Momen yang paling ditunggu mayoritas siswa dan siswi adalah bel pulang sekolah berdering. Tiba saatnya mereka untuk meninggalkan sekolah yang mereka anggap rumah kedua ini. Tidak terkecuali dengan Vania dan Anya yang tengah berjalan di koridor kelas.
"Van, lo pulang pake apa?" tanya Anya kepada Vania yang sedang asik sendiri dengan ponselnya. Mereka berjalan pelan menuju parkir sekolah.
Tak ada jawaban dari Vania.
"Van, ih! Gue di kacangin!" Anya mengerucutkan bibirnya.
Vania masih tidak menjawab.
"Vaniaaa!" teriak Anya siap memecahkan gendang telinga Vania.
"Hah? Apa, Nya?" Vania tersontak.
Anya memanyunkan bibirnya. "Lo pulang pake apaa?"
"Gue pake sepeda, Nya. Emang kenapa?"
"Seriously? Waah, anak rajin ya lo." Anya mengacungkan jempol. "Emang rumah lo deket ya dari sekolahan?"
"Deket kok. Lo pengen mampir dulu ke rumah gue? Yaa kali aja betah," tawar Vania.
"Mmmm lo punya kakak cowok nggak?" tanya Anya bersemangat.
"Wah dasar lo, otak keranjang!" canda Vania.
Anya hanya cengengesan.
"Vaniaaaaa!" Terdengar teriakan seseorang memanggil Vania dari belakang.
Otomatis, kepala Vania dan Anya menoleh ke belakang. Ternyata Arga yang memanggilnya.
"Apa lo?!" malah Anya yang menyahut dengan nada sewotnya.
"Lo yang apa?" Arga sudah tiba di hadapan Vania. "Maaf aja nih ya, gue nggak minat ngeladenin chilli rawit kaya lo," ledek Arga.
Anya memicingkan matanya penuh dendam. "Enak aja! Lo tuh, terong rawit!" balas Anya, tak ingin kalah.
"Eh eh eh! Nggak ada sejarahnya ya, terong rawit tumbuh di Indonesia. Rabun emang otak lo," Arga juga tak ingin kalah.
Anya sudah tidak tahan lagi, ia memukul-mukul Arga, baju Arga di tarik-tariknya sampai kumal. "Lo ya dari dulu nggak pernah sopan sama gue!"
"Aw! Sakit, Nya! Duh maut banget pukulan lo! Aw! Oke oke, gue minta maaf, Nya. Maaaf," Arga memelas.
Vania menggelengkan kepalanya pelan. "Korban KDRT," ledek Vania sambil tertawa memperlihatkan gigi gingsulnya.
"Mudah-mudahan lo di kutuk Tuhan jadi terong, Ga! Biar nggak ada lagi terong jadi-jadian di dunia ini!" Anya masih memukuli Arga dengan geramnya.
Akhirnya Arga menyerah, karena ia tidak mungkin melawan perempuan, sangat tidak gentle baginya jika itu ia lakukan. Ia memilih untuk kabur menjauhi Anya dengan cepat. Anya yang mengetahui itu, lantas berusaha menghalanginya, namun Arga lebih beruntung. Anya makin kesal, dilepasnya sepasang sneaker putih miliknya, lalu dilemparkannya ke arah Arga yang berlari menghindar. Namun, keberuntungan masih berpihak pada Arga, serangan dari Anya tidak mengenainya. Akal cerdik Arga muncul tiba-tiba, diambilnya sneaker Anya yang sebelah kiri, dan sebelah kanannya ia lempar ke arah Anya.
"Eh Argaaa! Sepatu gue jangan dimalingin!" teriakan Anya mengalihkan pandangan semua orang di sekitar. Seperti slogan miss Indonesia, seluruh mata tertuju pada Anya. "Van, bantuin gue ih! Lo malah cengo gitu sih? Ini tragedi cetar tauuu," Anya mencebik.
"Secetar apa sih sampe bikin tuan putri mukanya kumal gitu?"
"Apasih, Van? Udah ah bantuin guee," pinta Anya merengek mirip bayi minta susu.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Promise
Novela JuvenilPRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA. R13+ Aku dengan masa laluku, kamu dengan masa lalumu. Kita adalah insan yang dipertemukan dalam satu kisah. Saling mengucapkan janji. Tapi apakah di esok hari dan seterusnya kita sanggup menepatinya? atau bahkan...