Tiga hari pertama di awal tahun ajaran jelas asyik. Meski harus gotong royong membersihkan kelas dan lingkungan sekolah.
“Ternyata disini asyik juga, ya.” Ujar Haikal sambil duduk di bangku yang menghadap Ferina.
Cewek itu memejamkan mata.
“Hmmm…” kata Ferina tanpa membuka mata.
“Lo nggak haus? Gue mau ke kantin beli minuman.”
Mata Ferina langsung terbuka.
“Gue titip milkshake sama Chitato, ya!” dengan semangat dia merogoh kantong.
Haikal tersenyum melihat tingkah Ferina.
“Ya udah, lo tunggu di sini ya.” Katanya sambil berlalu.
Ferina meregangkan tangannya yang lumayan capek setelah merapikan bugenvil di samping taman.
Ditatapnya lapangan sekolah yang luas. Di sana sedang berlangsung kegiatan MOS siswa baru. Ferina menangkap sosok Tama yang sedang mengawasi kegiatan MOS.
Ferina menyisir rambutnya yang kusut dengan jari, kemudian mengikatnya asal-asalan.
“Hai, sendirian?” tiba-tiba Tama sudah mucul di hadapan Ferina.
“Eh… hai…” Ferina jadi salah tingkah.
Tama duduk di samping Ferina.
“Sibuk ya?” Ferina melontarkan pertanyaan basi.
“Yaaah… lumayan.” Sahut Tama.
“Gue nggak nyangka bakal ketemu lo disini.” Katanya.
“Gue juga kaget.” Sahut Ferina.
“Tapi gue senang banget lho, soalnya bisa dibilang doa gue terkabul.” Ujar Tama sambil tersenyum.
“Oh ya, tangan lo yang luka kemarin gimana?” Tanya cowok itu sambil meraih tangan Ferina dan mengamatinya.
“Masih sakit?”
“Ngg… udah nggak lagi.” Kata Ferina sambil menarik tangannya.
Tapi Tama menahan.
“Ada apa?” Tanya Ferina.
Cowok itu menatapnya. “Lo mau tutup mata sebentar?”
“Buat apa?”
“Tutup aja. Tiga detik cukup kok.” Sahut Tama.
Akhirnya Ferina menutup mata. Tiga detik berlalu.
“Sekarang, buka mata lo.” Kata Tama.
Ferina membuka mata dan…
“A present for you…” kata Tama sambil meletakkan sebuah kado kecil ditangan Ferina.
“Maaf ya, telat.”
“Bener nih buat gue?” Ferina nggak yakin dengan apa yang dilihatnya.
Dibukanya kotak itu. Dia mendapati sebentuk kalung dengan liontin kupu-kupu kecil yang sangat manis.
“Kalung?” bisik Ferina.
“Cute bangeeeetttt…!”
“Suka?” Tanya Tama.
“Banget! Sumpah!”
“Gue pasangin ya.” Ujar Tama.
“Tadinya nanti sore gue mau mampir di rumah lo nganter hadiah ini. Eh, kita malah ketemu disini.” Lanjut Tama lagi.
Ferina mengangkat rambutnya sementara Tama memakaikan kalung itu.
“Cantik.” Kata Tama spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Past Present Love
Fiksi RemajaAndra dan Faren, kembaran Ferina, menyimpan rahasia yang baru diketahui Ferina setelah Faren meninggal. Rahasia itu terangkum dalam diari milik Faren. Sayangnya, tak semua curahan hati Faren dalam diari itu dibaca Ferina, hingga ia membenci kembaran...