Eps20 : Dead

3.9K 653 85
                                    

Hamparan rumput hijau yang luas dan semilir angin membuat gadis yang semula tidur di atas rerumputan itu terbangun menatap ke sekelilingnya. Pohon-pohon dan suara desir rerumputan masih menemaninya tanpa tahu dia sedang berada dimana.

Tempat itu cukup indah. Dia menatap sekelilingnya, sampai pandangannya menemukan sosok seorang pria yang tengah berdiri membelakanginya.

"Jimin.." Dengan perlahan, pria itu menolehkan kepalanya, membuat mereka saling berpandangan. Gadis itu sangat bahagia saat mendapati Jimin yang berada di sana. "Jimin, akhirnya kau kembali. Aku merindukanmu, kumohon jangan meninggalkanku lagi." Dia memegang tangan Jimin agar pria itu tak pergi dari hadapannya. Tapi, saat Seulgi berharap Jimin akan membalasnya, pria itu malah menatapnya tajam.

"Pergi dari sini." Rasa sakit itu kembali. "Aku tak menginginkanmu."

"Tidak Jimin, kumohon." Pria itu berusaha melepaskan tangannya dan pergi dari sana. Namun, saat Seulgi baru saja akan beranjak menyusul Jimin, satu tangannya tiba-tiba tertahan oleh seseorang.

"Hai, love." Itu Baekhyun.

"Jimin! Tolong aku!" Dia berteriak meminta pertolongan pada Jimin yang mulai menjauh. Tapi sayang, harapannya hilang saat Jimin malah menontonnya tanpa melakukan apapun. "Jimin.."

"Aku sudah bilang, dia tak menginginkanmu." Seulgi bersumpah jika Jimin masih berdiri di sana menatapnya. "Kau milikku sekarang." Setelah mengatakan itu, Baekhyun memeluknya dari belakang, menyingkirkan helaian rambutnya lalu menggigitnya. Seulgi bersumpah dia masih melihat Jimin yang hanya menontonnya.

***

Setelah kejadian itu, Seulgi belum juga terbangun. Bukan cuma ayahnya yang khawatir, tapi satu pria yang masih berdiri menatap gadisnya. Dia sendiri yang menyaksikan gadis itu sekarat di pelukannya. Dia juga yang bertanggung jawab atas semua kejadian yang menimpa gadis itu.

Jimin kini menyesal dengan apa yang telah dia lakukan. Dia benar-benar merasa bersalah. Jika saja dia tak bodoh, jika saja dia bisa mengulang waktu, Jimin pasti akan melakukan itu detik ini juga.

Pria itu mengelus punggung tangan Seulgi lembut. "Maafkan aku." Jimin semakin menyesal karena Seulgi masih tak merespon. Tapi, dibalik penyesalan itu, perkataan Moon tiba-tiba kembali terngiang. Dia memikirkan sesuatu yang cukup gila—yang mungkin masih bisa dia pertimbangkan. Tentang Seulgi yang harus dia selamatkan.

"Jimin, tenang lah. Semuanya akan baik-baik saja."

"Setidaknya Seulgi masih hidup." Sehun dan Hanbin menenangkan Jimin yang masih diam setelah menjenguk Seulgi di rumah sakit. "Semua ini gara-gara Kai."

"Sehun, seharusnya kau tak membunuhnya." Ujar Jimin karena ternyata Sehun lah yang membunuh Kai. Ya, Kai mati di tangan sahabatnya sendiri.

"Dia yang keras kepala. Aku sudah berusaha, tapi dia tetap tak mau mendengar." Ujar Sehun dengan tenangnya."Yang terpenting adalah Seulgi sekarang." Lanjut Sehun.

"Entahlah, dia masih belum bangun." Jimin terdiam setelah mengatakan itu. Membayangkan wajah Seulgi saat ia menjenguknya pun Jimin tak sanggup. Seulgi benar-benar tak bergerak sama sekali.

"Kalau dia mati, kau juga mati." Ucapan Moon yang tiba-tiba itu, membuat Jimin langsung menatapnya. "Kau harus mempertahankannya agar kau tak ikut mati, Jimin."

"Aku tak peduli kalaupun aku mati. Aku lebih takut jika dia tak bisa kembali. Kalau saja kematianku bisa membuatnya kembali bangun, aku benar-benar rela." Jimin sungguh-sungguh mengatakan hal itu. Dia benar-benar rela melakukan apapun asal bisa membuat Seulgi membuka matanya.

"Jimin." Moon kembali memanggil Jimin. Dia tahu, semua yang Jimin katakan tadi mungkin tak masuk akal. Tapi, jika mereka tak bisa membuat Seulgi terbangun dan hanya bisa menunggu gadis itu, mereka harus berusaha. "Aku tak tahu ini hal bodoh atau gila. Tapi, mungkin aku tahu cara agar Seulgi bangun." Mendengar itu, Jimin kembali menatap Moon. "Kalau kau tak bisa menjadi manusia sepertinya, kenapa tak menjadikannya seperti dirimu?"

***

Jimin tahu ini gila tapi dia benar-benar tak punya pilihan untuk mengembalikan gadis itu. Benar kata Moon, kalau dia mau Seulgi segera bangun, mungkin Jimin bisa membantunya dengan menyuntikkan sedikit darahnya untuk Seulgi. Ini gila tapi Jimin tak punya pilihan.

Pria itu berdiri dari kursinya dan mengeluarkan satu beda berisi cairan merah di dalamnya. Jimin tak akan melakukan ini pada awalnya, tapi melihat keadaan Seulgi yang semakin melemah, Jimin kembali yakin jika dia harus segera 'menyelamatkan' gadis itu.

"Mungkin aku memang gila karena tak mau kehilanganmu. Tapi anggap saja ini sebagai permintaan maaf dariku." Sebelum benar-benar menyuntikkan cairan merah itu ke tubuh Seulgi, Jimin mendekatkan wajahnya ke wajah Seulgi dan perlahan mencium keningnya. Jimin berharap tak akan terjadi hal buruk setelah dia melakukan semua ini. Dan hal selanjutnya yang Jimin lakukan adalah menyuntikkan cairan merah itu ke tubuh Seulgi.

Di sana Jimin bisa melihat detak jantung Seulgi yang lebih kuat dari sebelumnya.

"Aku akan datang menjemputmu saat kita terbangun lagi." Sekali lagi, Jimin mengecup pelan kening Seulgi sebelum akhirnya pergi dari ruangan Seulgi dan meninggalkan gadis itu sendirian.

***

"Polisi Kang!" Kedatangan salah satu bawahannya mengejutkan polisi Kang yang sedang berada di ruangan kerjanya. Pria itu baru saja akan pergi ke rumah sakit menemani putrinya.

"Ada apa?"

"Seulgi." Mendengar nama putrinya yang disebut, polisi Kang seketika panik dan berdiri menatap bawahannya itu.

"Kenapa? Seulgi kenapa?"

"Seulgi kritis."

Seketika polisi berlari keluar kantor polisi menuju mobilnya yang terparkir. Tidak, Seulgi tidak boleh kritis.

Polisi Kang langsung melajukan mobilnya di luar batas. Pikirannya tak menentu. Dia tak bisa mengalihkan pikirannya dari Seulgi yang dikabarkan kritis di rumah sakit.

Ayah Seulgi pun membanting pintu mobilnya begitu sampai. Pria itu berlari menuju ruangan putrinya yang kini entah mengapa malah membuatnya mendadak gemetar. Di sana, beberapa bawahannya sudah berkumpul bersama dua orang dokter.

"Dokter, bagaimana keadaan putriku? Apa dia baik-baik saja? Dia tidak apa-apa kan?"

"Maaf sebelumnya, apa anda ayah dari nona Kang Seulgi?"

"Ya, ya, benar saya ayahnya. Bagaimana putriku?" Polisi Kang terlihat menunggu dokter yang menghela nafasnya sejenak.

"Mm.. maaf tuan. Nona Kang Seulgi sudah dinyatakan meninggal."


WEREWOLF BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang