Ferina berdiri di lapangan upacara dan memutuskan berdiri di baris paling depan. Dia risi diliatin terus.
Sebenarnya Ferina memang terlihat cukup mencolok. Pagi itu dia tampil sangat manis, wajahnya yang sedikit blasteran dengan mata biru yang indah. Belum lagi rambut hitamnya yang tebal dan mengilap digerai begitu saja.
BRUKK…
“Ups, maaf…” cowok penyusun skenario di atas tanpa sadar menabrak cewek yang sejak tadi ditatapnya itu.
“He’eh… nggak papa kok.” Kata Ferina.
“Bener lo nggak papa, kan?” Tanya cowok itu sok perhatian.
“Iya, nggak papa.”
Ferina mulai risi karena orang-orang melihat mereka seperti mendapat tontonan menarik.
“Woi, hati-hati, dia pemangsa cewek tuh!” terdengar sorakan heboh dari kejauhan.
Ferina segera berbalik dan mempercepat langkah menuju barisan terdepan. Dia terus menunduk menatap semut-semut.
Tak lama kemudian lapangan telah dipenuhi siswa-siswi berseragam putih abu-abu. Upacara bendera dimulai.
Ferina tidak terlalu memperhatikan karena sengatan matahari pagi mengusik ketenangan jiwanya yang harus berdiri tegap di barisan terdepan.
Ferina mendengar moderator mengumumkan agar pemimpin upacara mengambil tempat di lapangan. Ferina menatap sosok yang berjalan lurus ke arahnya, lalu memalingkan wajah.
Deg!
Sosok itu semakin familier.
Deg… deg…
Ferina menguatkan hati untuk menatap kenyataan di depan matanya…
Deg… degdeg… deg… degdegdegdeg…
Cowok itu mengenali gue nggak ya? Batin Ferina.
Deg… deg…
Jgeeerrrr…
Akhirnya cowok itu menghentikan langkah tepat di hadapan Ferina! Saat itulah mereka bertemu pandang lalu terpana.
Selama sesaat pemimpin upacara seperti kehilangan kesadaran sebelum akhirnya menyadari posisinya.
Lagi-lagi wajah Ferina memanas, dan dia kembali tertunduk, tidak berani menatap cowok itu.
❤❤❤
Ferina ditempatkan di kelas XI IPA 4.
“Gue boleh duduk di sini?” tiba-tiba seorang cowok berambut ikal mengusik Ferina dari lamunannya.
“Mmm… ya, tentu saja.” Jawab Ferina ramah.
Cowok itu duduk di samping Ferina, lalu terdiam tanpa melakukan apa-apa.
Walaupun merasa agak aneh dengan sikap cowok itu, Ferina diam saja dan melanjutkan kesibukan mencoret-coret buku catatanya yang masih kosong.
“Hmm, kenalin, gue Haikal.” Akhirnya si cowok bersuara.
Dia mengulurkan tangan.
“Gue Ferina.” Sambutnya.
“Oh ya, gue harap lo bisa bantu gue beradaptasi di sekolah ini. Jujur aja, gue agak pendiam kalau berada di lingkungan baru.” Kata Haikal.
Ferina mengangkat alis.
“Tunggu! Jadi maksud lo, elo anak baru di sekolah ini?” Tanya Ferina.
Sekarang giliran Haikal yang memasang wajah heran.
“Iya…” jawabnya.
“Memangnya lo nggak kenal teman-teman lo sendiri?” tanyanya.
“Hmmph… hahaha… ups, maaf!” Ferina cepat-cepat meralat sikapnya yang nggak sopan.
“Kenapa sih?” Tanya Haikal hati-hati.
“Hmmm… nggak kok, gue merasa lucu aja lo ngomong kayak gitu. Jujur aja, sebenarnya ini juga hari pertama gue di sekolah ini.” Jelas Ferina sambil melontarkan senyum manis yang membuat siapa pun terpesona.
“Oh, begitu…” Haikal mengerti.
“Kebetulan benget, ya? Gue jadi nggak canggung karena punya teman senasib.”
“Sama!” balas Ferina ceria.
➡ VOTE & COMMENT ⬅

KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Past Present Love
Teen FictionAndra dan Faren, kembaran Ferina, menyimpan rahasia yang baru diketahui Ferina setelah Faren meninggal. Rahasia itu terangkum dalam diari milik Faren. Sayangnya, tak semua curahan hati Faren dalam diari itu dibaca Ferina, hingga ia membenci kembaran...