12.Jantungan dadakan

3K 173 116
                                    

Aku gak pernah berharap banyak kok sama kamu, cukup kita ketemu, kenal, temen, demen, ta'aruf, nikah, punya anak, bahagia dunia akhirat, itu aja udah cukup. Gak banyak kan?
-Argaprasetya.

****

"Dah turun," suruh Arga.

Vania menuruni motor Arga dan langsung mengukir senyum ketika melihat apa yang ada di hadapannya saat ini. Tempat ini memang menjadi favorit warga sekitar, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, tak terkecuali Vania. Di sinilah tempat yang paling banyak meninggalkan kenangan masa lalunya. Maka jangan heran kalau saat ini Vania sedang menatap Arga dengan tatapan berbinar-binar dan penuh rasa terima kasih.

"Kenapa?" tanya Arga sambil menaikkan kedua alisnya.

"Demi jengkol beranak, gua seneng banget, Ga!" pekik Vania kemudian memeluk Arga dengan girangnya.

Tak dapat dipungkiri, jantung Arga berpacu sangat cepat. "Sial! Gua kenapa sih?!" batinnya.

Namun, itu hanya berlangsung sebentar, karena tiga detik kemudian Vania tersadar, ia melepas pelukannya. "Eh, sorry sorry," katanya merasa tak enak hati.

Arga berdeham sebentar, ia berusaha menormalkan detak jantungnya.

Vania menatap Arga heran. "Ga?"

"Ah, iya?" sahut Arga cepat.

"Lo kenapa?"

"Lah, gue kenapa? Gue nggak kenapa-napa," bantah Arga.

Vania bingung melihat gelagat Arga yang tiba-tiba kaku dan jauh berbeda dari biasanya.

"Udah yuk, kita ke sana!" Arga menunjuk sebuah bianglala yang terlihat jelas keberadaannya. Bisa ditebak sekarang mereka berada dimana kan?

Tanpa menghiraukan apa yang tadi ia pikirkan, Vania langsung menarik tangan Arga, dan membawanya menuju bianglala yang sangat ingin dinaikinya.

Sebelum menaiki bianglala, Arga sempat mengajaknya membeli ice cream kesukaan Vania dan Vania dengan anggukan mantap.

Senangnya dalam hati, kalau beristri dua...

Nada dering ponsel Arga, membuat Vania tak mampu menahan tawa. "Gila, parah lo!" ledek Vania.

"Pasti ulah Jev," duga Arga sembari mengambil ponsel di saku celananya.

Tante kece's calling...

"Halo Tan," sapa Arga ketika ia sudah mengangkat panggilan tersebut.

.......

"Iya, Tan."

.......

"Tenang aja, pokonya sebelum jam sepuluh udah sampai."

......

"Iya, pokonya serahin aja sama aku. Don't worry okay?"

.....

"Waalaikumsalam." Arga memutuskan panggilannya.

Vania menatap Arga penuh tanya. "Siapa, Ga?

"Calon mertua," balas Arga.

Vania terdiam dua detik kemudian manggut-manggut.

"Yuk naik!" ajak Arga. Mereka sudah berada di depan bianglala.

Vania tersenyum kemudian masuk dan disusul oleh Arga.

Perlahan posisi mereka mulai menjauhi tanah, bianglala mulai berputar tenang. Terlihat jelas keindahan kota ketika berada di ketinggian seperti ini. Vania terus saja memandangnya penuh kagum. Sungguh, ia teringat masa lalunya, namun tidak membuatnya sedih, malah mendorongnya untuk tersenyum hangat. Sempat terjadi kebisuan di antara keduanya, bahkan sangat terasa awkward. Merasa tidak nyaman kalau terus begini, Arga pun membuka suara.

All PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang