Eps26 : Agape

1.8K 374 45
                                    

"Polisi Kang? Ada yang ingin bertemu." Polisi Kang yang masih berkutat dengan pekerjaannya dikejutkan dengan kedatangan seseorang.

"Suruh dia masuk." Bawahannya itu pun keluar dan mempersilahkan seseorang yang sudah menunggunya di luar. Dia pun mendongak dan mendapati seorang pria dengan lesung pipi dan senyum yang manis. Pria manis itu datang bersama rompi anti pelurunya serta sebuah pistol yang bertengger di pinggangnya. "Namjoon? Kau datang?"

Pria bernama Namjoon itu merupakan seorang detektif yang cukup berpengalaman. Dia sudah menangani berbagai kasus dari yang paling mudah sampai paling rumit.

"Ya, aku baru datang tadi pagi."

"Baiklah silahkan duduk." Mereka duduk berhadapan. Polisi Kang sengaja memanggil Namjoon agar pria itu mau membantunya di sini. Mereka juga cukup mengenal satu sama lain. "Kau sudah tahu kan apa yang terjadi di kota ini?"

"Ya, aku sudah mendengar berita-berita itu."

"Kau tahu kenapa aku memanggilmu?"

"Polisi Kang, kita bisa menyelidikinya bersama."

"Ya mungkin, tapi aku baru menemukan kasus seperti ini." Pria manis bernama Namjoon itu menghela nafasnya. "Kasus ini seperti teror yang mengerikan. Bahkan warga hampir melakukan protes karena mereka pikir aku tak melakukan apapun. Kau tahu? Warga mulai berpikiran aneh. Mereka mengira jika ini semua bukan perbuatan orang biasa." Namjoon mengerutkan kening. "Mereka berpikir ini semua karena perbuatan vampir."

"Polisi Kang, ini konyol."

"Ya aku tahu, tapi aku mulai mempertimbangkan hal itu." Namjoon sama sekali tak mengerti. Mereka hidup di zaman modern, dan hal seperti itu tidak mungkin ada di dunia ini.

Pria itu melihat polisi Kang yang mengambil map dari dalam lacinya. "Kau lihat luka itu?" Polisi Kang memperlihatkan korban-korban yang ditemukan tewas dengan leher yang hancur.

"Aku pikir mungkin karena binatang buas."

"Aku mencoba berpikir seperti itu tapi aku rasa ini berbeda. Kau tahu? Tak ada yang tak mungkin."

"Tapi ini sama sekali tak masuk akal. Aku ini detektif dan aku menangkap penjahat, bukan vampir." Entahlah, selama dia menjadi polisi, dia baru mendapati kotanya semenyeramkan ini. "Polisi Kang, tak ada hal seperti itu, aku akan berusaha menangkap pembunuhnya. Dan aku yakin kalau itu bukan vampir. Aku jamin."

***

Seulgi tak pernah berpikir jika hidupnya akan sejauh ini. Tanpa siapapun, menjalani hidupnya yang kini berbeda dari sebelumnya. Dia kadang berpikir jika mungkin dia harus menuruti perkataan Jimin untuk kembali. Jiwa manusianya masih ada, meskipun pada akhirnya dia memilih untuk menuruti nafsunya.

Seulgi merindukan kehidupannya yang dulu. Terlebih Jimin dan ayahnya. Dia ingin kembali pada kedua pria itu. Tapi bagaimana caranya dia hidup seperti semula saat rasa haus itu selalu datang?

"Aku merindukan ibu." Seulgi menatap Sona yang tiba-tiba mengatakan itu ditengah keheningan mereka. Keempat gadis itu masih bersama.

"Aku juga, aku merindukan keluargaku."

"Aku juga merindukan kekasihku."

Mendengar kata kekasih membuat Seulgi mengingat Jimin.

"Seulgi, siapa yang kau rindukan? Kau tinggal bersama orang tuamu?" Kini Seulgi menatap Bora. Mereka menunggu jawaban gadis itu yang tak kunjung menjawab.

"Tidak ada." Semuanya melongo dan melihat Seulgi yang berdiri meninggalkan mereka. Seulgi hanya tak mau terlalu memikirkan semuanya. Dia terlalu egois bahkan untuk sekadar mengakui rasa rindunya.

Tapi dibalik keegoisannya, Seulgi memikirkan ucapan Jimin kemarin saat pria itu mendatanginya dan mengajaknya pulang. Seulgi memang menolak, tapi entah kenapa, kini Seulgi merasa Jimin benar. Mungkin saja pria itu bisa membantunya dan hidup seperti semula. "Haruskah aku kembali? Apa semuanya akan baik-baik saja?"

Gadis itu memejamkan mata, menghela nafasnya berat sebelum kakinya berjalan menyusuri hutan dan keluar dari sana. Entahlah, dia sedang berpikir untuk mengunjungi Jimin sekarang. Dia ingin melihat Jimin walaupun hanya sebentar. Seulgi terus berjalan, sampai dia tiba di sekitar rumah Jimin. Sebelum Seulgi benar-benar masuk, langkahnya terhenti saat tiba-tiba dia melihat mobil yang baru terparkir di halaman rumah.

Tapi entah kenapa, melihat itu Seulgi malah bersembunyi. Dia mengintip dan mengira-ngira siapa yang keluar dari mobil. Sampai dia melihat Jimin yang keluar bersama seorang gadis. Dan gadis itu adalah Moon. Saat itu entah kenapa Seulgi merasa sangat cemburu. Apa lagi, Jimin tersenyum lebar sambil merangkul Moon. Apa mungkin Jimin sudah melupakannya?

***

"Aaaahhhhh!!!" seorang gadis SMA berteriak begitu histeris saat melihat wanita asing tiba-tiba menggigit leher temannya. Dan wanita yang berlumuran darah itu kini menatapnya. "Tolong jangan lakukan ini, kumohon." Tapi wanita itu sama sekali tak berhenti. Dia terus mendekati gadis yang berjalan mundur menjauhinya.

Kedua gadis SMA itu baru saja pulang, sayangnya, sebelum mereka sampai rumah, mereka dikejutkan oleh seorang wanita yang berdiri di tengah kegelapan malam. Wanita itu menghadang mereka dan menggigit salah satu gadis bernama Yura.

"Tolong, jangan bunuh aku, kumohon." Tak ada rasa iba di sana. Hanya nafsu dan amarah lah yang mengambil alih dirinya. Wanita itu pun kemudian menariknya dan menghabisinya. Sungguh, dia tak peduli. Bahkan saat gadis itu meronta dan memohon padanya.

***

DUA GADIS SMA TEWAS MISTERIUS

"Lagi?!"

"Polisi Kang, kasus ini semakin memburuk."

"Ini benar-benar membuatku lelah." Polisi Kang memijat pelipisnya. Matanya terpejam memikirkan semuanya. Rasanya dia ingin berhenti sebagai polisi dan mencari pekerjaan lain. "Kau lihat kan Namjoon? Ini benar-benar membuatku muak."

"Kejadiannya di dekat sekolah?"

Ini benar-benar aneh. Tak mungkin ada binatang buas di dekat sekolah. Sepertinya warga benar, apa mungkin itu vampir?

Polisi Kang dan Namjoon berpikir keras, sampai beberapa menit kemudian, satu orang menerobos masuk.

"Polisi Kang, aku sudah dapat bukti. CCTV." Buru-buru, mereka membuka komputer. "Ini diambil dari sekitar sekolah, mungkin penjahatnya tertangkap kamera."

Mereka memperhatikan layar komputer, tapi alih-alih menemukan sesuatu, mereka tak menangkap kejadian apapun. "Sial, tak ada apapun."

"Kejadiannya jam 9 malam, dan di sekitar sana sudah sepi."

"Tak ada gunanya." CCTV itu dipercepat, sampai Namjoon menyadari sesuatu.

"Berhenti disitu! Menit 34." Dia pun mengulang menit yang dimaksud Namjoon. Awalnya mereka memang hanya menemukan jalanan yang sepi, tapi ada sesuatu yang juga terangkap kamera. Lebih tepatnya seseorang perempuan. "Hanya dia yang tertangkap kamera."

"Siapa perempuan ini?"

"Oh? Aku sepertinya pernah melihat perempuan itu." Ujar salah satu polisi. "Itu..." dan dia menyadari sesuatu. "Polisi Kang? Bukankah itu putrimu?"

WEREWOLF BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang