Part 33

2.6K 168 3
                                    

*Flora POV*

"Flo, cepat bangun" teriakan itu membangunkanku dari tidur nyenyakku. Kasurku berguncang karna Bryan berlompat diatasnya.

Aku mencoba untuk bangkit, namun kepalaku terasa sangat berat. Kepalaku sangat pusing. Ditambah lagi Bryan yang tak henti berlompat-lompat disampingku.

"Berhentilah berlompat, kepalaku terasa akan pecah!" bentakku kepadanya.

Dan Bryan pun langsung menghentikan aktifitasnya dan duduk disampingku.

"Maka dari itu, turuti ucapanku untuk menjauhi minuman biadab itu" omelnya.

Dia kemudian menyentuh keningku dan membandingkan dengan keningnya.

"Kau tidak demam" ucapnya santai.

Ya aku mungkin tidak demam, tapi kepalaku terasa seperti akan pecah.

Bryan sekarang turun dari kasurku dan berjalan menuju meja yang terdapat diujung ruangan.

"Minumlah" ucapnya memberikanku sebutir pil dan air putih. "Kau akan merasa baikan. Kita harus mengantar mereka latihan pukul 10."

Aku pun mengerang lelah karna untuk sesaat aku membenci pekerjaanku. Saat keadaan sakit seperti ini pun aku harus tetap melakukan pekerjaanku

Betapa bodohnya aku menerima tantangan Niall tadi malam. Alhasil aku mabuk berat dan efeknya terasa sekarang.

Kejadian terakhir yang aku ingat dari tadi malam adalah Louis yang mengumpat kepadamu dan Liam menarik gelas vodka dari tanganku. Selanjutnya aku tidak ingat apapun.

Aku menuruti ucapan Bryan untuk meminum pil itu. Sesaat aku melirik jam dinding yang menunjukan pukul 6. Aku masih memiliki waktu 4 jam untuk istirahat sebelum bersiap untuk menemani mereka latihan.

"Sekali lagi kau melakukan ini, aku tak akan pernah merawatmu lagi," omel Bryan.

"Diamlah Bee!! Kepalaku mau pecah mendengar ocehanmu itu," protesku dan langsung menarik selimut sampai keleherku dan bermaksud melanjutkan tidurku.

***

Waktu sudah menunjukan pukul 9.45. Sekarang aku sedang bersiap-siap untuk mengawal One Direction latihan sebelum mengadakan konser 4 hari lagi. Walaupun keputusan yang dibuat Simon sangat gila tapi kami hanya bisa menuruti perintahnya saja. Kita semua hanya anak buah yang harus patuh semua perintah atasan.

Aku sudah merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Kepalaku sudah tidak terasa pusing seperti sebelumnya. Obat yang Bryan berikan sangat manjur.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Louis yang bisa kutangkap dari raut wajahnya sedikit khawatir denganku.

"Ya, aku baik-baik saja." jawabku santai. "Tapi kalau kau menyuruhku untuk menembak sekarang aku rasa tembakanku akan meleset," bisikku kepadanya dan disertai senyum licikku.

Louis pun membelalakan matanya. "Itu tandanya kau tidak baik-baik saja Flo." ucapnya dengan nada yang naik beberapa oktaf dari sebelumnya.

"Aku baik-baik saja. Lagipula hari ini aku tak berniat untuk menembak sesuatu."

Entah kenapa aku selalu senang meledek Louis. Karna melihat ekspresinya yang kaget itu menurutku sangat lucu.

Sekarang aku berjalan menuruni tangga, tetapi saat baru melangkahkan kakiku sebuah tangan menahan langkahku.

"Ve" panggilnya. Ya, dia adalah Louis yang masih berdiri di posisinya. "Apa yang kau ucapkan semalam itu benar?" tanyanya yang membuatku mengangkat sebelah alisku.

Mysterious GunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang