Suara pintu mobil yang ditutup terdengar saat kedua orang yang berada di dalamnya telah keluar. Kang Seulgi yang terakhir keluar setelah ayahnya, menatap sebentar ke arah rumah asing yang bisa dia simpulkan sebagai rumah yang akan segera dia tempati bersama ayahnya mulai hari ini. Rumah itu terletak di pinggir jalan yang lumayan sepi dengan tampilan yang terlihat sedikit kuno. Di sana juga tak banyak orang yang berlalu lalang meskipun Seulgi bisa melihat ada beberapa rumah di sebelahnya.
Di seberang jalan Seulgi juga bisa melihat hutan. Hutan yang terlihat seperti tak ada tanda kehidupan. Seulgi berani bertaruh, pasti di sana banyak sekali binatang buas yang bisa membunuh manusia kapan saja.
"Seulgi! Ayo masuk." Ujar ayahnya yang ternyata sudah selesai membawa barang-barang Seulgi. Di sinilah Seulgi akan tinggal bersama ayahnya. Seulgi tak ingat kapan dia menghabiskan waktu bersama ayahnya lagi setelah bertahun-tahun tinggal bersama ibunya di kota Seoul.
Gadis itu melangkahkan kakinya sambil mengeratkan mantel tebalnya menuju rumah mengikuti ayahnya yang membawa barang-barang. Mereka pun sampai di depan kamar yang kemungkinan akan Seulgi tempati di lantai dua.
"Ini kamarmu." Seulgi terdiam menatap kamar sampai kembali menatap ayahnya. "Baiklah, kau istirahat ya?" Ayah Seulgi meninggalkan kamar putrinya dan menyuruhnya istirahat.
Gadis itu beranjak duduk di ranjang dan mulai merasakan tempat barunya yang akan ia tempati untuk beberapa waktu ke depan. Sampai pandangan gadis itu tertuju pada jendela di ujung kamar yang langsung mengarah ke luar. Tanpa ragu, Seulgi mendekati jendelanya. Ternyata pemandangan jendela mengarah langsung ke hutan yang sempat dia lihat sebelum masuk ke rumah. Seketika bayangan menyeramkan binatang buas pun menghampirinya. Tapi selanjutnya Seulgi memutuskan untuk menutup jendela dan meninggalkan kamar untuk menemui ayahnya lagi.
Seulgi bisa melihat ayahnya yang sedang mengelap beberapa senapan kesayangannya di ruang tamu sambil menghisap rokok di mulutnya. Ingat, Ayah Seulgi seorang pemburu sekaligus polisi hutan. "Ayah?" Pria yang merasa terpanggil itu otomatis mendongak.
"Seulgi? Kenapa tidak istirahat?"
"Tidak ayah. Aku sedang tidak dalam mood untuk tidur." Ujar Seulgi yang duduk di sebelah ayahnya. Gadis itu mencoba untuk dekat.
"Kau suka kamarnya?" tanya Sang Ayah.
"Aku suka tapi pemandangan di jendelanya langsung mengarah ke hutan." Keluh Seulgi.
"Memangnya kenapa?"
"Tak apa, hanya sedikit seram."
"Kau tak suka hutan?"
"Di kota tidak ada hutan ayah."
"Maaf tapi tidak ada kamar lagi. Tak usah lihat jendelanya saja ya?" Ujar ayahnya melanjutkan kegiatan sementara Seulgi hanya mengangguk.
"Ayah, apa ayah suka sekali dengan senapan-senapan itu?" Mendengar itu, ayah Seulgi mengembangkan senyumnya.
"Tentu saja. Ayah senang berburu dan tentu ayah harus memakai senapan."
"Saat aku kecil ayah juga sering mengajakku berburu. Ayah tidak bosan berburu terus?"
"Ini hobi ayah Seulgi, ayah juga tidak memburu binatang langka. Jadi tak apa. Kau mau ke hutan bersama ayah?"
"Sekarang?" Tanya Seulgi polos membuat ayahnya tersenyum melihat ekspresi putrinya yang terlihat takut sekaligus penasaran.
"Tentu saja tidak. Sebentar lagi malam dan udara sangat dingin. Lagi pula ini bulan purnama."
"Memangnya kalau bulan purnama tidak boleh berburu?" Ayahnya pun tersenyum.
"Boleh kalau kau mau dimakan serigala." Seulgi pun terkejut. Dia baru ingat kalau di hutan pasti terdapat berbagai macam binatang buas termasuk serigala. "Ayah sudah tinggal di sini cukup lama dan mitosnya di daerah sini masih ada manusia serigala yang berkeliaran di dalam hutan."
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF BOY
FanficHidup Seulgi biasa saja sebelum bertemu Jimin, pria misterius yang sulit dia jangkau. Kejadian-kejadian yang membahayakannya itu membuat Jimin entah kenapa selalu ada untuk melindunginya. Tanpa perlu memanggilnya, Jimin selalu datang dan menyelamatk...