"Sebenernya ada yang mau gue kasih tau."
"Kasih tau apa?"
"Di rumah sakit aja."
Kening Jev mengernyit samar. "Kenapa?"
"Iya kenapa, Van?" Yoga ikut menanyai.
"Lebih aman di rumah sakit aja. Disini takut ada yang denger."
"Kalau gak mau ada yang denger, ngomongnya dalam hati aja," jawab Yoga dengan senyum lebarnya.
"Apa sih lo. Kelamaan hidup di kelambu, makanya gini," celetuk Jev.
"Yaa daripada elo, kelamaan minum susu es ge em. Tuanya suka jayus," sahut Yoga tak mau kalah.
"Enak aja lo!"
"Jadi kapan kita berangkatnya?" sela Agam.
"Eh iya," kekeh Jev yang kemudian men-starter mobilnya.
Mereka janjian jam 4 sore, dan itu kesepakatan. Tujuan mereka adalah rumah sakit, kembali menjenguk Arga. Kali ini Jev yang bermurah hati siap sedia mengemudi mobil dan menyumbangkan tenaganya untuk menjemput Agam, Yoga dan Vania. Dan tentunya mobil Jev sendiri. Asal kalian tahu, jayus jayus gitu, Jev orangnya rajin. Apalagi untuk sahabat.
***
Alana menyeruput jus di hadapannya. Sesudahnya ia hanya diam, menikmati alunan lagu Secret Love Song dari Little mix ft Jason Derulo yang mengisi kafe sore ini. Tak lama kemudian ponselnya bergetar menandakan panggilan masuk, segera ia mengangkat panggilan itu.
"Halo, Nya."
"Lan, lo dimana?"
"Gue di kafe. Kenapa?"
"Tolongin gue, Lan. Tolongin guee," pinta Anya terdengar panik.
Kening Alana berkerut. "Ada apa, Nya?"
"Lan, doi ngajak balikan, kalau gue gak mau ngiyain dia bakal nekat ke rumah gue. Lo kan tau kalau sampai ada cowok yang berani ke rumah gue, bakal abis gue dimarahin bokap. Gimana dong?"
"Doi yang mana?"
Anya terus bicara di seberang sana, sementara konsentrasi Alana untuk Anya buyar, ia menatap seorang laki-laki yang tiba-tiba duduk di seberangnya. Alana tidak kaget, memang itu tujuannya, menunggu laki-laki ini.
"Udah dulu ya, Nya. Gue ada urusan penting," bisik Alana dan kemudian meletakkan ponselnya di atas meja dengan posisi layar di belakang, mengabaikan Anya yang kesal setengah mati.
"Ada rencana?" tanya laki-laki itu to the point.
Alana menggeleng. "Gue gak tau."
Laki-laki mengangkat sebelah alisnya. "Harus tau."
Alana menghela napas panjang. "Gue juga pengennya gitu. Tapi kalau nyatanya enggak-"
"Harus," potongnya cepat.
Alana mendesah. "Gue gak tau, Yo. Gue gak tau," sahut Alana penuh penekanan pada laki-laki itu, Rio.
"Lo siap tanggung konsekuensi?"
Alana mengusap wajahnya kasar. "Gue harus gimana lagi?"
"Lagi? Bukannya selama ini lo gak berbuat apa-apa? Gue mulu, kan?"
"Memang lebih banyak lo yang berbuat. Tapi gue juga ikut bantu." Alana menghela napas panjang untuk kedua kalinya. "Karena gue gak sepinter elo. Gue gak bisa ngelakuin yang lo lakuin. Memangnya ponsel lo yang nyimpen foto Tante Dania itu bener-bener hilang dan gak bisa diusahain lagi? Kali aja bisa ketemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
All Promise
Teen FictionPRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA. R13+ Aku dengan masa laluku, kamu dengan masa lalumu. Kita adalah insan yang dipertemukan dalam satu kisah. Saling mengucapkan janji. Tapi apakah di esok hari dan seterusnya kita sanggup menepatinya? atau bahkan...