pikirannya. Raut wajahnya tampak kusut namun masih tanpa ekspresi.

"Hei, apa maksudmu, Riku-san? itu memang benar, aku memang suka disebut seperti itu. Tapi, tidak begitu juga kali. Yang ada Ai-chan malah tambah curiga pada kita." sanggah Kamesu.

"Kalian berdua kenapa saling tatap mata sih? Ada yang salah dengan ucapanku?" tanya Ai.

Kedua insan ini menatap tajam pada Ai, dan itu membuatnya tak bisa menelan ludah. Ai segera mengganti topik pembicaraan sebelum Ai dengan mudah memukul kepala Riku dan Kamesu karena amarahnya.

"Eee ... tuan Okumura, tolong perbaiki Sakura-san. Aku selaku sahabatnya tak bisa melupakannya sendiri." pinta Ai memelas.

"Gomen ne, dik Ai. Tapi, mataku tak bisa melihat benda dengan jelas lagi. Lagipula, aku ini sudah tua, sudah mulai pensiun dari pekerjaanku sebagai profesor." tolak Okumura sopan.

Bruukk!! Kamesu menjatuhkan tubuh Sakura begitu saja, lalu melangkah pelan ke arah Okumura. Ia langsung menodongkan salah satu kuku panjangnya ke leher keriput Okumura.

Ia menatap lekat matanya yang berubah menjadi mata serigala berwarna emas. "Matanya sedingin salju." batinnya.

"Tolong perbaiki Sakura-chan, atau kepalamu yang aku jadikan sebagai makanan para werewolf gila. Mengerti?" bisik Kamesu tepat di telinga kakek tua itu. Riku yang mendengarnya bergidik ngeri, sedangkan Ai hanya memasang raut wajah penasaran.

Kare Wa: My Lovely Vampire!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang