Eps22 : Hybrid

3.3K 652 112
                                    

"Berdasarkan saksi dari perias jenazah, putri anda masih hidup." Petugas ruangan menjelaskan, sementara polisi Kang benar-benar baru saja mendengar hal tak masuk akal itu. Jelas-jelas dia melihat Seulgi yang sudah tak bernafas. Bahkan dokter sudah memastikan bahwa Seulgi sudah meninggal.

"Saat aku kembali ke ruangan, putri anda sudah bangun." Ujar wanita perias jenazah.

"Jika dia memang bangun, lalu kenapa dia menghilang?"

"Sebenarnya dia tidak menghilang. Sebelum itu, seorang pria datang menjemput putri anda dan membawanya." Seketika polisi Kang terdiam. "Pria itu tiba-tiba datang dan mengajak putri anda pulang. Tapi aku tak tahu mereka pergi kemana. Setelah itu, aku tak tahu apa-apa lagi."

Polisi Kang masih terdiam mendengar itu. Siapa yang membawa Seulgi? Dan kemana dia membawa putrinya?

***

"Aku akan datang menjemputmu saat kita terbangun lagi." Seulgi pernah bermimpi, akan ada seorang pria yang menjemputnya setelah dia terbangun, dan mungkin sepertinya mimpi itu menjadi kenyataan, Jimin benar-benar memenuhi janjinya untuk menjemput Seulgi ketika mereka kembali terbangun dari kematian.

"Ayo turun."

"Aku merindukanmu." Seulgi berujar membuat Jimin tersenyum. "Jangan pergi lagi."

"Ayo, kita masuk."

"Kau tak akan meninggalkanku lagi kan?" Seulgi masih ketakutan jika Jimin akan meninggalkannya lagi.

"Tidak akan, ayo."

Akhirnya Seulgi pun menerima ajakan Jimin. Mereka berjalan beriringan saat masuk ke dalam rumah. Sampai, pandangan mereka tertuju pada Jungkook, Sehun, Hanbin dan Moon yang sudah berdiri menyambut Seulgi.

"Hay, Seulgi."

"Selamat datang Seulgi." Moon berucap sambil tersenyum. "Kau sangat cantik."

"Ayo kita duduk." Mereka begitu senang karena kedatangan Seulgi setelah kejadian buruk beberapa waktu lalu. Gadis itu di sini, dia bersama mereka.

"Aku pikir aku tak akan melihat Jimin lagi."

"Aku juga berpikir semuanya akan berakhir. Hampir saja kami putus asa menunggu kalian."

"Tapi setelah ini aku pasti dimarahi polisi Kang karena membawa kabur anak gadisnya yang sudah meninggal." Ujar Jimin yang membuat semuanya tersenyum karena candaannya.

"Dia pasti shock."

"Tapi aku harus menjawab apa nanti?" Jimin baru berpikir tentang itu.

"Sudahlah, kita pikirkan nanti." Entah apa yang harus dia jawab, yang terpenting, Jimin dan Seulgi masih hidup. "Seulgi, bagaimana keadaanmu?" Sehun beralih pada Seulgi yang masih terdiam. Dia ingin tahu apa saja yang gadis itu alami. Tapi tampaknya, Seulgi malah terus menatap Moon. "Seulgi kau baik-baik saja?"

Entah apa yang Seulgi pikirkan, tapi matanya sama sekali tak lepas dari Moon. Dan Moon yang ditatap pun baru sadar jika Seulgi memang terus menatapnya.

"Seulgi?" Jimin yang berada di sebelahnya pun meneliti arah pandang Seulgi yang masih ke arah Moon. "Seul—," Setelah panggilan Jimin, Seulgi baru tersadar. "Kenapa?"

"Aku haus." Semua orang terlihat kebingungan.

"Kau mau minum apa? Aku ambilkan." Tapi Jimin tak tahu jika bukan itu maksud Seulgi. Dia ingin sesuatu yang lain.

"Aku ingin.." Tanpa mereka semua sadari, Moon mulai menyadari sesuatu. "Aku ingin darah."

***

Jimin pikir, Seulgi sudah berubah sepertinya setelah kematian yang gadis itu alami. Tapi... ada satu hal yang aneh saat Seulgi terus memperhatikan Moon seperti ingin menyerangnya. Ada yang salah dengan Seulgi. Dia menatap punggung Seulgi yang tengah membelakanginya. Mereka kini berada di kamar Jimin setelah pria itu keluar dan kembali menemui Moon.

"Kenapa Seulgi meminta darah?"

"Itulah kenapa dia terus memperhatikanku, Jimin."

"Tapi dia sama sepertiku kan? Kami tidak suka darah." Moon menatap Jimin. Apa yang pria itu harapkan sama sekali tak sesuai dengan ekspektasinya. Seulgi tidak sama seperti Jimin. Dia bukan makhluk seperti mereka.

"Jim, dengar—,"

"Aku tak mau mendengar apapun." Bukan Jimin tak peduli, tapi dia tak siap jika harus menerima kenyataan bahwa Seulgi mungkin malah menjadi makhluk lain.

"Jim dengarkan aku dulu, aku tahu apa yang ada di kepalamu tapi ini tak seperti apa yang kau pikirkan." Jimin menatap Moon. "Seulgi..." Moon menjeda kalimatnya sebelum melanjutkan. "Dia keduanya." Jimin mendadak terdiam. "Vampir dan srigala, namun lebih kuat. Darahmu tak cukup kuat untuk membuatnya sama sepertimu. Kau ingat? Baekhyun pernah menggigitnya. Dan sisi vampirnya lebih mendominasi. Itulah sebabnya dia meminta darah." Jimin mendadak frustasi. "Jimin, jika dia tak diawasi, tak menutup kemungkinan jika Seulgi bisa kehilangan dirinya. Dan mungkin.. dia juga bisa melawanmu."

***

Semua kalimat Moon seolah terpatri dalam otaknya. Jimin masih belum tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Pria itu pun melangkahkan kakinya mendekat ke arah Seulgi dan langsung memeluk gadis itu, menumpukan dagunya.

"Apa yang kau perhatikan?"

"Tidak ada." Mereka kembali dengan pikirannya masing-masing. Mereka menyalurkan kerinduan dalam diam meskipun di dalam hati kecil masing-masing terdapat satu hal yang mengganjal.

"Jimin, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa aku selalu menginginkan itu? Dan kenapa semuanya benar-benar lega saat aku meminumnya?"

Jimin tahu maksud Seulgi. "Hidupmu.. sudah berbeda dari sebelumnya. Kau hanya perlu terbiasa dengan itu."

"Aku merasakan sakit yang luar biasa. Jantungku seperti terbakar dan dirobek beberapa kali. Aku kira, aku sudah mati." Seulgi melepaskan tangan Jimin yang memeluknya lalu berbalik. "Apa.. semuanya baik-baik saja? Apa terlalu banyak hal yang aku lewatkan?" Jimin tak menjawab gadis itu dan malah terus menatapnya. Otaknya memikirkan satu ide yang menurutnya cukup gila. "Aku selalu tak tahan mencium bau cairan itu dan itu membuatku benar-benar gila. Aku tak tahu apa yang—,"

"Seulgi." Jimin memotong ucapan Seulgi. 

"Besok kita temui ayahmu. Ayo kita menikah."




TBC

WEREWOLF BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang