"Ada apa?" tanya Louis saat aku memasuki ruang latihan mereka.
Apakah Louis selalu mengetahui kalau aku tidak baik-baik saja? Kenapa dia selalu seperti ini saat aku sedang dalam masalah. Seolah dia mengetahui semua yang menimpa diriku.
"Tak ada, aku hanya merasa sedikit pusing." dustaku.
"Jangan berbohong kepadaku, kau buruk dalam hal berbohong." tangkas Louis.
"Baiklah sekarang lagu terakhir, Best Song Ever." jelas salah seorang wanita berambut pirang pelatih vokal One Direction. "Untuk part pertama Zayn dinyanyikan oleh Liam, dan kedua oleh Louis. Dan bagian falsetto, Liam, kau yang ambil bagian Zayn."
Kenapa orang-orang harus menyebut nama itu sekarang? Aku sangat muak mendengarnya saat ini.
Aku hanya memutar kedua bola mataku malas saat orang-orang menyebut nama Zayn. Kalau bisa memilih, lebih baik aku tak pernah bisa mendengar nama itu lagi. Aku terlalu kecewa dengannya.
15 menit berlalu sangat lama untukku. Aku sudah sangat ingin pulang sekarang. Aku ingin berbaring di kasurku. Tunggu, aku melupakan 1 fakta bahwa aku menempati kamar Zayn. God! Tak bisakah aku tak berurusan dengan pria itu lagi?
Aku akan meminta Noah untuk tidur dikamar Zayn. Aku tak ingin tidur dikamar itu lagi.
Kuarahkan pandanganku kearah kakiku. Kenapa aku menggunakan sepatu ini? God, Zayn, Zayn, Zayn, dan Zayn. Apa aku tak bisa meninggalkan semua yang berhubungan dengannya.
Aku ingin segera pulang ke Los Angeles secepatnya. Aku tak betah terus berada dikota yang sama dengan pria yang mengecewakanku itu.
Sesampainya didepan gedung ini, aku menghentikan langkahku didekat tempat sampah. Aku melepaskan kedua alas kaki yang aku kenakan, kemudian membuangnya kedalam tempat sampah secara kasar. Aku rasa aku bukan hanya kecewa dengannya, tapi sangat membencinya sekarang.
"Hey apa yang kau lakukan?" Tanya Niall bingung melihat tingkahku.
"Diam dan masuklah kedalam mobil." Jawabku ketus.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau menjadi sangat menyebalkan?"
"Bukan urusanmu pirang!"
"Hey!" Bentak Niall kepadaku.
Sungguh, aku tak ingin melakukan itu kepadanya. Hanya saja aku tak ingin diganggu sekarang. Aku sedang dalam mood yang buruk saat ini.
Kulihat kearah Harry, Liam, dan Louis. Ketiganya memberikan tatapan bingung kepadaku. Yeah, aku sedang bukan menjadi Flora saat ini. Sekarang aku menjadi sosok wanita yang sangat menyebalkan yang tidak mereka kenali.
"Sudahlah, lebih baik kau masuk mobil sekarang." Perintah Bryan mencoba menenangkan Niall yang mulai tersurut emosinya kepadaku.
Niall pun menuruti perintah Bryan yang diikuti oleh Harry, Liam, dan Louis.
"Jangan bawa masalah pribadimu kedalam pekerjaan Flo. Bersikaplah profesional." Bryan menasehatiku. "Lebih baik sekarang kau masuk kedalam mobil. Dan kita bicarakan ini dirumah."
Aku pun menuruti ucapan Bryan dan berjalan memasuki mobil tanpa menggunakan sepatu dan hanya menggunakan kaos kaki sabagai alas kakiku.
Aku duduk dikursi samping kemudi. Dan Bryan seperti sebelumnya dia menyetir.
Selama perjalanan menuju basecamp One Direction tidak ada yang memulai pembicaraan. Ini sangat menunjangku. Mengingat moodku yang sedang dalam keadaan buruk.
Sesampainya dirumah, aku langsung berjalan memasuki rumah terlebih dahulu dan menuju kekamar tempat Bryan dan Noah beristirahat.
Aku langsung merebahkan badanku diatas kasur yang biasa ditempati Bryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Gun
FanfictionGadis yang sudah selama 3 tahun menjadi agent FBI harus pergi ke London untuk melindungi grup vokal One Direction yang sedang dalam ancaman teroris. Kejadian menegangkan selalu selalu terjadi selama mereka berada di London. Mereka harus terus melind...