Hari itu tiba. Hari dimana mimpi buruk Jimin benar-benar terjadi. Dia sempat berpikir jika Seulgi mungkin akan takut dan lebih memilih untuk menuruti perkataannya untuk berhenti membuat kekacauan. Tapi nyatanya tidak, Seulgi lebih tertarik mengiyakan 'gertakan' Jimin yang sesungguhnya tak pernah ia inginkan. Jimin tak pernah sekalipun ingin menyakiti Seulgi. Apa lagi sampai membunuhnya seperti perkataannya kemarin. Jika Jimin membunuhnya, itu sama saja seperti membunuh dirinya sendiri. Mereka mungkin akan mati bersama.
Jimin masih terdiam menatap hamparan hutan. Kaos atasannya sudah menghilang entah kemana. Dia tak ingin pergi, dia tak mau menyakiti Seulgi.
"Jimin." Pria itu menoleh mendapati Sehun. "Kau baik-baik saja?"
"Entahlah."
"Aku tahu ini berat, tapi kita tak punya pilihan."
"Aku tahu, aku baik-baik saja." Bohong Jimin.
"Aku masih berharap dia menyerah." Setelah itu tak ada jawaban dari Jimin. Dia menatap Sehun yang pergi melewatinya, disusul Jungkook dan Hanbin yang ikut keluar. Dan semuanya di mulai, mimpi buruknya di mulai.
Jimin mau tak mau juga ikut bersama ketiga temannya. Dia pergi, dan alasannya adalah untuk melawan Seulgi, gadis yang dia cintai. Langkahnya dan teman-temannya pun terhenti saat mereka sampai di tengah hamparan rumput yang luas. Mereka mendapati Seulgi yang sudah berdiri bersama teman-temannya yang juga menatap tajam ke arah mereka.
"Aku pikir kau menyerah." Jimin berujar membuat Seulgi sedikit tertawa.
"Dalam mimpimu." Ujar Seulgi masih dengan senyumannya.
"Aku masih membuka kesempatan jika kau mau menyerah. Kau bisa mengubah pikiranmu sebelum semuanya di mulai."
"Kau pikir untuk apa aku datang kesini? Apa kau mengucapkan itu karena kau takut akan mati?"
"Kalau aku mati, kau juga."
Lagi, Seulgi tersenyum "Itu sudah tak berlaku. Semuanya sudah berubah, jadi jangan mencoba mencari alasan."
Setelah itu, Jimin diam. Dia tak berniat sedikitpun menyerang Seulgi. Dia juga masih berharap jika Seulgi mengurungkan niatnya.
"Aku tak pernah mau menyakitimu." Semuanya masih hening. "Kumohon, aku tak mau melakukan ini."
"Kau menyerah sebelum berperang?" semua orang di sana masih diam mendengar keduanya berbicara. "Kau seharusnya malu pada dirimu sendiri karena memohon seperti itu."
"Kumohon, kembali—,"
"Berhenti memohon padaku untuk kembali!!" Ucapan Jimin terhenti oleh Seulgi yang berteriak. "Aku tak mau kembali! Ini hidupku dan kau tak bisa memaksaku untuk menuruti apa yang kau mau! Dan sekarang, jangan pernah berharap jika aku akan kembali padamu!"
Tapi ditengah pembicaraan mereka, Jimin malah berpikir sesuatu. Entah apa yang terlintas di pikirannya, dia tiba-tiba merasa menyesal. Perasaan sesal saat menolong Seulgi. Jika pada akhirnya akan seperti ini, dia lebih baik tak menolong Seulgi.
"Seharusnya aku tak pernah menologmu." Ucapan Jimin membuat Seulgi terdiam. "Seharusnya aku tak pernah menolongmu saat Baekhyun mencoba membunuhmu."
Dan sekarang, giliran Seulgi yang tertegun. Bukan hanya Seulgi, tapi teman-teman Jimin juga.
"Seharusnya aku membiarkanmu mati kehabisan darah daripada membiarkanmu hidup menjadi monster seperti ini."
Untuk kesekian kalinya, Seulgi terdiam. Amarahnya hilang entah kemana, tergantikan dengan rasa sakit saat Jimin mengatakan itu. Jadi Jimin menyesal menolongnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF BOY
FanfictionHidup Seulgi biasa saja sebelum bertemu Jimin, pria misterius yang sulit dia jangkau. Kejadian-kejadian yang membahayakannya itu membuat Jimin entah kenapa selalu ada untuk melindunginya. Tanpa perlu memanggilnya, Jimin selalu datang dan menyelamatk...