"Argaaa?" Seseorang memanggil Arga kemudian mengetuk pintu pelan.
Tanpa diberitahu, Arga sudah mengenal suara itu. "Masuk, Ma. Gak dikunci."
Suara decitan pintu terdengar, Arga pun menoleh. "Ada apa, Ma?"
Wanita yang berusia kepala empat itu mendekati anaknya yang berdiri di depan cermin. "Kamu jangan lupa sarapan yaa? Mama mau berangkat kerja dulu." Ia mengusap kedua bahu Arga.
"Kerja? Sepagi ini?"
"Arga, kamu tau mama kerja sendirian kan? Siapa lagi yang harus bekerja keras selain mama? Jadi, walaupun dari subuh sampai subuh pun, ya harus mama setujui." Mamanya menatap Arga minta pengertian.
"Tapi, Maa-"
Belum sempat Arga selesai bicara, nada dering panggilan dari benda pipih yang berada di dalam handbag Mamanya berdering. "Halo?"
Arga mengusap wajahnya kasar.
"Iya, Iyaaa. Tunggu, saya akan segera sampai di sana," sahut Mamanya pada seseorang yang tengah menelponnya. Mamanya langsung berbalik ingin keluar dari kamar Arga.
"Ma?" panggil Arga sembari menahan tangan Mamanya.
Mamanya menoleh nampak terburu-buru. "Mama pergi dulu. Dadaaah," ucapnya tanpa suara sembari melambaikan tangan.
Arga terdiam, punggung Mamanya sudah tidak terlihat lagi. "Arga cuma mau bilang maaf karena udah melanggar janji, kemarin Arga pulang larut malam. Itu aja."
***
"Keju, keju apa yang bikin hati seneng?" Suara Jev pagi ini mengundang perhatian dari kawanan sekelasnya. Agam dan Yoga tidak perlu repot berpikir, karena tentu saja tebakan Jev itu selalu sulit dan kadang tidak masuk akal.
"Apaan dah?" tanya Agam menyerah sebelum bertanding.
"Keju baru alhamdulillah, tuk dipakai di hari raya..." Jev mulai mengumandangkan syairnya, sementara yang lainnya hanya melongo karena hal itu.
"Jayus banget, Jev," Agam berkomentar.
"Udah, Jev. Suara mirip bencong kejepit gitu gak usah dipamerin." Seisi kelas langsung beralih menatap sang empu suara.
"Yaelah, Ga, lo kalau ngomong suka nusuk sampe ke batin." Jev menepuk dada sok sedih.
"Banci lo." Arga menduduki kursinya yang berada di pojok kanan, lebih tepatnya di belakang Jev, di samping Agam dan Yoga.
"Gimana rencana kemaren? Berhasil nggak?" tanya Agam sambil menaik turunkan alis tebalnya.
Kening Jev dan Yoga berkerut. "Vania, Gam?" tanya Jev meyakinkan dugaannya.
"Iya, siapa lagi?"
Yang dari tadi ditanya malah diam tak bergeming.
"Woy!" Agam meneriaki Arga tepat di telinganya.
"Dia masuk rumah sakit."
"Hah?!" Ketiga sobatnya itu membulatkan mulut kaget.
"Dia masuk rumah sakit," ulang Arga.
"Ga, ini serius kan?" Yoga masih tak menduga.
"Ngapain gue bohong?" Arga menatap mereka dengan serius.
"Kalau gitu, pulang sekolah kita jenguk Vania, gue kangen," sahut Yoga asal.
Jev menoyor kepalanya. "Dasar lo!"
"Gue mau nelpon Vania dulu." Arga berdiri dan beranjak meninggalkan sobatnya itu.
"Elah, Ga, di sini juga bisa kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
All Promise
Novela JuvenilPRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA. R13+ Aku dengan masa laluku, kamu dengan masa lalumu. Kita adalah insan yang dipertemukan dalam satu kisah. Saling mengucapkan janji. Tapi apakah di esok hari dan seterusnya kita sanggup menepatinya? atau bahkan...