BAB 13

50 2 0
                                    

Sejak Haikal izin keluar kelas hanya beberapa menit setelah Ferina diusir Bu Hanna, Tiara tidak dapat berkonsentrasi. Mereka pasti ada apa-apa.

Bel istirahat berbunyi, tanpa pikir panjang Tiara berbelok menuju perpustakaan, tempat yang tanpa sengaja telah menyimpan banyak cerita tentang dirinya dan sahabatnya.

Sesampai di depan perpustakaan, Tiara melangkah sangat pelan, matanya mengawasi siapa saja yang ada di dalam, melangkah menuju rak tempat dia bisa bersembunyi dan mengamati.

Mereka ternyata nggak ada disana. Mungkin dia akan memaafkan Ferina. Sampai akhirnya Tiara mendengar kabar itu.

Dua siswa nyaris kedapatan sedang kabur dari sekolah, namun tidak berhasil tertangkap karena guru yang memergoki kalah cepat.

Tiara menghela napas dengan susah payah saat menyadari dua bangku di belakangnya tetap kosong sampai pelajaran berakhir.

Dugaannya benar, Ferina ternyata memang memendam perasaan terhadap Haikal, tetapi berpura-pura cuek. Ternyata nama Tama hanya dipakai sebagai benteng untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya. Tiara tersenyum sinis.

Cerita-cerita Ferina tentang dirinya dengan Tama bisa saja isapan jempol belakang.

Dering ponsel membuat Tiara terkejut.

FERINA...

Tanpa pikir panjang dia menekan tombol Reject dan merasa sedikit puas. Tak lama kemudian Ferina mengirimiya SMS. Tiara memutuskan untuk mematikan ponselnya. Hatinya masih terluka.

“Tega banget lo, Fer.” Bisiknya.

❤❤❤

“Lo jangan konyol, Kal!”

Kata-kata itu terus terngiang di benak Haikal. Haikal yakin cewek itu sebenarnya menyimpan perasaan terhadapnya.

Haikal tersenyum tipis mengingat tingkah cewek itu, yang sering mengawasinya dari balik rak tersembunyi ditemani sahabatnya, Tiara.

“Lo bener-bener aneh, tau nggak? Ngapain juga lo mengharapkan Tiffany sampai kayak gini? Mending lo nanggepin seseorang yang justru peduli sama lo!” ucapan Ferina yang lain berkelabat di benak Haikal.

Ketika itulah dia merasa cintanya bersambut, perasaan yang dirasakannya seiring waktu yang dihabiskannya bersama Ferina sebagai teman sebangku.

“Memangnya ada yang peduli sama gue?” Tanya Haikal.

Dia ingin tahu apakah Ferina bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

“Kal… buka dong mata dan hati lo itu. Cewek di dunia ini nggak cuma Tiffany.”

Benar-benar ucapan yang sangat gamblang dan tidak ambigu.

Sejak itu Haikal membiarkan rasa itu semakin tumbuh memenuhi hatinya dan dia bahagia karenanya.

“Lo jangan konyol, Kal!”

Kata-kata itu lagi...

"Gue akan buktikan gue nggak konyol seperti yang lo kira Fer," bisik Haikal pada langit-langit kamarnya.

➡ VOTE & COMMENT ⬅

Simple Past Present LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang