If you don't even care, then why should I live?
"Jimin." Suara Sehun membuat pria yang kini berada di balkon kamarnya itu menoleh. "Sampai kapan kita di sini? Apa kita tak akan kembali?" Sehun bertanya pada Jimin yang masih menatapnya.
Sehun sama sekali tak setuju jika Jimin melakukan ini semua. Dia tak setuju saat Jimin memutuskan untuk pergi meninggalkan kota dan malah meninggalkan Seulgi dalam bahaya. Dia marah, dia juga kecewa. Tapi jika kalian mengira Jimin baik-baik saja setelah pindah, kalian salah. Jimin juga khawatir saat dia terpaksa meninggalkan Seulgi. Menurutnya, apa yang dia lakukan semata hanyalah agar Seulgi selamat dari ancaman Baekhyun dan teman-temannya.
"Entahlah."
"Apa kita akan kembali saat kau mendapat kabar kalau Seulgi sudah mati?" Seolah mendapat tamparan keras, Jimin benar-benar tak bisa menjawab pertanyaan Sehun.
"Apa itu yang kau ingin—,"
"Seulgi tak akan mati. Dia akan baik-baik saja."
"Dia akan baik-baik saja seandainya kau melindunginya." Jawab Sehun.
"Dia memang baik-baik saja. Buktinya aku tak pernah merasakan kecemasannya lagi setelah aku meninggalkannya. Bukankah itu berarti Baekhyun sudah tak pernah mengganggunya?" Tidak, Jimin bohong. Bahkan dia baru saja merasakan Seulgi. Tapi perasaan itu kemudian hilang dan membuat Jimin berpikir bahwa Seulgi baik-baik saja setelah itu.
"Lalu bagaimana jika kau tiba-tiba merasakannya lagi? Apa yang akan kau lakukan?" Jimin terdiam. "Kau tahu? Dengan seperti ini kau membiarkan Seulgi menjadi sasaran Baekhyun. Kau tahu risikonya tapi kau tetap keras kepala."
"Dia baik-baik saja." Entah apa yang ada di pikiran Jimin. Sehun merasa tak habis pikir dengan sahabatnya itu. Sehun yang jengah pun memilih pergi meninggalkan Jimin sendirian di balkon. Terserah, dia tak tahu bagaimana harus berbicara pada Jimin.
Beberapa menit Jimin terdiam setelah kepergian Sehun, tak lama, dia mendengar suara langkah kaki yang kembali menghampirinya. Suara langkah itu terdengar terburu karena setengah berlari.
"Jimin!" Bukan Sehun atau temannya yang lain, tapi Jimin melihat Moon yang terengah habis berlari menghampirinya. "Seulgi." Jimin seketika menatap Moon lekat saat mendengar nama itu. "Dia menghilang."
***
Seulgi terduduk diam di sebuah ruangan dengan darah yang berceceran di bawahnya. Dia tak tahu apa yang akan Baekhyun—pria pucat itu lakukan padanya. Sampai beberapa lama menunggu, Seulgi melihat pintu ruangan yang terbuka
"Hay sweety, lama menunggu?" Goda Baekhyun yang tak digubris oleh Seulgi. "Kau sudah siap?"
"Apa yang akan kau lakukan?" Balasan yang diterima Seulgi adalah senyuman manis penuh makna dari Baekhyun.
"Tenang, ini tak akan menyakitimu sedikit pun."
Seulgi selanjutnya melihat Baekhyun yang menyingkap sedikit kemeja lengan panjangnya. Dan hal selanjutnya membuat Seulgi sedikit meringis saat Baekhyun menyayat tangannya. Seketika darah pun mengalir sedikit demi sedikit.
"Kau akan membunuhku seperti ini?"
"Aku sudah bilang jika ini tak akan sakit. Kau hanya perlu menunggu sampai darahmu habis lalu kau akan mati tanpa kesakitan sedikitpun." Mati kehabisan darah, mungkin tidak buruk.
Awalnya Seulgi takut saat dia harus bersama Baekhyun, tapi dia semakin yakin saat Jimin bahkan masih tak datang sampai detik ini. Dan keputusannya mungkin benar, dia lebih baik mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF BOY
Fiksi PenggemarHidup Seulgi biasa saja sebelum bertemu Jimin, pria misterius yang sulit dia jangkau. Kejadian-kejadian yang membahayakannya itu membuat Jimin entah kenapa selalu ada untuk melindunginya. Tanpa perlu memanggilnya, Jimin selalu datang dan menyelamatk...