"Lo tau rumah gue darimana?"
Azril menggaruk tengkuk sambil tersenyum kikuk. "Sebenarnya gue pernah buntutin lo."
Seketika tawa Vania hadir. "Gemes sendiri gue, kalau lo jujur gini."
Azril ikut tertawa.
"Jadi, kapan lo buntutin gue?" tanya Vania dengan tawa yang tertahan.
"Di hari ultah lo, gue ikutin mulai pulang sekolah sampai lo jalan sama Arga."
Vania bungkam. Entah untuk ke berapa kalinya, nama laki-laki itu berhasil menanamkan keperihan di hati Vania. Membuatnya teringat dengan kejadian yang menurunkan semangat hidupnya. Vania benci ini. Sangat.
Menyadari perubahan sifat Vania, Azril menoleh. "Kenapa?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi.
"Gak, gak papa. Ayo masuk!" balas Vania yang langsung menuruni mobil Azril, mengajak Azril untuk masuk ke rumahnya.
Meskipun hanya diam, sebenarnya Azril merasakan ada sesuatu yang Vania sembunyikan.
***
Hari ini begitu melelahkan bagi Vania, di hari ini juga banyak sekali kejadian yang begitu berat. Ia lelah, tidak hanya fisik tapi juga mental. Semakin hari, terasa semakin menyakitkan.
Suasana lengang membuat Vania semakin betah untuk tetap membuka mata meski jarum jam tepat berada di angka 11. Hal itu pula yang mendukung Vania untuk berkutat dengan pikirannya sambil merebahkan tubuh di atas ranjang dan mata memandang langit kamar. Vania kembali mengingat kejadian beberapa jam lalu, kejadian yang sedikit pun tak pernah disangka oleh Vania.
Setelah mengetuk pintu, hanya perlu 5 detik pintu langsung terbuka lebar, menampilkan seorang laki-laki yang memasang wajah kesal sekaligus khawatir.
"Kemana aja lo! Gue ud-" ucapan laki-laki yang notabenenya adalah adik Vania itu terpotong ketika linti benar-benar terbuka. Terlihat jelas dari wajahnya kalau ia terkejut. Terkejut melihat Azril yang kini berdiri di samping Vania.
Lantas Azril tersenyum. "Segede ini lo sekarang?" tanya Azril, disusul dengan kekehannya.
Dika membalas dengan senyuman tipis dan sedikit dipaksakan. Kemudian menatap Vania penuh tanya.
Ditatap seperti itu, Vania langsung tersenyum. "Mama udah mendingan?"
Bukan hanya Dika yang terkejut, tapi mama Vania juga tak kalah terkejut, mama Vania bahkan sempat terdiam, juga menyembunyikan rasa tidak sukanya terhadap Azril yang pernah menyakiti hati Vania beberapa tahun lalu.
Vania ingat jelas bagaimana tatapan Mamanya terhadap Azril. Vania yakin, saat itu Azril pasti sangat merasa tidak nyaman dan merasa bersalah. Sepulangnya Azril, Vania langsung menceritakan semua yang terjadi, mulai dari pertemuannya dengan Azril, sampai hubungannya dengan Azril yang tiba-tiba membaik. Untungnya mama Vania setuju dengan keputusan Vania. Mama Vania senang Vania kembali kuat meski pernah rapuh karena Azril yang dulu meninggalkannya tiba-tiba.
Tapi sampai sekarang, mama Vania belum tahu dengan masalah yang terjadi antara Vania dan Arga. Vania belum ingin menceritakannya. Selain karena kondisi kesehatan Mamanya, Vania juga tidak ingin menambah beban pikiran Mamanya. Ia memilih untuk memendam semuanya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Promise
Teen FictionPRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA. R13+ Aku dengan masa laluku, kamu dengan masa lalumu. Kita adalah insan yang dipertemukan dalam satu kisah. Saling mengucapkan janji. Tapi apakah di esok hari dan seterusnya kita sanggup menepatinya? atau bahkan...