27.Kopi hitam

2.3K 110 29
                                    

I'm never gonna let you close to me
Even though you mean the most to me
Cause every time I open up, it hurts

In case you go and leave me in the dirt

Sam smith - too good at goodbye

****

"Vaniaaaa!"

Suara panggilan dari seseorang yang kini berlari menghampiri Vania dengan khawatir itu tak kunjung membuat Vania membangkitkan tubuhnya. Seseorang itu adalah mama Vania. Ia langsung berlari keluar ketika melihat Vania terduduk dengan basah kuyup di depan rumah. Jelas mama Vania mengetahui itu karena sedari tadi pintu rumah terbuka lebar.

Cepat-cepat mama Vania meraih tangan Vania ketika tiba di samping anaknya itu. Vania menoleh, menatap Mamanya dengan sorot kekecewaan, terlihat hidung Vania memerah dan bibirnya juga bergetar.

Dalam satu gerakan Vania langsung berada di dalam dekapan Mamanya. Orang tua mana yang sanggup berlama-lama melihat anaknya dalam keadaan terpuruk? Sedetik pun, mama Vania tidak ingin melihat Vania dalam keadaan seperti ini. Didekapnya Vania dengan erat tanpa peduli dengan bajunya yang ikut basah.

Tangis Vania semakin menjadi-jadi. Berada di pelukan seseorang yang sangat ia sayangi sungguh tidak bisa membuatnya untuk berhenti meluapkan rasa sakitnya. Vania juga mengeratkan pelukan itu, berharap dirinya kembali kuat seperti hari-hari sebelum semuanya seburuk ini.

"Kamu kenapa, sayang?" tanya mama Vania lembut, sambil mengusap rambut Vania bagian belakang.

Di sela isak tangisnya, Vania menjawab, "Arga, Ma..."

Mama Vania melepas pelukannya perlahan, menatap Vania yang masih terisak lalu menghembuskan napas pelan, ingin bertanya, tapi waktunya belum tepat. "Kita masuk ke rumah ya, sayang."

Bukannya tidak mau, Vania sedang berusaha mengumpulkan kekuatan agar bisa bangkit dari sini. Vania juga kesal pada dirinya sendiri, ia kesal kenapa ia selemah ini.

"Mama gak mau kamu semakin lemah karena hujan-hujanan begini. Mama gak mau kamu sakit, sayang."

Vania menatap Mamanya lekat-lekat, kemudian mengangguk pelan.

Dengan uluran tangan Mamanya, Vania berusaha bangkit. Vania sadar, bagaimana pun juga ia tidak boleh menambah beban untuk Mamanya, Vania juga mengingat kalau kondisi Mamanya itu tidak terlalu sehat, hal itu yang membuat Vania mampu berdiri, sebelum akhirnya ia berjalan bersampingan dengan Mamanya menuju rumah.

"Mama ngapain keluar kamar, sih? Kenapa mama juga hampirin Vania?" tanya Vania khawatir dengan kondisi Mamanya. "Maafin Vania bikin mama jadi ikut basah gini. Maafin Vania yang udah melakukan hal seperti tadi," ungkap Vania lemah, ia merasa bersalah ketika melihat baju Mamanya itu ikut basah karenanya.

Mama Vania yang baru saja menutup pintu langsung menatap Vania dengan tersenyum menenangkan. "Gak papa Vania, kamu sangat berharga buat Mama. Seburuk apa sih keadaan mama sampai mama harusnya gak peduliin kamu di luar sana sendirian?"

Seulas senyum terbit di wajah Vania, ia sungguh beruntung memiliki seorang Ibu seperti ini, Vania juga semakin merasa bersalah karena membuat Mamanya mengabaikan kondisi dirinya sendiri.

"Vania ambilin mama handuk dulu."

***

Vania melangkahkan kaki gontai menuju pintu kelas, tidak bergairah menyapa teman-temannya seperti hari biasa, belajar juga tidak konsentrasi, banyak menghabiskan waktu di perpustakaan dan itu pun bukan untuk membaca buku, tapi untuk melamun atau bahkan bisa tertidur. Berbanding jauh, dengan hari biasanya.

All PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang