Mentari sudah di ujung cakrawala, bergerak pelan meninggalkan dunia. Namun, Vania masih saja menjalin cinta segitiga antara dia, guling, dan bantal. Serasa dunia milik bertiga.
"Vaniaaaaa! Kamu ngapain aja? Kok dari pulang sekolah sampai sekarang rendaman aja di kamar?" Suara halilintar mama Vania kembali menggelagar di petang ini.
"Iyaa, Maa? Ini Vania lagi sibuk," bohong Vania.
"Ya udah, kalau sibuknya udah kelar, bantuin Mama masak di dapur buat makan malam yaa?" pinta Mamanya.
"Kayanya kelarnya lama deh, Ma. Vania nggak usah bantu Mama ya?"
"Kamu ya! Bohongnya kelewatan."
"Loh, kok ketahuannya cepet sih?" gumam Vania bertanya pada dirinya sendiri. "Em iya deh Maa, nanti Vania bantuin," sahut Vania pada Mamanya.
"Gitu dong."
"Kak! Lo tadi main game kan? stick-nya mana?!" terdengar suara Dika dari luar kamar, bertanya sambil menggedor-gedor pintu kamar Vania.
"Di atas kompor," sahut Vania.
"Buset dah, segitu laparnya ya sampe alat game gua mau lo masak juga?"
"Berisik lo ah! Ambil aja sana buruaan! Keburu dibikin Mama jadi sambal, baru tau rasa lo!"
"Emang rasanya kaya apa sih?"
"Rese lo ah!"
"Makanya nggak usah cumbu-cumbuan sama sahabat gue," kekeh Dika.
"Vulgar banget sih bahasa lo, mending juga-"
"Vaniaaaa! Dikaaa! Stop perangnya! Jangan sampai Mama ikut-ikutan yaa?!" Wanita yang ada di dapur itu menegur kedua anaknya.
"Mama kalau ikut, jadi wasit aja yaa?" canda Dika menyahut teguran Mamanya.
"Kamu ya, mandi dulu sana! Badanmu bau melati!"
"Harum dong."
"Dikaaa, udah mandi sana! Nyahut mulu ya lo!" Vania menengahi perdebatan antara dua orang yang bertikai itu.
"Iyaa iyaaa," Dika menurut pasrah.
Drrtt drrrt...
Ponsel Vania bergetar, menandakan ada notifikasi yang masuk. Tanpa pikir panjang, Vania membuka akun line miliknya. Ketika melihat pesan itu, matanya langsung membulat tak percaya, keningnya berkerut, bayangan tentang masa lalunya tiba-tiba muncul di ingatannya. Vania benci ini. Terlampau benci.
Azril Haikal : Hai, gimana kabar lo, Van?
Dihempasnya ponsel itu di atas kasur bersama dengan rasa sakit yang sempat menyelinat di hatinya. Cepat-cepat ia pergi menghampiri Mamanya yang sedang memasak di dapur.
"Udah selesai sibuknya?" tanya Mamanya ketika anak sulungnya itu tiba di dapur.
"Udah, Ma," jawab Vania tak bergairah.
"Mandi aja deh sana! Kamunya keliatan nggak ikhlas gitu, jadi nggak tega Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
All Promise
Teen FictionPRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA. R13+ Aku dengan masa laluku, kamu dengan masa lalumu. Kita adalah insan yang dipertemukan dalam satu kisah. Saling mengucapkan janji. Tapi apakah di esok hari dan seterusnya kita sanggup menepatinya? atau bahkan...