Eps18 : Empty

4.3K 708 92
                                    

Kosong, mungkin itulah satu kata yang bisa menggambarkan Seulgi sekarang. Semenjak Jimin benar-benar hilang dari hidupnya, Seulgi seperti kehilangan sebagian dari jiwanya. Saat Seulgi berharap Jimin akan kembali, nyatanya pria itu tak pernah muncul.

Seulgi masih tak tahu Jimin dimana. Seulgi bahkan berkali-kali mendatangi toko milik Moon dan bertanya tentang pria itu. Sayangnya, Moon tak menjawab, dia hanya bisa menatap iba saat melihat Seulgi yang begitu berantakan dengan wajah tirus, tatapan hampa dan kantung mata yang mulai menghitam.

Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi apa yang dirasakan Seulgi benar-benar nyata. Dia bahkan selalu menunggu Jimin di kampus dan berharap pria itu akan datang, tapi tetap saja Jimin tak pernah datang.

Gadis itu masih memandangi jendela kamarnya. Tak ada suara maupun pergerakan, bahkan dia tak sadar jika air mata sudah mengalir mengenai pipi mulusnya. Seulgi juga tak sadar jika pintu kamarnya kini telah terbuka dan menampilkan sosok ayahnya yang membawa nampan berisi makanan untuk Seulgi.

"Seulgi? Ayo makan." Tak ada jawaban dari gadis yang masih menatap lurus ke depan itu. "Seulgi?"

"Aku tidak lapar."

"Seulgi, setidaknya makan sedikit." Pria itu memandangi putrinya sedih. Dia benar-benar tak tahu apa yang menyebabkan Seulgi seperti itu.

"Aku baik-baik saja."

"Bagaimana bisa kau mengatakan baik-baik saja sementara kau seperti ini?" tak ada jawaban apapun dari Seulgi.

Keadaan putrinya yang seperti itu membuatnya tak bisa tenang. Pria itu takut jika putrinya tiba-tiba ditemukan bunuh diri di kamarnya. Pikiran itu mungkin terdengar berlebihan, tapi tak ada yang tak mungkin jika seseorang sedang dalam keadaan tertekan.

"Aku tidak lapar."

"Seulgi, kau bahkan tak menyentuh makan pagimu." Ujar ayahnya setelah melirik nampan yang tadi dia bawa ke kamar Seulgi.

"Aku akan makan nanti." Polisi Kang pun memutuskan untuk duduk di sebelah Seulgi.

"Sayang, sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa kau seperti ini?" Pria itu tak mendapatkan jawaban apapun. "Apa kau sedang bertengkar dengan Jimin?" Seulgi masih belum menjawab. "Haruskah ayah memanggilnya kesini?"

"Dia tak akan datang." Polisi Kang menatap Seulgi. "Dia tak akan pernah datang."

"Kau.. benar-benar menyukai Jimin sebesar itu?"

"Aku tak menyukainya." Seulgi menjeda kalimatnya. "Aku mencintainya."

Selama ayahnya mengenal Seulgi, baru kali ini dia melihat putrinya menyukai seorang pria sebesar itu.

"Setidaknya jangan seperti ini. Kau lupa jika ayah juga mengkhawatirkanmu Seulgi. Ayah tak mau melihatmu seperti ini hanya karena seorang pria. Kau bahkan bisa mencari yang lebih baik dari Jimin."

Mendengar perkataan ayahnya, Seulgi menatap pria itu. "Bagaimana aku bisa mencari yang lebih baik jika dia bahkan yang terbaik? Bagaimana aku bisa melupakannya begitu saja? DIa mengambil semuanya, ayah. Dia pergi begitu saja meninggalkanku." Seulgi menjeda kalimatnya untuk meredam semua emosinya. "Dia bahkan tak peduli saat aku mempertanyakan semuanya dan pergi begitu saja."

Ayahnya benar-benar sedih saat melihat Seulgi yang menangis. Ayah Seulgi pun tak bisa melakukan apa-apa selain mendekatkan dirinya dan memeluk Seulgi.

"Dia pergi begitu saja, ayah." Seulgi benar-benar kacau. Dia tak bisa membiarkan Seulgi terus seperti ini. Dia harus melakukan sesuatu agar putrinya kembali ceria seperti sebelumnya. "Seulgi, lebih baik kita pulang saja ke Seoul."

WEREWOLF BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang