"Gue tanpa lo, bagaikan mie instan tanpa bumbu. Hambar."
-Arga***
"Van."
Vania yang sedang merapikan buku ke dalam tas itu, lantas mendongak. "Iya, Rin?"
"Mmm... Gue pengen ngasih tau sesuatu sama lo, menyangkut karate," ucap Rina seraya duduk di kursi samping Vania, kebetulan yang menempati kursi itu sudah pulang.
Vania menutup resleting tasnya. "Ada apa, Rin?"
"Gue gak ikut karate di sekolah lagi, bokap gue daftarin gue di perguruan dekat kantor bokap gue. Awalnya gue gak mau, tapi akhirnya gue setujui karena dipaksa. Lo mau samaan sama gue aja, nggak? Bukan apa-apa sih, jadikan gue punya temen di sana."
Vania diam sebentar, lalu ia menggendong tasnya. "Boleh."
Senyum riang Rina merekah saat itu juga.
"Tapi gue pengen nanya, apa sih alasan lo tertarik sama karate?"
Rina menghela napas berat. "Gue ikut karate dari dulu semata-mata karena permintaan bokap gue."
Vania manggut-manggut. Kalau melihat dari segi penampilan Rina yang selalu bersanding cantik dengan make up, rasanya sulit untuk percaya kalau perempuan ini minat karate.
"Bokap gue gak pengen kenapa-napa disaat beliau gak bisa jaga gue, dan otomatis gue setuju, itu semua juga wujud dari rasa pedulinya sama gue," tutur Rina.
"Gue setuju sih."
"Yaudah, ayo! Kita daftar ke sana bareng-bareng."
***
Vania tercengang melihat sebuah bangunan besar yang ada di hadapannya. Dilihat dari segi ukuran, sepertinya bangunan ini adalah perguruan karate yang cukup 'wah' di kota ini.
"Gue jadi grogi," kekeh Rina.
"Iya sih," Vania menyetujui.
"Lo hafal ayat kursi, kan?"
Vania menoyor kepala Rina. "Lo kira kita mau ikut acara uji nyali."
Rina terkikik pelan.
"Lah, terus gue gimana?" Vania dan Rina hampir lupa, sedari tadi Arga menjadi supir mereka, bukan mereka yang meminta, Arganya saja yang nekat menawarkan diri. Kebetulan hari ini mobil Rina diservice, jadi ia tidak membawa mobil ke sekolah seperti biasa.
"Tunggu aja di mobil pak supiir," balas Rina.
Arga mendengus sebal. "Van, gue gimana?"
"Yaa gimana? Yang ngotot mau ikut kan elo?"
Lagi-lagi Arga mendengus. "Kalian bakal lama nggak sih?"
"Gak tau sih."
"Semoga kita diterima aja lah," sela Rina dan dibalas Vania dengan anggukan.
"Oke oke, gue tunggu kalian di mobil. Kalau ada apa-apa hubungi gue selaku pria jantan," ucap Arga asal.
Rina memutar bola matanya. "Rempong lo, Ga!"
Vania terkekeh. "Doain kita ya, Ga?"
Arga mengacungkan kedua jempol tangannya.
***
"Mau ngomong apa sih, Lan?"
"Gue lagi bete aja." Alana mengaduk-aduk jus yang ada di hadapannya.
"Bete kenapa?"
"Akhir-akhir ini Anya tuh sibuk sendiri, dan dia tu kaya gak peduli sama apa yang saat gue rasain." Alana mencebik kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Promise
Teen FictionPRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA. R13+ Aku dengan masa laluku, kamu dengan masa lalumu. Kita adalah insan yang dipertemukan dalam satu kisah. Saling mengucapkan janji. Tapi apakah di esok hari dan seterusnya kita sanggup menepatinya? atau bahkan...