BAB 22

41 1 0
                                    

Untuk pertama kali, malam itu Ferina memasuki kamarnya. Kamar yang sangat luas itu kini sepi. Ia menghidupkan MP3 playernya cukup keras untuk mengisi kesunyian. Dengan begini, mungkin ia lebih kuat.

Ferina memandang ke arah tempat tidur Faren. Tempat tidur yang ia rapikan sebulan yang lalu. Sisi kamar itu takkan terisi lagi. Kamar itu terlalu luas baginya.

Sempat terlintas di benak Ferina untuk pindah ke kamar tamu yang luasnya hanya separuh kamar. Tapi tidak, kamar tamu itu juga sering di tempati Faren, saat ia ingin belajar serius dan menghindar dari Ferina yang selalu merecokinya dengan guaruan nggak mutu. Kamar itu bahkan penuh pernak-pernik Faren, seakan-akan itu kamar miliknya.

Akhirnya Ferina memutuskan untuk tetap menggunakan kamarnya saja dan merapikan buku-buku Faren yang masih tergeletak dimeja.

Satu per satu ia menyusun buku-buku, majalah, koran sekolah, dan surat kabar. Semua bacaan berat yang tak bisa di cerna Ferina karena dia memang nggak minat sama sekali dengan bacaan-bacaan itu.

Ferina menyimpan semuanya di lemari buku Faren yang penuh sesak. Terakhir, sebuah diary Emo Bear berwarna biru suram. Satu lagi kebiasaan Faren yang tidak di minati Ferina. Diary ini adalah bagian dari hari-hari Faren.

Ferina tak pernah tahu isinya, tapi sekarang buku kecil itu ada di tangannya. Lancangkah dia jika mengintip isinya?

Tidak. Tentu saja tidak. Selama ini mereka selalu berbagi dan bercerita. Ferina membuka halaman terakhir yang ditulis Faren. Halaman terakhir yang menutup kisah hidupnya yang singkat.

Jumat, 13 Mei 2011

Tugas paper harus selesai!

Siang ini aku akan diskusi bareng Yuki dan Lira untuk menyelesaikan tugas dari Mr. Brian yang banyak dan susahnya minta ampun! Dan yang paling gawat, udah hampir deadline! Hehehe, untung Yuki sama Lira nggak marah karena kemarin aku kabur.

Sampai sekarang aku nggak tahu harus gimana sama Ferina. Aku takut ketahuan. Tapi sepertinya sih semua berjalan lancar. Ferina nggak bakal pernah tahu tentang hal ini, sampai kapan pun ini akan tetap menjadi rahasia. Aku benar-benar nggak kepingin dia tahu.

Rahasia? Selama ini Faren selalu terbuka kepadanya. Semua tentang apa yang dialami dan dirasakannya. Dan sekarang ada rahasia?

Jantung Ferina berdebar seru, ia beranjak menuju tempat tidur dan meneruskan membaca diary itu.

Kamis, 12 Mei 2011

Hari ini seharusnya aku ngerjain tugas paper sama Yuki dan Lira. Mereka kesal karena aku nggak bisa. Aku juga bikin Ferina kesal karena nggak jadi nemenin dia ke toko buku. Aku sebenarnya bimbang, tapi aku sudah memaksa Andra untuk meluangkan waktu pergi nonton hari ini. Jadi terpaksalah aku berbohong kepada Ferina.

Andra? Darah Ferina berdesir kencang membaca nama itu ditulis dengan tulisan tangan Faren yang rapi.


Tapi hari ini aku benar-benar senang. Kami nonton film horor yang seru banget. Semua yang kualami hari ini dan hari-hari sebelumnya sungguh istimewa.

Sejujurnya aku benar-benar menyukai Andra... first love-nya Ferina, dan… first love ku juga...

Maaf Fer, jangan salahkan aku. Salahkan hati yang tak dapat kukendalikan ini. Tapi satu hal yang pasti, aku takkan merebut Andra darimu untuk selamanya.

Emosi Ferina berkecamuk. Perasaannya tak menentu. Apa maksud Faren di balik semua ini? Sekarang dia akan mengetahui semuanya dengan jelas.

Ferina membuka lembaran diary itu dengan tangan gemetar. Ferina harus mengakui satu hal yang sangat menyakitkan: Faren membohonginya.

Simple Past Present LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang