Eps17 : Leave

3.2K 665 162
                                    

Bermacam-macam kasus sudah pernah ditemui oleh polisi yang kini tengah mendudukkan dirinya di meja kerja sambil menatap beberapa surat laporan orang hilang yang telah dikirimkan. Selama dia menjadi Polisi, ayah Seulgi baru kali ini menemukan kasus begitu banyak orang hilang di kotanya.

Dia tak tahu apa penyebab orang-orang itu menghilang begitu saja. Kota ini terbilang cukup aman, dia juga sangat tahu karena dia lah yang mengawasi kota ini sepenuhnya. Pria itu masih memperhatikan lembaran-lembaran kertasnya sampai seseorang mengetuk pintu.

"Polisi Kang?" Seorang pria berpakaian polisi menyembulkan kepalanya sebelum masuk.

"Masuk." Pria itu pun duduk di depan polisi Kang. "Bagaimana? Sudah ada kabar selanjutnya?"

"Kami menemukan satu orang."

"Lalu?"

Pria itu menghela nafasnya kasar. "Sayang sekali, kami menemukannya sudah menjadi mayat."

Pernyataan bawahannya itu pun membuat polisi Kang mendadak frustasi.

"Kami menemukannya di hutan dengan luka yang cukup parah di leher. Mungkin dugaan sementara karena binatang buas."

"Apa itu serigala lagi?"

"Entahlah, kami masih menyelidikinya. Tapi lukanya benar-benar hanya di leher. Kami pikir serigala akan memakan tubuh korbannya daripada hanya menggigitnya sampai mati."

Polisi Kang masih terus berpikir tentang itu. "Nanti kita selidiki lagi kasus ini."

***

Di tengah ruangan lembab dan berantakan ini, tiga orang pria itu terlihat asyik dengan kegiatannya masing-masing. Dua pria tengah duduk di kursi sambil mengobrol, sementara satu pria di ujung sana asyik 'menyantap' seseorang yang kini sudah tak bergerak dan terkulai lemas. Tempat ini merupakan gudang yang sudah tak terpakai di tengah hutan yang cukup jauh dari kegiatan manusia.

Masih sibuk, mereka menghentikan kegiatannya sejenak saat menyadari seseorang sudah datang ke tempat mereka.

"Baekhyun, kita kedatangan tamu."

Pria yang dipanggil Baekhyun itu pun menghentikan kegiatannya, menghapus bekas darah di dekat bibirnya. Gigi taring dan mata merahnya masih jelas terlihat saat pria itu menghampiri seseorang yang baru saja datang tadi.

"Hay, tuan serigala." Pria yang dipanggil 'tuan serigala' tadi masih tak merubah ekspresinya. "Bagaimana? Jadi kapan kami bisa membalas dendam pada Jimin?" Pria bernama Baekhyun itu bertanya.

"Aku sudah bilang kalian bisa membalas dendam kalian melalui gadis yang aku bilang kemarin. Kau mau menyakitinya atau mau membunuhnya terserah." Ketiga vampir itu merasa sedikit tak habis pikir dengan pria yang berada di depan mereka ini. Dia mengaku sebagai sahabat Jimin, tapi dia juga yang membuat temannya menderita.

"Aku pikir hubungan serigala itu seperti keluarga. Ternyata ada juga pengkhianat di dalamnya."

"Aku sudah bilang, aku putus asa. Aku tak akan menjadi manusia. Begitu juga dengan teman-temanku."

Baekhyun menyeringai. "Jadi.. aku boleh mengambil kekasih Jimin?"

"Terserah aku tak peduli. Yang terpenting Jimin tak bersamanya lagi."

"Wow, kau memang pengkhianat Kai." Ya benar, pria itu Kai. Katakan Kai memang pengkhianat, tapi dia terpaksa melakukan itu karena dia tak akan membiarkan dirinya dan teman-temannya menjadi manusia.

"Ya kau benar, aku memang pengkhianat."

***

Seulgi keluar dengan senyum yang terpampang jelas di wajahnya. Jimin mengirimkan pesan dan mengajaknya pergi keluar bersama. Pria itu bilang mereka akan bertemu di dekat hutan. Seulgi pun semakin mengembangkan senyumnya saat dia melihat Jimin yang berdiri sambil memasukkan tangannya kedalam saku celana.

