Setelah apa yang Seulgi ketahui tentang Jimin, hubungan mereka justru semakin hari malah dekat dari sebelumnya. Jika dulu Jimin selalu menghindarinya dan menatapnya tajam, kini semua itu seolah hilang dengan perilaku Jimin yang manis dan perhatian. Tentu Seulgi bahagia akan hal itu. Dia juga tak akan meninggalkan Jimin seperti apa yang dia bilang sebelumnya.
Seperti sekarang, senyuman mereka masih mengembang saat Seulgi baru saja keluar dari rumahnya untuk pergi bersama Jimin setelah mereka membuat janji. Jimin menjemput Seulgi untuk 'berkencan'. Setidaknya itu yang dikatakan Jimin walaupun sebenarnya mereka tak benar-benar berkencan.
"Hai.." Senyum Jimin manis saat sudah menatap gadis di depannya.
"Kau menunggu lama?" Balas senyum si gadis.
"Aku baru datang." Pria itu memakai jaket kulit hitam dengan kaos tipis di dalamnya.
"Ayahku ingin bertemu."
"Ayahmu tak akan menembakku kan?"
"Dia baik. Ayo." Mereka pun masuk dengan Seulgi yang menautkan tangannya pada Jimin dan masuk bersama, sampai pandangannya bertemu dengan polisi Kang yang seperti biasa tengah berkutat dengan senapan-senapan kesayangannya.
"Oh, kau yang kemarin kan? Kalian sudah berpacaran?" Seulgi terkejut saat ayahnya mengatakan itu. "Pria ini yang kau cari waktu itu kan? Dugaan ayah benar karena dia juga mencarimu saat pergi ke Seoul. Ternyata kalian sudah pacaran sekarang."
Padahal Seulgi dan Jimin belum mengatakan apapun tapi ayahnya sudah bisa menyimpulkan.
"Ayah, aku hanya ingin pergi dengan Jimin sebentar."
"Baiklah, pergi saja ayah izinkan." Sebelumnya, pria itu selalu sensitif saat Seulgi dekat dengan seorang pria. "Sudah sana berkencan saja."
Mereka pun berniat beranjak keluar rumah, namun sebelum itu, ayah Seulgi malah menghentikan langkah mereka. "Seulgi, sebentar."
"Kenapa?"
"Tentang orang-orang yang mengejar mobilmu waktu itu, ayah sudah menangkapnya."
Jimin yang mendengar itu ingin sekali mengatakan bahwa dia mengetahui siapa pelaku dibalik kecelakaan itu tapi sayang, dia tak punya bukti yang cukup.
"Ayah, sudahlah lagi pula aku sudah sembuh."
"Tidak Seulgi, orang-orang itu sudah mencelakaimu. Tapi mereka belum mengatakan apa tujuan mereka mengejarmu."
"Yasudah, terserah ayah saja. Aku pergi ya?" Setelah itu Jimin dan Seulgi benar-benar pergi meninggalkan rumahnya
***
Kedatangannya bersama Jimin disambut oleh semua temannya, termasuk Jungkook, Hanbin dan Sehun. Tanpa Kai yang entah kenapa selalu sensitif pada Seulgi.
"Noona!" Ujar Hanbin dan Jungkook yang langsung menghampiri Seulgi begitu mereka datang. Melihat Jungkook dan Hanbin yang seperti itu pada Seulgi, Jimin jadi teringat perkataan Moon saat dirinya hampir saja marah pada gadis itu karena mengatakan hal yang membuatnya emosi.
"Apa maksudmu?" Moon yang mendengar perkataan Jimin langsung tahu kalau pria itu kini tengah menahan amarah setelah mendengar apa yang dia katakan.
"Jangan emosi dulu Jimin. Sahabat-sahabatmu masih bisa mencari gadis lain tapi jika memang tak menemukannya juga, Seulgi bisa membantu."
Semuanya mengerutkan kening. "Caranya?" Tanya Sehun.
"Meminum sedikit darahnya."
"Bagaimana bisa? Dan kenapa harus Seulgi?"
"Entahlah. Mungkin ini memang sudah takdir. Dan ini sudah waktunya untuk kalian. Jadi jangan marah padaku dulu Jimin. Dia tetap milikmu seorang."
"Jangan mengganggunya, dia kesini untuk berkencan denganku." Ujar Jimin saat melihat Jungkook dan Hanbin yang mengganggu Seulgi.
"Kami kan hanya ingin mengobrol sebentar."
"Sudahlah, jangan ganggu kencan mereka." Ujar Sehun yang merangkul Hanbin dan Jungkook untuk mengajak kedua pria itu pergi.
"Mau jalan-jalan?" Seulgi mengangguk sebagai jawaban sampai Jimin menariknya masuk ke dalam hutan dan berjalan sedikit ke atas bukit. Di sinilah mereka, tempat dimana langit begitu terlihat jelas dengan padang rumput yang begitu luas.
"Kau suka?"
"Aku suka tapi di sini sangat dingin." Setelah mendengar itu, dengan sigap Jimin langsung membuka jaketnya untuk selanjutnya diberikan pada Seulgi.
"Di sini tempat aku bertemu dengan Sehun dan Kai untuk pertama kali." Ujar Jimin tiba-tiba membuat Seulgi menoleh. "Dan aku tak menyangka karena mereka sama sepertiku. Kita semua terkena kutukan sialan yang membuat semua orang bahkan membuang kita ke hutan."
"Kapan hal itu terjadi?" Seulgi bertanya pada Jimin.
"Saat umurku 17."
"Tapi kalian masih terlihat sama seperti beberapa tahun lalu. Kalian seharusnya sudah seumuran ibuku."
"Kami bertambah tua tapi tak seperti kebanyakan orang."
"Bagaimana dengan Jungkook dan Hanbin?"
"Mereka juga sama. Tapi kami baru bertemu mereka beberapa tahun lalu dan akhirnya kita tinggal bersama. Kami juga tinggal berpindah-pindah karena kami takut orang-orang akan curiga saat menyadari kalau kami tak menua. Sampai kami tinggal di sini dan bertemu denganmu." Kini pandangan mereka bertemu. "Awalnya aku tak menyadari jika aku bisa merasakan apa yang kau rasakan saat kau dalam bahaya."
"Jadi.. selama ini kau selalu datang karena kau--,"
"Ya, bukan karena kau mirip mantan kekasihku." Seulgi menunggu Jimin melanjutkan. "Awalnya aku menganggapmu seperti itu tapi aku sadar, aku memang bisa merasakanmu." Mereka saling terdiam dengan Seulgi yang tak bisa menahan senyum gembiranya. "Tapi kau mungkin tak tahu, aku mengetahui siapa yang selama ini selalu berusaha mencelakaimu."
"Bukankah memang seharusnya seperti itu?"
"Apa kau akan percaya jika aku mengatakan semuanya? Dari saat kau tersesat bersama Taehyung di hutan, mobil yang hampir menabrakmu, dan saat mobilmu yang tiba-tiba berhenti di tengah hutan."
"Tunggu.. kenapa menyebut nama Taehyung?"
"Kau ingat saat aku mengatakan untuk menjauhi Taehyung? Itulah sebabnya karena dia tak benar-benar baik. Taehyung juga yang menyebabkan kecelakaan itu."
Seulgi tersentak. "Kenapa Taehyung harus melakukan itu padaku?"
"Soal itu, aku tak tahu." Seulgi masih berpikir tentang ucapan Jimin. "Aku harap kau mau mendengarkanku kali ini."
Tapi sepertinya Seulgi bukanlah gadis baik yang penurut. Apa lagi alasan Taehyung mencelakainya pun belum jelas. "Aku akan membuktikannya sendiri."
***
Mungkin ini menjadi hal aneh bagi Seulgi dan Jimin karena harus menjadi tontonan warga kampus saat mereka sedang berjalan beriringan. Apa lagi kali ini Jimin malah merangkul Seulgi dengan tatapan angkuhnya saat baru saja mereka keluar dari mobil menuju kampus.
Tak hanya itu, terdapat juga satu orang yang dari tadi tak melepas pandangannya sedikitpun dari Jimin dan Seulgi. Bukan mempertanyakan mereka sudah berpacaran atau belum, tapi dia malah mempertanyakan tentang bagaimana bisa gadis yang dirangkul Jimin itu belum juga mati.
"Tae, Seulgi masih hidup?" Tanya seorang temannya. Tapi sekarang fokus pria yang dipanggil Tae tadi bukan lagi pada Seulgi, melainkan pada Jimin yang masih menempatkan tangannya pada pundak Seulgi.
"Aku rasa karena pria itu." Ujar Taehyung menunjuk Jimin.
"Haruskah kita mencari tahunya?"
"Ya, kita cari tahu pria itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF BOY
FanfictionHidup Seulgi biasa saja sebelum bertemu Jimin, pria misterius yang sulit dia jangkau. Kejadian-kejadian yang membahayakannya itu membuat Jimin entah kenapa selalu ada untuk melindunginya. Tanpa perlu memanggilnya, Jimin selalu datang dan menyelamatk...