"Eh stop, Nya!" suruh Alana tiba-tiba.
Anya langsung menghentikan mobilnya. "Kenapa, Lan?"
"Emmmh gue..."
Anya memasang raut muka penuh tanya.
"Kita pulang aja deh," lanjut Alana.
"Kok gitu? Lo bikin gue bingung deh, Lan."
"Gue takut," lirih Alana.
"Takut kenapa? Lo aneh, tujuan kita ke sana itu buat jenguk ayah Arga, bukan buat jadi suster gadungan terus nyulik Ayahnya."
"Lo kan tau, hubungan gue sama Arga udah nggak baik." Alana menghembuskan nafas kasar.
"Tapi lo pengen hubungan kalian baik lagi, kan?" tanya Anya sambil menatap Alana. "Kalau pengen, lo harusnya punya usaha untuk itu. Jangan cuma pinter stalking aja, nggak guna."
Alana terdiam memikirkan penuturan Anya yang memang ada benarnya.
"Kita ke sana ya, Lan?" Tanpa menunggu jawaban Alana, ia menyalakan mesin dan siap meluncur ke tempat tujuan mereka.
***
"Nunggu apa lagi? Buruan naik," suruh Rio pada Vania yang masih berdiam diri tanpa berniat menaiki motornya.
"Jangan ngebut!" seru Vania.
"Suka-suka gue dong."
"Ih! Rese banget lo ya?! Kalau gue tau dari awal bakal kaya gini, gue nggak akan mau nebeng sama lo!"
"Emm yakin? Bukannya lo seneng ya nebeng sama gue?" tanya Rio meledek.
"Ngeselin banget sih lo!" Vania berjalan cepat menjauhi Rio.
"Eh, kemana?!" Rio segera turun dari motor dan mengejar Vania. "Lo mau kemana woy?!"
Vania tidak menyahut, ia terus berjalan cepat meski Rio terus menanyainya.
"Mau kemana woy?" Kini Rio sudah berada tepat di hadapan Vania, namun Vania terus berjalan hingga Rio harus berjalan mundur. "Woy jawab dong?"
"Manggilnya way woy mulu, gue punya nama kali."
"Oke, Vania." Rio menghentikan langkahnya secara mendadak.
Vania tersentak, matanya membulat kaget, kakinya pun terhenti seketika. Ia mematung seakan disihir oleh tatapan Rio yang tajam.
Kemudian Rio tersenyum puas dengan posisi mereka saat ini yang berjarak sangat dekat. Mereka beradu tatap selama beberapa detik. "Kok berhenti?" tanya Rio yang dibalas Vania dengan dorongan di bahunya hingga Rio termundur beberapa langkah.
"Udahlah Vania, nebeng gue aja. Gue janji, kali ini gak bakal ngebut." Rio menarik tangan Vania dan membawanya ke arah tempat parkir dimana ia meletakkan motornya tadi.
"Jangan pegang-pegang Rio, ih!"
Rio melepas tangan Vania santai. "Iya iyaaa. Gue tau kok, kalau lo punya Arga."
"Sok tau!" batin Vania.
"Adududuh," desah Rio tiba-tiba seraya memegang perutnya kesakitan.
Vania sedikit kaget lalu menatap Rio heran. "Ngapa lo?"
"Van, kayanya laper gue kambuh deh. Gue belum makan dari pagi, ssshhh.." ringis Rio.
Vania menatap Rio curiga. "Masa sih?"
"Ya ampun lo gak percayaan banget sih. Aduuuh perut gue, Vaaan. Kita mampir bentar yaaa?" Rio memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Promise
Teen FictionPRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA. R13+ Aku dengan masa laluku, kamu dengan masa lalumu. Kita adalah insan yang dipertemukan dalam satu kisah. Saling mengucapkan janji. Tapi apakah di esok hari dan seterusnya kita sanggup menepatinya? atau bahkan...