39. Hari Terakhir

2.2K 99 15
                                    

Sebab jika takdir sudah terikat. Perpisahan hanyalah sebuah jalan, untuk membuatnya lebih erat.
--kutipan pena.

*

***
Sunyi, hanya suara kicauan burung yang terdengar. Sepi, hanya ada beberapa orang di sana. Di depan Arga dan Vania ada sebuah tumpukan tanah yang diketahui adalah makam seseorang. Sebelumnya Vania dan Arga telah membacakan surah Yasin untuk seseorang yang ada di dalam sana. Arga tidak memberitahu hubungannya dengan seseorang ini, ia hanya menyebutkan nama, Nela Amanda.

Terdengar suara helaan napas berat. "Nel, abang datang. Maaf ya baru sekarang."

Sementara Vania diam. Ia yakin kalau almarhum Nela ini pasti memiliki hubungan erat dengan Arga.

Arga menatap nisan sendu. Bayangan masa lalu kembali melintas, membuatnya kembali merasakan sakit dan rindu secara bersamaan.

"Abang pulang sekarang, Nel. Bentar lagi mau maghrib. Assalamualaikum."

Arga yang tadinya bersimpuh di samping makam langsung berdiri, disusul oleh Vania. Keduanya berjalan keluar pemakaman dengan mulut yang sama-sama membisu.

Tiba di dalam mobil, Arga tidak langsung menyalakan mobil. Ia diam sejenak kemudian berucap, "Van, Jev bilang kemaren ponsel Rio yang nyimpan foto nyokap gue itu hilang ya?"

Vania menoleh. "Iya. Kamu tau dari siapa? Maaf, aku lupa ngasih tau kamu."

Arga tersenyum tipis. "Gak apa, kamu kan udah ngasih tau Jev. Kata Jev, kamu tau dari Alana."

Vania diam, ia terlihat sedang berpikir. "Aku pernah bilang ke Jev ya?"

"Iyaa. Jev yang bilang. Lagian kalau bukan dari kamu, Jev tahu dari mana?"

Vania masih berpikir, mengingat-ingat.

Arga yang melihat itu mengangkat kedua alisnya.

"Ah, iya! Aku baru ingat, bener aku udah kasih tau Jev," kekeh Vania.

"Sekarang aku bisa tenang, gak ada lagi ancaman."

Vania tersenyum dan mengangguk pelan.

Setelah hening beberapa saat, Arga kembali membuka suara. "Kamu mau mau tau nggak?"

"Tau apa?"

Ada jeda sebelum Arga menjawab, tatapannya lurus ke depan. "Nela meninggal di umur 5 tahun. Rasanya menyakitkan kalau ingat, anak sekecil itu kecelakaan saat sedang mengejar Ayahnya yang mau pergi."

Dentuman keras seolah menghantam Arga kuat-kuat. Sesak itu kembali terulang ketika mengingat kenangan masa lalu kelamnya. "Waktu itu aku masih berumur 7 tahun. Dan di umur semuda itu, aku masih ingat bagaimana tragisnya kecelakaan adik aku, Nela."

"Ayaaah jangan tinggalin Nelaaa!" teriak seorang perempuan berumur 5 tahun, ia menatap punggung Ayahnya yang perlahan mendekati pagar rumah. "Nela sayang Ayaah!" ungkapnya seraya melepaskan botol kecil berisi gelembung yang ada di tangannya. Tidak peduli dengan tumpahnya air  gelembung yang sebenarnya sangat ia sukai.

Tidak sedikitpun respon, laki-laki berbadan tegap dengan koper besar di tangannya itu terus mendekati pagar kemudian membuka pagar lebar-lebar.

Nela menangis sejadi-jadinya ketika Ayahnya memasuki mobil yang terparkir di halaman rumah.

"Jangan tinggalin Nela, Ayaaah!"

Nekat, perempuan berkepang dua itu berlari menghampiri Ayahnya.

Dari dalam rumah, Mamanya dan Arga bergegas keluar rumah.

"Nela jangan peduliin ayah kamu!" teriak Mamanya yang juga setengah berlari ingin menangkap Nela.

All PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang