BAB 7

55 2 1
                                    

“Fer…!” suara Tiara membuat Ferina yang sedang menggambar terkaget-kaget.

“Hmmm?”

“Lo kok kayak nggak penasaran gitu sih?” Tanya Tiara manyun.

Ferina menegakkan kepala.

“Emang ada cerita apa?” Tanya Ferina.

“Gue lagi senang banget, tahu nggak?”

“Tahu…” sahut Ferina.

“Banget! Emang ada apa sih? Ada bagi-bahi sembako, ya?”

“Ih… bukan!” tukas Tiara gemas.

“Tadi gue ngomong lagi sama Haikal! Senang banget! Abis orangnya asyik banget, tahu nggak?”

“Tahu…” jawab Ferina.

“Dia nanggepin omongan gue banget lho. Terus kalau ketawa… duh, makin cakep! Terus, besok gue mau ke rumahnya. Hebatkan gue?”

“Hebat bener! Tapi ngapain sih lo ke rumahnya?” Tanya Ferina.

“Gue bilang aja pengin belajar Fisika sama dia. Senin kan kita ulangan, jadi alasan gue tuh urgent banget. Masuk akal banget kan?” kata Tiara.

“Ternyata Haikal tuh kalau diajak ngomong heboh juga ya, gue pikir anaknya pendiam banget.”

“Wah, selamat deh!” kata Ferina.

“Makin deket sama target dong!” godanya.

“Nggak secepat itu kali Fer.” Katanya malu-malu. “Lo bisa aja.”

“Fer!” sebuah suara mengalihkan perhatian keduanya.

Mereka melihat Tama masuk kelas dan berjalan mendekat.

“Gue ke toilet dulu, ya!” kata Tiara.

Tama duduk di bangku Tiara sambil menghadap ke belakang, sehingga mereka berhadap-hadapan.

“Ada apa, Tama?” Tanya Ferina.

“Ntar malam lo nggak ada acara barbekyu lagi kan? Gue mau ajak lo keluar.” Kata Tama.

“Mmm, masa barbekyuan tiap hari sih?” Ferina tertawa manis.

“Jadi lo mau gue ajak keluar?” Tanya Tama.

Ferina mengangguk manis.

“Ya udah, gue balik ya, ntar Tiffany uring-uringan lagi nyariin gue!” kata Tama seraya berbalik cepat.

Mendengar itu, kebahagiaan yang tadi sempat mengsisi dada Ferina serta-merta lenyap.

Kenapa sih selalu Tiffany, Tiffanny, Tiffany!

❤❤❤

Ferina terjebak dalam suasana kafe yang heboh.

“Fer, dari tadi kok diam aja?” tegur Tama.

Sejak berangkat Ferina memang sudah pasang tampang bete.

“Lagi ada masalah ya, Fer?” Tanya Tama.

“Gue ngajak keluar di waktu yang salah, ya?”

“Enggak kok.” Sahut Ferina.

“Biasa aja.” Jawabnya tak acuh.

“Tapi tadi lo kayak nggak mau ngomong sama gue tuh. Kayak lo nggak ada disini aja, kayak gue nggak ada di samping lo. Ada apa sih, Fer?” Tama mulai jengkel.

“Kok lo jadi sewot sih?” Ferina nggak mau kalah.

“Siapa yang nggak sewot? Lo nggak jelas gitu.”

Simple Past Present LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang