Eps7: Wickedness

4.4K 1K 124
                                    

Jangan kira Jimin tak mengatakan semuanya pada Moon tentang dia yang menyuruh Seulgi untuk menjauhi Taehyung. Kebiasaan pria itu dari dulu memang selalu menceritakan semua kecemasannya.

"Jimin, sebenarnya kau tak salah tapi aku yakin dia pasti tak akan menurutimu jika kau tak memberitahu alasannya." Moon berujar menasihati Jimin.

"Tapi aku tak bisa mengatakan yang sebenarnya, lagi pula, aku tak bermaksud apa-apa. Aku hanya berusaha melindunginya." Tapi bukannya memberi saran untuk Jimin, selanjutnya Moon malah menatapnya.

"Kenapa?" Moon bahkan tersenyum. "Kenapa kau tersenyum?"

"Berusaha melindunginya ya?" Dan detik itu juga, Jimin seketika merubah raut wajahnya.

"Eum tidak maksudku--,"

"Aku mengerti Jimin." Moon memotong perkataan Jimin agar dia tak menyangkalnya lagi.

"Bukan begitu, aku hanya tak ingin terus merasakan kecemasannya karena setiap kali dia seperti itu, aku selalu terganggu." Tidak, Jimin pasti berbohong. Jelas Moon tahu jika Jimin memang sedang berbohong.

"Kau hanya perlu mengabaikan kecemasannya saja dan tak usah menolongnya."

Di situlah Jimin tak bisa berkata apa-apa. Moon benar, kalau memang Jimin tak berniat melindungi Seulgi, bukankah dia hanya harus mengabaikan kecemasan gadis itu?

"Tapi apa kau akan membiarkan seorang gadis dalam bahaya?"

"Itulah masalahnya Jimin, kau mempunyai rasa untuk melindungi gadis itu dan aku rasa... kau memang ditakdirkan untuk melindunginya." Jimin mendadak bisu setelah mendengar perkataan Moon barusan. "Kau tak perlu menyuruhnya untuk menjauh dari Taehyung. Kau cukup melindunginya."

***

Seulgi masih tak mengerti dengan apa yang Jimin katakan saat mereka bertemu di parkiran tadi. Pria yang biasanya menjauh itu malah menghampirinya dan mengatakan sesuatu yang menurut Seulgi tak masuk akal. Jimin menyuruhnya menjauhi Taehyung. Terlebih pria itu sama sekali tak memberinya alasan mengapa Seulgi harus menjauhi Taehyung.

Kini Seulgi melajukan mobilnya menuju rumah setelah tadi dia pergi membeli peralatan wanita di dekat kampusnya. Itung-itung membuang rasa penatnya. Lagi pula ayahnya juga pasti pulang larut karena sibuk dengan pekerjaannya.

Mobil gadis itu menyusuri jalanan sepi yang dikelilingi hutan lebat di sebelah kanan kirinya. Menyalakan lampu, mengunci mobil sudah dia lakukan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Tapi hal tidak diduga tiba-tiba terjadi ketika mobil yang semula melaju kencang malah melambat dan berhenti.

"Ada apa ini?" Ujar Seulgi yang masih sibuk menyalakan mobilnya kembali meskipun gagal. "Apa mobil ini mogok?" Sial sekali, ini masih di tengah jalan yang sepi dengan hutan lebat yang menyeramkan. Di sini juga tak ada seorangpun yang berlalu lalang.

Seulgi masih berusaha untuk meredam kepanikannya dengan cara mengambil ponselnya di tas untuk menelepon ayahnya. Namun sayang, Seulgi harus mengumpat saat tak sedikit pun sinyal yang tertangkap oleh ponselnya.

"Sial." Gadis itu terus berusaha, tapi masih saja tak berhasil. Sampai pada akhirnya Seulgi memutuskan untuk membuka pintu mobilnya dan mencari sinyal di luar. "Ayolah kumohon." Seulgi masih mencari sinyal, tapi masih saja gagal.

Seulgi masuk kembali ke dalam mobil dan berharap akan ada mobil yang melintas. Usahanya menunggu pun tak sia-sia, karena beberapa saat kemudian, sebuah mobil berhenti.

Gadis itu bisa melihat dua orang pria keluar dari mobilnya. "Nona? Kau sedang apa di sini?" Seulgi berpikir jika kedua pria ini memang akan menolongnya.

WEREWOLF BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang