Sesuatu yang cukup lama tak dirasakan Jimin saat Seulgi dalam masalah, kini kembali dia rasakan. Seulgi benar-benar ketakutan saat mendapati tiga orang pria yang muncul tiba-tiba. Hal itu membuat Jimin berpikir bahwa ternyata masih ada orang yang ingin mencelakai Seulgi.
Seulgi duduk di sebelah Jimin, dia mulai mengeluarkan suaranya. "Aku rasa ini hanya masalah kecil. Kita tak perlu membesar-besarkannya." Seulgi memang merasa sedikit berlebihan dengan masalah ini karena Jimin sampai memanggil semua temannya untuk membahas masalah tadi, termasuk Moon. "Mereka hanya mendatangiku lalu pergi."
Mendengar itu, Jimin langsung menatap Seulgi. "Mereka menyakitimu." Terlihat raut wajah Jimin yang masih marah.
"Aku tidak apa-apa."
"Bagaimana bisa kau mengatakan baik-baik saja? Kau bahkan ketakutan."
"Aku hanya panik karena aku tak mengenal mereka."
"Tapi tetap saja kau-,"
"Jimin." Ucapan Jimin terhenti oleh Moon yang melerai mereka. Moon juga mengerti jika Jimin. "Sudahlah kita cari tahu siapa mereka." Setelah mengucapkan itu pada Jimin, Moon kembali bertanya. "Kau bilang mereka menyakiti Seulgi?" Tanya Moon yang dibalas anggukan oleh Jimin.
"Ini hanya sedikit memar, jadi tidak apa-apa." Lagi, Seulgi kembali mengeluarkan suaranya.
"Apa kau pernah melihat mereka sebelumnya?"
"Eum.. tidak, tapi mereka bilang mereka teman Jimin." Seketika semua orang saling pandang.
"Teman?"
"Seingatku aku tidak punya teman selain kalian."
"Lalu siapa mereka?"
Sementara mereka semua bertanya-tanya, Moon malah sibuk dengan pikirannya sendiri. Sampai kini dia menatap Seulgi. "Seulgi, kemari."
Seulgi pun duduk di sebelah Moon sementara yang lainnya menatap Moon yang memegang tangan Seulgi. Moon menatap tangan putih itu, sampai perlahan menyentuhnya. Semua orang tak tahu apa yang Moon lakukan.
"Mereka ada tiga orang. Semuanya laki-laki." Seulgi seketika takjub. "Kulit mereka pucat."
"Bagaimana kau tahu?" Tapi tak ada jawaban dari Moon.
Kejadian itu sangat jelas di kepala Moon sampai tak lama, ia kemudian melepaskan tangan Seulgi tiba-tiba.
"Moon?"
"Mereka kembali." Semua orang di sana otomatis mengerutkan keningnya.
"Mereka?"
"Vampires." Ucapan Moon itu bukan hanya mengejutkan Jimin dan teman-temannya, tapi Seulgi juga. "Kau ingat Baekhyun?"
Oh sial. Jimin sangat mengingat nama itu.
"Dia kembali. Bersama kedua temannya." Setelah sekian lama tak mendengar kabar Baekhyun, kini Jimin kembali mendengarnya.
"Bagaimana bisa mereka tahu kalau Seulgi dekat dengan Jimin."
"Itulah masalahnya, aku tak tahu."
Mendengar bahwa ada orang yang kembali akan menyakiti Seulgi membuat Jimin benar-benar merasa khawatir. Bukan hanya itu, Jimin merasa bahwa semua ini merupakan salahnya. Jimin merasa Seulgi tak seharusnya mendapatkan akibat dari apa yang dia tak tahu.
"Jimin?" Pria yang dipanggil itu pun menatap Moon.
"Semuanya akan baik-baik saja."
***
Walaupun mobil sudah berhenti di depan rumah Seulgi, Tak pun yang bicara. Seulgi juga tak berusaha membuka pembicaraan karena melihat Jimin yang berbeda. Pria itu jadi sedikit pendiam.
"Jimin? Apa kau akan terus diam?" Jimin tahu Seulgi menyadari perubahan raut wajahnya yang berbeda.
"Baiklah, kau boleh masuk."
"Kau baik-baik saja?" Tanya Seulgi. Tapi bukannya menjawab, Jimin malah mendekat ke arahnya dan memeluknya.
"Jangan keluar sendirian, jangan berbicara pada orang asing, dan beritahu aku kalau mereka datang lagi. Pastikan pergi bersama ayahmu atau denganku."
"Aku pasti melakukannya."
Jimin pun melepaskan pelukannya. "Baiklah, kau boleh masuk." Tapi tak seperti apa yang diucapkan Jimin, Seulgi malah diam tak mengindahkan pria itu sama sekali.
"Aku tahu kau khawatir, tapi aku akan baik-baik saja, aku janji." Jimin mengangguk. "Aku menyayangimu." Oh, lihatlah bahkan Jimin tak pernah mengatakan itu pada Seulgi.
"Hmm, masuk lah."
"Baiklah, aku pulang.
***
Semenjak Jimin mengetahui tentang Baekhyun, Jimin semakin dibuat khawatir oleh itu. Bahkan tak cuma khawatir, perasaan bersalahnya pun semakin menjadi saat mengetahui bahwa Baekhyun dan teman-temannya kembali mendatangi Seulgi dan hampir mencelakai gadis itu kemarin.
Dan kini Jimin semakin menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa Seulgi. Bahkan Seulgi tak tahu apa-apa, tapi gadis itu yang malah mendapatkan akibatnya.
"Jimin?" Moon yang melihat Jimin terdiam, langsung menyadarkan pria itu.
"Mereka datang lagi." Moon tahu apa yang dimaksud Jimin tentang 'mereka'. "Mereka berusaha membunuh Seulgi kemarin."
"Apa? bagaimana bisa?"
"Bahkan mereka mendatangi Seulgi setelah aku baru saja meninggalkannya." Moon tak tahu kalau para vampir itu benar-benar akan melakukannya.
"Tapi Seulgi baik-baik saja kan?" Jimin mengangguk. "Syukurlah."
"Kenapa mereka mendatangi Seulgi? Kenapa bukan aku?" Apa mereka datang untuk membalaskan dendamnya padaku?" Moon tak tahu tentang masalah itu.
"Apa itu tentang teman mereka yang pernah kau bunuh?"
"Ya, seharusnya aku tak melibatkan Seulgi. Ini semua salahku. Kalau saja Seulgi tak berhubungan denganku, mungkin gadis itu tak akan mengalami hal ini." Jimin menjeda kalimatnya. "Aku pikir.. aku harus meninggalkan Seulgi." Ucapan terakhir Jimin membuat Moon membelalakkan matanya lebar.
"Apa yang kau bicarakan Jimin!"
"Kalau mereka tak melihat Seulgi berhubungan denganku lagi, mungkin mereka akan berhenti mencelakai gadis itu."
Sungguh, Moon benar-benar tak habis pikir. "Kau bisa bersyukur jika mereka memang tak akan mengganggu Seulgi lagi, tapi jika mereka malah semakin mencelakai Seulgi bagaimana huh? Kenapa kau tak berusaha melindunginya saja?!"
"Kau tak mengerti."
"Apa yang aku tak mengerti?!" Moon benar-benar marah atas pikiran Jimin yang benar-benar diluar dugaan. Seharusnya dia semakin melindungi Seulgi, bukan meninggalkan gadis itu.
"Aku tak bisa membiarkan Seulgi dalam bahaya karena berhubungan denganku. Dia tak tahu apa-apa."
"Kau lupa tentang apa yang aku katakan waktu itu?" Jimin menatap Moon. "Kalau Seulgi mati, kau juga mati."
Kalian mungkin belum tahu tentang ini. Setelah 'memiliki' seorang gadis, itu tandanya mereka saling berhubungan satu sama lain dan itu artinya, mereka akan mati jika salah satunya mati.
"Mereka tak akan membunuh Seulgi jika mereka tahu dia sudah tak berhubungan denganku." Jimin masih bersikeras.
"Aku tak tahu apa yang sebenarnya ada di otakmu. Seulgi membutuhkanmu tapi kau malah mau meninggalkannya. Kau benar-benar egois."
Katakan Jimin egois, tapi dia benar-benar harus melakukan itu. Jimin meninggalkan Seulgi demi keselamatan gadis itu. Dia sadar bahwa dia secara tak langsung sudah menarik Seulgi ke kehidupannya yang mengerikan dan membahayakan.
"Kau mendengar kata-kataku kan?" Jimin kembali menatap Moon. "Maaf, sepertinya aku benar-benar harus meninggalkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF BOY
أدب الهواةHidup Seulgi biasa saja sebelum bertemu Jimin, pria misterius yang sulit dia jangkau. Kejadian-kejadian yang membahayakannya itu membuat Jimin entah kenapa selalu ada untuk melindunginya. Tanpa perlu memanggilnya, Jimin selalu datang dan menyelamatk...