"Vaniaaa!"
Perempuan yang sedang tertidur pulas itu tidak peduli dengan teriakan Mamanya, tepatnya tidak tahu, mungkin.
"Vaniaaa! Mau mama siram pakai air dulu baru bangun?!" teriak Mamanya lagi sambil menyiapkan sarapan di dapur.
Sontak saja teriakan yang lebih nyaring dari sebelumnya itu membuat Vania mulai tersadar. Ia mengerjap pelan, menyesuaikan dengan kapasitas cahaya yang masuk ke indra penglihatannya. Setelah nyawanya terkumpul, Vania melihat jam.
"MATI! MAAAA JAMNYA MATI, KAN?"
"Enggak!"
"Allahuakbar! Innalillah! Mama kenapa gak bangunin?"
"Kamu kalau telat selalu nyalahin Mama." Saat itu mama Vania mulai menceramahi Vania, bukan hal yang menjengkelkan, pasalnya Mamanya itu memberitahukan yang benar.
***
Setelah begitu sibuk menata diri, Vania akhirnya sudah siap ke sekolah, kini ia di depan rumah dan mulai berjalan cepat ke arah sekolah, sambil sesekali menengok ke belakang, kali saja ada angkutan umum. Setidaknya itu yang ia harapkan agar kemungkinan untuk terlambat semakin kecil.
Saat sedang berjalan dengan pandangan ke depan, sekonyong-konyong Vania mendengar suara motor di belakang. Vania mengabaikan, karena baginya wajar, toh di jalan raya 'kan memang banyak motor, kalau tidak ada motor bukan jalan raya namanya, tapi laut raya.
Vania semakin cepat berjalan ketika merasa kalau motor itu seperti sengaja memperlambat jalannya untuk mengiringi Vania.
Namun, suara seseorang tiba-tiba membuat Vania menoleh, tepatnya suara pemilik motor yang sedari tadi mengikutinya.
"Hai, kamu Milea ya?"
Vania tidak bisa menahan tawanya ketika mendapati Arga tengah duduk di atas motor itu, senyumnya mengembang nyaris sempurna.
"Aku ramal, nanti kamu dibonceng sama aku."
Vania memperlebar tawanya. "Apa sih?!"
"Mau bikin aku seneng gak?"
Vania mengangguk. "Mau."
"Bantu aku mewujudkan ramalanku."
Vania terkekeh. "Kamu gak ke bandara?"
"Naik. Nanti kamu telat. Aku jelasin sambil kita jalan."
"Kok jalan?""Iya, naik motor maksud aku."
Vania terkekeh pelan. "Aku naik angkot aja," jawab Vania sambil tersenyum.
"Kenapa?" Dahi Arga mengernyit.
"Aku gak mau kamu telat. Kalau aku yang telat gak akan jadi masalah berat. Tapi kalau kamu yang telat, itu akan membuat aku merasa bersalah karena gara-gara aku, kamu telat," jelas Vania.
Kebetulan, atau tepatnya takdir, sebuah angkotan umum mulai mendekat ke arah mereka.
"Tapi aku gak akan telat Vania."
Vania menepuk bahu Arga. "Jangan. Kamu pengen aku seneng 'kan?" tanyanya kemudian meminta angkot berhenti.
Arga diam menatap Vania.
"Bantu aku supaya tenang dengan kepergian kamu. Aku gak mau kalau aku merasa bersalah hanya karena kepentingan aku sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
All Promise
Teen FictionPRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA. R13+ Aku dengan masa laluku, kamu dengan masa lalumu. Kita adalah insan yang dipertemukan dalam satu kisah. Saling mengucapkan janji. Tapi apakah di esok hari dan seterusnya kita sanggup menepatinya? atau bahkan...