"Hay." Sapa Seulgi. Sementara Jimin sama sekali tak membalas. Seulgi masih menatap Jimin. "Kenapa kau mengajakku—,"

"Sepertinya kita tak bisa bertemu lagi."

Dengan pandangan lurus menatap Jimin, jantung Seulgi bagai terhantam sesuatu yang keras.

"A-apa maksudmu?"

"Aku akan pergi." Jimin tak pernah sekalipun memberitahu ini pada Seulgi sebelumnya.

"Kenapa? Kau tak pernah mengatakan ini sebelumnya."

"Semuanya memang tiba-tiba." Jantung Seulgi semakin berdebar tak karuan setelah Jimin mengatakan itu.

"A-apa semua ini karena masalah vampir itu? Jimin aku baik-baik saja, mereka tak akan menyakitiku, sungguh." Tak ada jawaban dari Jimin. "Jim—,"

"Ini semua bukan karena itu Seulgi "

"Lalu apa? Kenapa kau harus pergi?"

"Aku tak bisa mengatakannya."

"Kalau begitu aku ikut. Aku ikut bersamamu."

"Tidak, kau tidak bisa. Aku tak menginginkanmu."

Untuk kedua kalinya, jantung Seulgi serasa terhantam sesuatu yang membuatnya begitu sakit.

"A-apa?"

"Sudah cukup selama ini aku membohongi diriku sendiri dan bertingkah seolah aku menyukaimu. Aku yakin aku sudah memberimu harapan yang nyatanya adalah palsu." Sungguh, semua yang dikatakan Jimin itu bohong. Dia bahkan membohongi dirinya sendiri. "Aku tak mau kau semakin berharap padaku yang bahkan tak pernah menyukaimu."

Seulgi bersumpah, matanya benar-benar mengabur karena air mata yang mulai menggenang.

"Ja-jadi.. selama ini—,"

"Ya, kau terlalu berharap padaku."

"Katakan kalau kau sedang berbohong Jimin."

"Aku tidak sedang berbohong." Semua yang dilakukan Jimin padanya benar-benar membuat Seulgi sakit. Dia tak pernah membayangkan jika Jimin akan benar-benar meninggalkannya.

"Kenapa kau tak mengatakan hal ini dari awal? Kenapa kau membuatku menjadi gadis bodoh yang mengira bahwa kau benar-benar menyukaiku? Dan kenapa perlakuanmu seolah mengatakan kalau kau menyukaiku?" Jimin melihat satu titik bening di pipi Seulgi.

"Aku hanya penasaran. Seharusnya kau sadar saat aku tak pernah mengatakan perasaanku padamu selama ini. Seharusnya kau tak menganggap kalau aku menyukaimu. Dan ini saatnya aku mengatakan semuanya sebelum aku menyakitimu lebih banyak lagi."

Seulgi memejamkan matanya erat dan menghela nafasnya. "Kumohon.. Jangan tinggalkan aku."

"Maaf."

"Kumohon.."

"Hiduplah dengan baik."

"Jimin.. please."

"Hiduplah seperti sebelum kau mengenalku."

"Tidak. kumohon Jimin." Pria itu mendekatkan dirinya ke arah Seulgi. Perlahan, Jimin mendekatkan bibirnya menuju kening gadis itu lalu menciumnya lekat untuk terakhir kali.

"Jimin..." Pria itu perlahan menjauhkan tubuhnya menjauh dari Seulgi setelah melepas ciumannya sampai gadis itu tak merasakan Jimin di sekitarnya. Ia terlalu takut jika Jimin sudah pergi saat dirinya membuka mata. Seulgi benar-benar belum siap menerima kenyataan jika Jimin benar-benar pergi dari hidupnya.

Sampai Seulgi merasakan hanya suara angin lah yang terdengar olehnya saat ia membuka mata dan tak menemukan Jimin dimana pun. Tidak ada siapa pun. Pria itu sudah pergi.

WEREWOLF BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang